Rabu, 04 Maret 2015

Manisnya Jambu di Pagi Hari

Pagi hari ketika akan berangkat ke kantor, saya menyempatkan diri untuk memetik sebuah jambu merah yang berada di depan mes. Jambu inilah yang mengawali cerita hari ini.


Sehabis sarapan pagi  menggunakan menu "seadanya" (sayur, endok, ayam dada, nyam-nyam enaknya), bergegas mengambil dompet yang masih tergeletak diatas kamar tidur, tidak ketinggalan pula handphone yang berada diatas meja ikut saya masukan kedalam saku. Saya pikir harus segera berangkat karena waktu itu arah jarum jam yang berada di ruang makan sudah menunjuk kearah angka enam. Itu artinya adalah waktu untuk mengabsen agar tidak dikatakan telat masih sisa sekitar enam menit. Alat finggerprint telah di setel untuk lebih lambat enam menit dari jam-jam pada umumnya agar memberi kesempatan kepada teman mendapatkan waktu luang dalam mengabsen, karena alat itu tidak memberi kompromi telat satu menit saja kepada para pegawai.

Dengan langkah yang pasti saya menuju kearah pintu mes untuk keluar, langkah kaki pada waktu itu sengaja saya per cepat, dan ternyata efek yang ditimbulkannya, suara langkah kaki saya menjadi keras. Spontan kucing yang saya lewati menyaut ke saya seolah ingin diberi sisa ikan  semalam yang saya sempat makan. Selain kucing, mes juga terdapat anjing. Anjing betah di sini  karena warga mes sering memberi makan kepada anjing liar yang lewat mes, hingga anjing yang lewat merasa nyaman untuk tetap berada di mes. Anjing-anjing ini berada di luar mes, karena tahu bahwa anjing salah satu hewan yang ber najis besar. Pun sama seperti kucing, anjing-anjing ini minta makan akan tetapi saya tidak mengasih makan karena pada waktu itu sungguh sudah benar-benar gawat dalam hal absen pagi sehingga saya haru segera untuk sampai ke kantor sebelum alat finggerprint menolak dengan halus tangan-tangan para pegawai.

Selang beberapa detik kemudian saya melewati pohon yang berada di depan mes, ada berbagai pohon buah besar yang saya lewati, akan tetapi dari sekian banyak pohon hanya satu pohon yang saya perhatikan secara serius. Ya pohon jambu, namun bukan sembarang jambu. Ada makna dari pandangan saya, mengapa hanya pohon jambu itu yang sempat menjadi perhatian untuk saya. Tidak lain dan tidak bukan karena saya melihat warna buah yang sudah masak, ada beberapa buah saja yang berada di pohon jambu tersebut. Itulah yang membuat saya merasa sungguh beruntung, karena saya merasa Tuhan telah memberi rizki di pagi hari dengan memberi satu buah jambu. Jambu itu adalah jambu "darsono". Mungkin bagi kebanyakan orang terutama yang tinggal di sekitar mes jambu ini tidak terlalu istimewa, karena saya merasa hanya saya saja sejak beberapa hari sebelumnya yang mengambil jambu tersebut. Hal ini di perkuat dengan  hasil amatan saya, dimana saya selalu memperhatikan posisi dari masing-masing jambu. Dan setelah diamati dengan teliti posisi tersebut tidak ada perubahan, inilah yang menguatkan posisi argumen saya dan saya rasa sudah terbukti di lapangan. Ada alasan mengapa saya sangat menyukai jambu ini antara lain: 1) buah yang sudah matang rasanya manis dan teksturnya lembut di lidah, 2) buah yang masih setengah matang rasanya campuran yaitu manis dan asam, 3) buah yang masih mentah memiliki rasa yang enak pula untuk di makan (pokoke segalanya bisa dimakan oleh saya........wakwaw). Tidak salah saya langsung mengambil buah jambu yang masih berada di pohon, Saya mengulurkan tangan kira-kira dengan menjinjit jambu itu bisa saya raih dengan sempurna. Hasil petikan terbut saya bawa ke kantor untuk dijadikan cemilan ala kadarnya. Dan sekitar dua menit berselang saya sampai di kantor dan lansung menempelkan jari telunjuk pada alat finggerprint, dan waktu di finggerprint menunjukan angka 07.28, jadi selamatlah saya.


Jambu darsono

Kamis, 12 Februari 2015

Selalu Ada Alasan Untuk Melakukan Perjalanan


Melakukan perjalanan ke daerah yang belum pernah dikunjungi   akan memberi kejutan. Kita tidak tahu bagaimana kebudayaan dan sistem kehidupan sosial yang berada di sana. Selalu ada prasangka sementara yang timbul dari dalam hati yang merupakan sebagai akibat dari keterbatasan pengetahuan seseorang dalam mengunjungi daerah baru. Menurut saya, seseorang yang pertama kali datang ke suatu tempat yang masih baru perlu untuk mempelajari melalui buku, internet, dan yang paling utama adalah bertanya langsung kepada orang lokal. Menanyakan kebiasaan masyarakat setempat kepada ahlinya akan menambah wawasan Kita terhadap daerah yang Kita kunjungi. Tetapi perjalanan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, hanya orang beruntung yang dapat melakukan perjalanan secara gratis.

Indonesia memiliki belasan ribu pulau yang tersebar diseluruh provinsi mulai dari Sabang sampai Merauke dan dari Mianggas sampai Rote. Namun sebagian besar penduduk hanya bermukim di perkotaan di daerah Jawa. Hal ini wajar karena Jawa khususnya di kota-kota besar merupakan pusat dari pembangunan di Indonesia. Disini terdapat fasilitas yang dapat diandalkan untuk memenuhi hidup penghuninya. Sementara itu di luar Jawa penduduknya tersebar pada daerah-daerah yang  satu daerah dengan daerah lain dibatasi oleh jarak yang berjauhan. Orang sudah nyaman tinggal di Jawa biasanya ketika berkunjung keluar pulau akan di khawatirkan oleh kerabat dan saudaranya. Entah itu takut karena nanti akan hilang atau takut kalau orang yang tinggal di luar pulau kesulitan dalam hal komunikasi dan transportasi atau karena kekhawatiran  lainnya. Untuk saat ini pembangunan di luar Pulau Jawa sedikit demi sedikit berangsur membaik. Banyak program pemerintah yang ditujukan khusus untuk membangun baik masyarakatnya maupun membangun fisik untuk menunjang aktivitas manusia. Mungkin dalam beberapa tahun lagi ketika daerah luar pulau Jawa mengalami kemajuan pesat dalam ekonomi akan mendorong masyarakat dari Jawa untuk mencari penghidupan di luar Jawa. Hal ini sudah dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang terus didorong untuk memberi kesempatan luas kepada masyarakat yang tinggal di luar Jawa dengan memberikan beasiswa untuk daerah yang tertinggal, terluar, dan terdepan. 

Beberapa waktu yang lalu saya mendapat kesempatan besar untuk melakukan perjalanan ke Pulau Sumbawa  melakukan pengumpulan data primer. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara kepada pihak terkait sesuai dengan tujuan SPT. Dalam perjalanan tersebut Saya mendapat pengalaman yang luar biasa karena mampu bertanya langsung kepada masyarakat di Pulau Sumbawa. Keuntungan yang dapat diraih yaitu Saya lebih paham sedikit demi sedikit tentang masyarakat disana baik sosial, budaya, maupun geografinya. Berdasarkan diskusi dengan berbagai pihak, Saya yakin dalam beberapa waktu kedepan daerah Sumbawa mampu menjadi daerah yang mandiri terutama karena sumberdaya alamnya yang masih besar. Jika dikelola dengan baik, sumberdaya yang ada akan memberi kebaikan kepada pihak yang mengusahakan-nya.

Untuk mengetahui keadaan suatu tempat tidak cukup hanya dengan membaca atau bertanya kepada orang yang sudah pernah datang kesuatu tempat. Adalah dengan melakukan perjalanan sendiri menuju tempat yang dituju, kemudian kita bertanya langsung kepada masyarakat disana tentang kondisi secara umum untuk kemudian dapat dicari informasi secara khusus tentang tempat tersebut. Tidak ada kata telat untuk melakukan perjalanan ke daerah yang masih asing buat kita. 

Perjalanan ini dilakukan di Pulau Sumbawa

Segala rintangan datang menghampiri, tapi hal itu tidak akan menghentikan laju mobil untuk terus menuju daerah yang sudah direncanakan untuk di tuju

Berdiskusi adalah cara yang baik untuk mengorek informasi secara mendalam mengenai kondisi daerah yang masih dianggap asing

Atau kita bisa memilih orang yang berpengaruh didaerah setempat

Senin, 09 Februari 2015

Makna Pembakaran Ogoh-ogoh

Kegiatan tradisional memiliki makna bagi yang melaksanakannya, karena pelaku biasanya mengharapkan sesuatu dari kegiatan yang diadakan tersebut . Belum lama ini ada kegiatan tradisional  pawai ogoh-ogoh. Kegiatan ini telah ada sejak lama yang dilakukan oleh komunitas Hindu. Kegiatan rutin diadakan satu hari menjelang hari raya Nyepi. Kegiatan banyak diisi oleh kaum muda yang masih semangat membawa ogoh-ogoh dimana terik panas matahari tidak terasa. Keceriaan untuk menyambut datangnya Nyepi di ekspresikan dengan berjoget, menyanyi dan bercanda antara satu peserta dengan peserta lain.

Ogoh-ogoh adalah miniatur segala bentuk kejahatan, keburukan, kemunafikan, keingkaran, dan kebejatan yang diminliki oleh manusia. Segala sifat buruk harus dihancurkan dari muka bumi agar kehidupan berjalan dengan teratur. Ogoh-ogoh diarak mengelilingi jalan untuk diperlihatkan kepada sekalian yang melihat untuk memberi pelajaran agar jangan sampai mengikuti sifat dari ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh disimbolkan dengan bentuk dari mahluk hidup yang seram yang ditakuti dan setiap bagian memiliki makna tersendiri. Misalnya manusia yang bermuka tikus, itu memilki makna bahwa manusia tersebut tamak, dan suka memakan apa saja walaupun itu bukan haknya. Kejahatan dapat menjadi teman dari sebagian besar manusia jika manusia mau menerima dengan baik sifat simbol dari ogoh-ogoh sebagai sumber-dari segala sumber kehidupannya. Ketika seseorang menerima keangkaramurka menjadi teman maka ia telah menjadi ogoh-ogoh yaitu simbol dari segala kemungkaran setiap manusia. 

Ogoh-ogoh diarak menuju tempat pembakaran yang berada di lapangan umum dekat dengan pura. Pembakaran merupakan simbol dari pembersihan segala bentuk keburukan yang melekat dalam tubuh manusia agar hilang dan mampu untuk menumbuhkan rasa optimis manusia untuk berbuat yang lebih baik. Dengan begitu manusia mampu melewati hari secara teratur, dan dapat terjaga keharminisan antar manusia.




Anak-anak berjalan dengan bersemangat menuju tempat pembakaran ogoh-ogoh

Ogoh-ogoh disimbolkan dengan  bentuk manusia yang memiliki rupa yang jelek dan menakutkan

Seluruh kalangan dari Umat Hindu terlarut untuk ikut menuju tempa pembakaran ogoh-ogoh

Jalanan sesak dipenuhi peserta dan penonton
Acara juga di isi dengan kegiatan pertunjukan musik tradisional

Selasa, 27 Januari 2015

Cerita di Pantai yang Surut

Photo ini diambil ketika mengunjungi Gili Trawangan sekitar Bulan Januari 2015. Ketika itu Saya jalan-jalan mengelilingi pulau di bagian barat pulau dekat dengan Hotel Sunset View, dan disana terdapat ayunan yang berada di pantai. Ketika akan mendekat terdapat keraguan apakah diijinkan sama penjaga hotel untuk masuk, pasalnya daerah itu sudah dikapling sama hotel menjadi daerah privat. Akhirnya ketika melihat teman saya yang sudah masuk lebih duluan keraguan itu hilang dan saya langsung memarkirkan sepeda dan kemudian masuk mendekat pantai. Ketika itu air laut sedang surut sekitar 200 meter dari bibir pantai. Penasaran dengan keadaan surutnya air laut, aku beranikan diri untuk menyusur ke tengah laut, disana ketika itu menjadi padang karang dan pasir dengan sedikit air laut yang masih tersisa. Saya berjalan menapaki karang masuk kedalam sejauh dengan menempuh waktu sekitar 10 menit. Saya amati secara hati-hati keadaan disekitar. Was-was akan air yang datang tiba-tiba semakin deras membayangi pikiranku karena saya bukanlah ahli renang yang mampu mengendalikan tubuh saya menuju tempat yang saya ingini. Bersamaan dengan rasa was-was itu, saya juga menikmati kehidupan pantai yang sedang ditinggal surut oleh air laut. Saya perhatikan betul-betul bahwa ternyata jenis mahluk hidup yang dominan tinggal di tempat surutnya air laut yaitu bintang laut. Jumlahnya banyak, hampir setiap langkah mata saya melihat bintang laut ini. Jika tidak hati-hati, kaki saya bisa saja menginjak hewan tanpa tulang belakang ini. Selain itu ada burung yang sedang mencari makan. Mungkin jenis burung pantai yang sedang mencari cacing atau jika beruntung bisa dapat ikan kecil disana. Jumlahnya tidak banyak, sejauh mata memandang, hanya beberapa saja yang masuk penglihatan. Saya , sudah berusaha untuk mengabadikan momen burung yang sedang mencari makan, akan tetapi karena keterbatasan lensa kamera yang saya miliki, saya hanya berhasil memotret dalam jangkauan yang lebar yaitu burung hanya terlihat kecil dan kurang jelas. Seharusnya untuk memotret burung tersebut, jika kita berada jauh dari objek maka paling enak adalah menggunakan lensa tele.

 Baru  setelah itu saya untuk memutuskan kembali ke darat untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Selain itu, saya sudah berjanji untuk dijemput jam 12 di Pelabuhan Bangsal, jadi sekalian saya akan kemas-kemas di penginapan dan mencari makan.

Sambil menikmati ayunan di tepi pantai di gili trawangan




Selasa, 20 Januari 2015

Hutan Kita Dibabat

Pernah Saya mengunjungi daerah yang bernama Desa Rempek  di Lombok dan masuk jauh kedalam kawasan hutan merasa kaget ketika melihat keadaan hutan tidak lagi dalam kondisi sehat. Penebangan marak dilakukan oleh oknum warga untuk meraih keuntungan sesaat. Tanpa ragu kemudian Saya bertanya kepada masyarakat disekitar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sini. Berdasar keterangan dari beberapa orang mengatakan bahwa penebangan dilakukan oleh orang tertentu yang ingin mencari untung sendiri dengan mengabaikan kepentingan yang lebih besar yaitu masyarakat sekitar hutan. Warga yang sadar akan pentingnya hutan ternyata takut dengan oknum warga yang biasa melakukan penebangan liar. Mereka mendapat ancaman fisik yang tidak main-main jika mengganggu oknum ketika melakukan penebangan.

Keadaan buruk yang sudah pernah dialami oleh warga ketika penebangan liar marak yaitu  perusahaan Ongkowijoyo yang merupakan pemegang konsesi untuk hutan di wilayah Rinjani Barat beroperasi dengan melakukan penebangan untuk ditanam tanaman industri. Ketika itu pula warga merasa kekurangan air, dimana yang biasanya air melimpah dan mampu memberi kebutuhan sehari-hari, tiba-tiba saja mengering. Akibatnya banyak sektor yang terkena dampak negatif seperti pertanian, perikanan, perkebunan dan tentunya adalah sektor domestik rumah tangga.

Sebetulnya berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi agar semua kembali seperti sedia kala. Namun apa boleh di kata nasi sudah jadi bubur, barangkali generasi yang menjadi saksi hidup ketika ada penebangan sudah tidak dapat lagi menikmati keadaan seperti sedia kala, akan tetapi Kita harus optimis bahwa generasi dimasa yang akan datang tidak terkena dampak buruk dari pengelolaan hutan yang tidak lestari. Untuk saat ini kementerian Kehutanan tengah berupaya keras agar Kawasan Hutan di Rinjani Barat terutama di sekitaran Desa Rempek dapat lestari memberi kesejahteraan kepada masyarakat sekitar. Program yang dilakukan yaitu memberi pemberdayaan kepada masyarakat sekitar hutan agar berdaya dan dapat memanfaatkan kekayaan yang terdