Selasa, 27 Januari 2015

Cerita di Pantai yang Surut

Photo ini diambil ketika mengunjungi Gili Trawangan sekitar Bulan Januari 2015. Ketika itu Saya jalan-jalan mengelilingi pulau di bagian barat pulau dekat dengan Hotel Sunset View, dan disana terdapat ayunan yang berada di pantai. Ketika akan mendekat terdapat keraguan apakah diijinkan sama penjaga hotel untuk masuk, pasalnya daerah itu sudah dikapling sama hotel menjadi daerah privat. Akhirnya ketika melihat teman saya yang sudah masuk lebih duluan keraguan itu hilang dan saya langsung memarkirkan sepeda dan kemudian masuk mendekat pantai. Ketika itu air laut sedang surut sekitar 200 meter dari bibir pantai. Penasaran dengan keadaan surutnya air laut, aku beranikan diri untuk menyusur ke tengah laut, disana ketika itu menjadi padang karang dan pasir dengan sedikit air laut yang masih tersisa. Saya berjalan menapaki karang masuk kedalam sejauh dengan menempuh waktu sekitar 10 menit. Saya amati secara hati-hati keadaan disekitar. Was-was akan air yang datang tiba-tiba semakin deras membayangi pikiranku karena saya bukanlah ahli renang yang mampu mengendalikan tubuh saya menuju tempat yang saya ingini. Bersamaan dengan rasa was-was itu, saya juga menikmati kehidupan pantai yang sedang ditinggal surut oleh air laut. Saya perhatikan betul-betul bahwa ternyata jenis mahluk hidup yang dominan tinggal di tempat surutnya air laut yaitu bintang laut. Jumlahnya banyak, hampir setiap langkah mata saya melihat bintang laut ini. Jika tidak hati-hati, kaki saya bisa saja menginjak hewan tanpa tulang belakang ini. Selain itu ada burung yang sedang mencari makan. Mungkin jenis burung pantai yang sedang mencari cacing atau jika beruntung bisa dapat ikan kecil disana. Jumlahnya tidak banyak, sejauh mata memandang, hanya beberapa saja yang masuk penglihatan. Saya , sudah berusaha untuk mengabadikan momen burung yang sedang mencari makan, akan tetapi karena keterbatasan lensa kamera yang saya miliki, saya hanya berhasil memotret dalam jangkauan yang lebar yaitu burung hanya terlihat kecil dan kurang jelas. Seharusnya untuk memotret burung tersebut, jika kita berada jauh dari objek maka paling enak adalah menggunakan lensa tele.

 Baru  setelah itu saya untuk memutuskan kembali ke darat untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Selain itu, saya sudah berjanji untuk dijemput jam 12 di Pelabuhan Bangsal, jadi sekalian saya akan kemas-kemas di penginapan dan mencari makan.

Sambil menikmati ayunan di tepi pantai di gili trawangan




Selasa, 20 Januari 2015

Hutan Kita Dibabat

Pernah Saya mengunjungi daerah yang bernama Desa Rempek  di Lombok dan masuk jauh kedalam kawasan hutan merasa kaget ketika melihat keadaan hutan tidak lagi dalam kondisi sehat. Penebangan marak dilakukan oleh oknum warga untuk meraih keuntungan sesaat. Tanpa ragu kemudian Saya bertanya kepada masyarakat disekitar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sini. Berdasar keterangan dari beberapa orang mengatakan bahwa penebangan dilakukan oleh orang tertentu yang ingin mencari untung sendiri dengan mengabaikan kepentingan yang lebih besar yaitu masyarakat sekitar hutan. Warga yang sadar akan pentingnya hutan ternyata takut dengan oknum warga yang biasa melakukan penebangan liar. Mereka mendapat ancaman fisik yang tidak main-main jika mengganggu oknum ketika melakukan penebangan.

Keadaan buruk yang sudah pernah dialami oleh warga ketika penebangan liar marak yaitu  perusahaan Ongkowijoyo yang merupakan pemegang konsesi untuk hutan di wilayah Rinjani Barat beroperasi dengan melakukan penebangan untuk ditanam tanaman industri. Ketika itu pula warga merasa kekurangan air, dimana yang biasanya air melimpah dan mampu memberi kebutuhan sehari-hari, tiba-tiba saja mengering. Akibatnya banyak sektor yang terkena dampak negatif seperti pertanian, perikanan, perkebunan dan tentunya adalah sektor domestik rumah tangga.

Sebetulnya berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi agar semua kembali seperti sedia kala. Namun apa boleh di kata nasi sudah jadi bubur, barangkali generasi yang menjadi saksi hidup ketika ada penebangan sudah tidak dapat lagi menikmati keadaan seperti sedia kala, akan tetapi Kita harus optimis bahwa generasi dimasa yang akan datang tidak terkena dampak buruk dari pengelolaan hutan yang tidak lestari. Untuk saat ini kementerian Kehutanan tengah berupaya keras agar Kawasan Hutan di Rinjani Barat terutama di sekitaran Desa Rempek dapat lestari memberi kesejahteraan kepada masyarakat sekitar. Program yang dilakukan yaitu memberi pemberdayaan kepada masyarakat sekitar hutan agar berdaya dan dapat memanfaatkan kekayaan yang terdapat disana secara maksimal.

Penebangan liar yang dilakukan oknum warga

Batas antara hutan yang masih virgin dengan kawasan hutan yang sudah dibabat

Tanaman kakao didalam kawasan memberi efek secara ekonomi kepada masyarakat akan tetapi daya dukung lingkungan menjadi berkuran karena tanaman kakao bukanlah jenis tanaman yang kuat menahan erosi di daerah pegunungan

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo