Senin, 22 Juni 2015

Menikmati Kopi di Aik Nyet, Pulau Lombok

Suara deburan dari air terjun jelas terdengar. Burung-burung berkicau seakan ingin kembali ke sarang. Angin sepoi memberi rasa dingin di tangan. Daun yang kadang terlihat berguguran. "Rupanya hari sudah mulai sore, jam menjunjuk angka empat" kata salah seorang yang ikut ke Kawasan Wisata Aik Nyet di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Waktu itu Kami bertiga jalan-jalan mencari suasana baru, kebetulan tempatnya tidak terlalu jauh dari kantor.

"Penake ki ngopi ndisik apa piye" kata Yumantoko. "Yo terserah" Kata Kresno Agus Hendarto (sambil menyahut) dan kemudian diamini oleh Rubangi Al Hasan agar rombongan untuk segera mencari warung di sekitar lokasi mencari kopi. Kami memilih tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat parkir, dan begitu kami masuk ke dalam kawasan tiba-tiba ada perempuan yang berusia sekitar 25 Tahun menawarkan minuman kopi. Tanpa pertimbangan yang matang, kami menerima tawaran perempuan itu untuk menunggunya selesai membuat kopi. "Kopi dua ya mba" sahut Yumantoko, "lah koe ora ngopi po" sahut Kresno Agus Hendarto "  aku ora ngumbe kopi, aku njumut Pocari Sweat bae" jawab Yumantoko. Kemudian sambil menunggu kopi jadi, kami ngobrol ngalor-ngidul kami kurang lebih menghabiskan waktu sekitar satu jam sambil minum menikmati suasana sore hari.

"Kalau orang kesini ramainya hari minggu mas" jawab perempuan yang menjadi penjual minuman. "Disini kalau minggu, pedagang juga lebih banyak ketimbang hari bias" ucap lagi lagi perempuan itu. 

Tempat yang Kami singgahi ini menawarkan obyek wisata berupa mata air, sungai, serta suasana hutan. Mata air mengalir deras hingga menjadi aliran sungai dengan arus yang sedang. Pepohonan yang mendominasi di tempat ini adalah dari jenis mahoni, dengan tinggi rata-rata sekitar 30 meter, sehingga daun nya menghalangi cahaya matahari sampai ke tanah.

Kemudian Kami di tawari sate "bulayak" yaitu sate ayam atau sapi dimana lontong yang menemani makan dibuat dari daun aren. Biasanya di beri sambal yang terbuat dari kacang dan rasanya pedas. Akan tetapi tawaran itu kami tolak karena hari sudah mulai sore, dan kami pun bergegas menuju tempat parkir, untuk pulang.

Pohon mahoni mendominasi tutupan dikawasan hutan Aiknyet, Lombok

Pada hari minggu tempat ini menjadi favorit bagi masyarakat sekitar untuk piknik

Rabu, 17 Juni 2015

Air Terjun Timponan, Sutera Alam dari Tebing Hutan Narmada

"Wah ngerti kaya ngene nganggo motor sing ngango rantai bae" atau jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia  berarti "kalau tahu seperti ini pakainya motor yang pakai rantai" ucap Rubangi Al Hasan salah seorang yang berasal dari daerah "ngapak" di Jawa Tengah sampai di tengah kebun coklat di daerah Narmada, Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Itulah yang diucapkannya ketika motor matic yang dinaiki knalpot nya terlalu banyak mengeluarkan asap. Apabila diteruskan dikhawatirkan menyebabkan karet penarik roda meleleh. Pada waktu itu,  lebar jalur yang dilalui hanya satu badan atau tidak sampai satu meter, sehingga jika akan berpapasan dengan pengendara dari jalur berlawanan, salah satu motor harus berhenti terlebih dahulu. Kami ber-empat akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak di tengah kebun coklat untuk mendinginkan suhu motor, ketika Kami beristirahat tidak menyangka kalau Kota Mataram dapat terlihat jelas. Kami tidak sadar ternyata motor yang kami naiki sudah jauh masuk kedalam kawasan hutan.

 Jalan yang dilalui berupa tanah yang masih sedikit lembab, dan jika itu disentuh masih ada rasa lengket di tangan. Guratan bekas ban motor terlihat jelas seperti ular panjang. Di beberapa sisi bekas roda motor menjadi lubang besar dan digenangi oleh air hujan.

"Kita masih beruntung, coba kalau Kita datang saat musim hujan, pasti tidak bisa lewat", ucap Ahmad Nur seorang Betawi asli yang rela bekerja ke daerah untuk menjadi seorang PNS di Balai Penelitian Kehutanan Mataram. Kanan kiri berupa tanaman kopi, coklat, durian, dan pisang. Kadang akar besar menjalar di tengah jalan, jika tidak hati, pengendara bisa terjatuh.

Yang tidak kami antisipasi sebelumnya adalah tanjakan di tengah hutan yang tiba-tiba saja muncul ketika berada di tikungan. Saya selalu memasukan gigi motor satu agar kuat ketika menanjak dan tidak mati mesin. Tanjakan yang curam tadi menjadi penyebab utama mesin motor menjadi sangat panas. Pantas saja motor matic yang dipakai Rubangi Al Hasan menjadi panas.

Itulah sedikit gambaran menuju air terjun Timponan. Letaknya berada di Desa Batu Mekar, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Air terjun ini masuk wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Barat.



Jarak dari Kota Mataram hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan. Waktu perjalanan banyak terbuang ketika kita sudah mulai masuk kebun coklat. Agar lebih cepat sampai ke air terjun dianjurkan jangan menggunakan kendaraan roda empat dikarenakan jalan yang sempit. Boleh saja menggunakan kendaraan roda empat, tetapi hanya sampai desa saja, selanjutnya berjalan kaki dengan jalur menanjak yang panjang.

Jalan yang dilewati untuk menuju ke air terjun bagus hanya sampai perbatasan desa dengan kawasan hutan. Setelah masuk kedalam kawasan hutan, jalur menuju ke air terjun sulit dilewati walaupun menggunakan sepeda motor. Ketika itu, Kami menyalip rombongan yang berjalan kaki, namun Kami sama-sama sampai di lokasi secara bersamaan yaitu waktu yang sama.

Setelah sampai di lokasi, air terjun terlihat seperti sutera yang menggantung diatas tebing. Tidak lupa waktu itu Saya langsung menuju bawah sungai untuk mempersiapkan pemotretan. Pertama-tama, saya menyiapkan tripod yang akan saya gunakan untuk menopang kamera. Saya kesulitan mencari waktu yang tepat untuk menjepret tombol shutter. Hal ini dikarenakan waktu itu banyak pengunjung yang seolah ingin minta difoto. Ada salah seorang yang berasal dari Kota Mataram yang memberanikan diri untuk meminta foto dengan latar belakang air terjun. Lantas permintaan itu Saya iyakan saja, Saya kemudian menekan tombol shutter mengarahkan kamera Saya kepada orang tersebut. Setelah itu orang tersebut meminta Saya upload fotonya lewat Facebook. Tetapi permintaan terakhir tersebut tidak saya penuhi, karena saya lupa nama akun Facebook nya.




Sebenarnya Air Terjun Timponan tidak terlalu tinggi, yakni hanya sekitar 30 meter saja, akan tetapi karena letaknya yang sangat menantang untuk dikunjungi, air terjun menjadi obat perjuangan rasa lelah karena perjalanan yang ekstrim. Ketika berada di sini kita dapat beristirahat duduk-duduk di bebatuan sungai sembari melihat keindahan ciptaan Allah SWT yang tiada tara. Untuk pengembangan kedepan menurut Saya sangat potensial, terutama untuk ekowisata, akan tetapi penataannya harus lebih bagus lagi.






Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo