Selasa, 29 Januari 2019

Paradoks Ngikutin Outbound di Pantai Jungwok, Gunung Kidul, Jogja

Pada suatu ketika mengadakan perjalanan ke Pantai Jungwok di Kabupaten Gunung Kidul menghasilkan kenangan yang tidak terlupakan. Memori itu salah satunya berasal dari kegiatan foto on location yang menawan. Waktu itu sekitar pukul enam pagi yang masih anget-angetnya matahari terbit dari ufuk timur, pemandangannya mampu menyilaukan mata bagi yang melihatnya.

Waktu itu kan saya bareng rombongan dari teman-teman kampus melakukan kegiatan outbound. Kita menginap di pantai dengan membuat tenda untuk tidur. Pada waktu paginya saya dan teman-teman lainnya sebenarnya di instruksikan untuk melakukan olahraga pagi, akan tetapi ternyata himbauan tersebut tidak di ikuti. Malahan nih ya Gaes, pada poto-poto sendiri-sendiri. Ya sudahlah rencana dari panitia tidak sesuai dengan rencana. Rencana saya datang kesini sih pertama jelas silaturahim dengan teman-teman lainnya, yang kedua sih simpel yaitu pingin jalan-jalan nyari spot buat photo. Kadang ya Gaes, ternyata hati orang siapa tahu. Misalnya nih ya gaes, dalam rombongan ada 100 orang yang sedang mengikuti outbound, bisa jadi yang sepuluh orang dari jumlah tersebut memiliki niat yang menyimpang dari rombongannya. Ya nggak papa sih ya Gaes, namanya orang memiliki jalan pikirannya sendiri-sendiri yang pada akhirnya sikapnya juga turut berbeda. Saya lebih fokus untuk mencari pengalamannya sesuai dengan niat saya. Sebelumnya mohon maaf buat panitianya karena saya kurang fokus untuk ikut outbound.

Memang seperti ini Gaes, kadang ada orang yang hobinya moto sana-sini. Ada yang seneng moto pemandangan yang masih baru, ada juga yang seneng moto-moto orang. Nah gini Gaes, ceritanya aye mau ceritain terutama bagi Gaes-gaes semua yang demen sama moto pemandangan untuk mendapatkan poto yang kece supaya kayak Instagram influencer yang keren-keren itu dah pokoknya terutama pas Gaes-gaes semua lagi ikut suatu kegiatan. Ada beberapa tips bagi Gaes-gaes semua yang melakukan kegiatan sama dengan saya, dan kebetulan niatnya juga sama dengan saya. Kok saya maksa banget ya sama Gaes-gaes supaya sama😎😎😎😎😎😎😎.

Tips pertama adalah sehabis subuh jangan tidur lagi. Jalan-jalan saja di sekitar tenda sambil menghirup dinginnya udara di pagi hari. Jangan lupa untuk memakai jaket, karena biasanya suhu udara masih dingin. Kecuali kalau memang lagi nyari udara yang dingin ya nggak usah pakai jaket, atau bisa jadi malah lepas baju sekalian 😅😆😆😆😆 .

Tips kedua adalah selalu siapkan kamera setiap saat. Sehabis subuhan biasanya orang juga ke belakang, atau kalau yang dapat di tahan ya mending ditahan dulu daripada nanti tidak dapat momen yang bagus. Kan malah rugi, sudah jauh-jauh malah kehilangan momen. Makanya agar tidak kehilangan momen walaupun sudah kebelet ke belakang baik untuk buang air kecil atau air besar bawa tuh karmeranya. Eits ada yang penting, jangan sampai pas lagi didalam WC di hidupin tu kamera, entar kalau sempat moto di dalam situ jadi turun nilai kameranya, karena melakukan pengalaman memoto yang menjijikan 😆😆😆😆.

Tips yang ketiga adalah fokus dengan apa yang mau cari. Gaes, biasanya nih kan kalau ke pantai itu berombong-rombongan ya. Dan ketika sudah ngumpul bareng biasanya ada saja orang-orang yang minta potoin, kurang lebih gitu ya Gaes. Tapi nggak apa-apa, pertama-tama bisa di poto dulu itu orang yang minta di ptotoin. Terus kalau sudah dilaksanakan pemotretan hasil rekues teman itu, diem-diem aja ke luar rombongan untuk mencari pemandangan yang kece. Kok kelihatannya introvert banget ya Gaes keluar dari rombongan. Ya nggak papa gaes, itu namanya sedang belajar menjadi tukang poto propesional. Tahu nggak Gaes,  biasanya orang-orang yang propesional itu egonya gede ketimbang solidaritas dengan orang lain. Nah sekali-kali aja ya gaes untuk jadi introvert ya pas moto-moto itu, dan ingat jangan sampai keterusan introvertnya ntar kagak punya teman, ehh punya temen sih tapi di sosial media 😅😆😅😆😆.

Semoga tips ini sangat berfaedah banget ya Gaes.



Salah satu sudut di Pantai Jungwok Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Cerita Seorang Petani Lebah Trigona spp di Lombok

Suatu hari pernah melakukan perjalanan ke salah satu desa di Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam perjalanan tersebut,Saya menjumpai beberapa orang yang mengusahakan madu trigona. Dalam diskusi tersebut, Bapak yang kami temui baru beberapa tahun memelihara lebah trigona akan tetapi keuntungan pertahun telah mencapai puluhan juta.

Bapak yang memakai baju orange tersebut memiliki pekerjaan utama sebagai guru PNS di salah satu SD di Kecamatan Gangga. Aktivitas utama setiap hari antara pukul tujuh hingga satu siang mengajar di sekolahnya. Aktivitas tersebut sudah dijalani puluhan tahun hingga sekarang ini. Rutinitas yang dijalani menurut Beliau terasa membosankan karena memiliki waktu luang. Untuk mengisi waktu luang tersebut, Bapak ini iseng-iseng belajar bagaimana membudidayakan lebah trigona.

Sejak Tahun 2012, Bapak ini memulai usaha dengan modal belajar dari orang-orang disekitar. Seiring dengan berjalannya waktu, Bapak ini terus  belajar baik bertanya kepada orang lain, mencari informasi di internet, ataupun melakukan eksperimen secara pribadi untuk menemukan cara membudidayakan lebah trigona yang cocok untuk Beliau. 

Berbagai macam kegagalan telah dialami, mulai dari lebah yang kabur, hingga lebah yang kurang produktif. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, permasalahan tersebut lambat laun dapat diatasi secara baik. Untuk saat ini, Beliau masih mengaku terus belajar dalam budidaya lebah trigona spp. Belajar adalah wajib untuk orang yang ingin ahli dalam budidaya lebah ini.

Sewaktu kami ke sana, Bapak ini mengaku memiliki sarang lebah trigona spp sekitar 700 setup. Dari pengakuan Bapak tersebut keuntungan yang didapat setiap tahun adalah berkisar Rp. 30.000.000,00. Padahal bapak tersebut mengaku bahwa budidaya lebah trigona dilakukan semata karena iseng memanfaatkan waktu luang selepas mengajar di SD. Pemanenan dilakukan hampir setiap hari karena untuk memanen satu buah setup kadang memerlukan waktu sekitara seperempat jam. Dalam satu setup dapat menghasilkan madu satu kilo dalam waktu satu tahun.

Menurut Beliau, untuk perawatan cukup sangat mudah. Pemilik setup hanya tinggal memastikan kebersihan kandang terutama dari serangga pemangsa lebah trigona. Hewan-hewan yang biasa mengganggu lebah trigona antara lain cicak, laba-laba, tokek, dan semut. Lebah tidak perlu di beri makan, karena alam sudah menyediakan seperti dari bunga, nektar, dan getah-getahan. Tidak seperti jika kita beternak ayam atau kambing yang harus disediakan oleh pemiliknya setiap saat.

Dalam menjalani budidaya lebah Trigona spp diperlukan keuletan, sabar, dan dinikmati prosesnya, sahut Bapak tersebut. Ketika sudah memutuskan untuk melakukan budidaya lebah, hati dan pikiran harus dalam keadaan senang dan ceria. Mengapa demikian, yaitu agar pembudidaya dapat mendapatkan cinta ketika menjalani rutinitas tersebut. Dengan mencintai pekerjaan maka sesuatunya akan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Malahan jika dilandasi dengan rasa senang, mau bekerja seharian aja mungkin tidak terasa waktu yang dihabiskan. 




Kamis, 03 Januari 2019

Potret Perjuangan Penduduk Pinggiran Pantai di Gunung Kidul

Ini adalah salah satu gambaran di Pantai Jungwok, Gunung Kidul, Yogyakarta. Disini setiap hari penduduk sekitar menggantungkan hidupnya dari hasil pantai. Pantai merupakan ladang untuk mencari rejeki bagi sebagian warga di Gunung Kidul. Dari pantai inilah petani di sini mendapatkan udang, ikan, kepiting, dan kerang-kerangan yang nantinya dijual kepada masyarakat diluar daerah. 

Betapa giatnya orang bekerja untuk mendapatkan udang, ikan, kerang, dan apa saja yang dapat di konsumsi atau di jual. Saya berusaha mengabadikan moment ketika nelayan mencari nafkah dari pantai.  Mereka tidak kenal lelah mencari nafkah untuk keluarga yang sedang menunggu di rumah. Pemenuhan kebutuhan rumah tangga menjadi motivasi mereka dalam bekerja. Mereka tidak memperdulikan ancaman dan bahaya ketika bekerja. Pemandangan di poto dapat menggambarkan betapa ganasnya alam di Gunung Kidul. Masyarakat harus naik keatas bukit yang berupa karang  yang tentu jika terkena kulit akan luka. Jika berpikir takut dengan bahaya, Mereka tidak akan membawa nafkah pulang kerumah. Siang, pagi, dan sore adalah waktunya mengeluarkan peluh. Harapan tersebut beriringan  seiring menetesnya keringat yang keluar dari kulit ari mereka. Agar dimalam harinya, mereka dapat bermimpi indah diatas dipan sederhana yang kenikmatannya tidak ada bandingnya dengan apapun, sekalipun itu mobil Aphard.

Orang seperti di gambar ada dimana-mana, bukan hanya dipinggir pantai. Kita dapat melihat mereka dengan jelas  disekitar kita. setiap daerah memiliki potret yang berbeda-beda. Kita dapat melihatnya dengan berbagai macam bentuk. Perjuangan orang dalam bertahan hidup memiliki cerita menarik untuk diketahui.  Karena biasanya cerita seperti ini menimbulkan kisah-kisah heroik yang tidak kalah sensasi dengan cerita kepahlawanan konvensional. Sekaligus potret semacam ini akan selalu menjadi perenungan bagi kita semua yang lebih diberi kemudahan oleh Tuhan dengan rejeki yang jauh lebih mudah didapat. Jadikanlah hal semacam ini sebagai pelajaran hidup bagi siapa saja yang mau belajar akan arti syukur.





Foto ini diambil ketika family gathering LPDP. Dari namanya saja 'family" sudah menunjukan bahwa acara tersebut berasa ada suasana kekeluargaannya. Dari yang semula tidak kenal, dengan mengikuti acara tersebut maka akan berangsur untuk kenal. Dari yang tidak tahu, oh ternyata setelah mengikuti acara tersebut ternyata ada di A di Fakultas C. Ternyata dan ternyata. Acara tersebut diadakan di hari Sabtu dan Minggu dimana para mahasiswa tidak memiliki kesibukan kuliah. Untuk itu dengan niat tulus dan ingin memajukan persaudaraan diantara teman-teman awarde, maka acara tersebut berhasil dilaksanakan.

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo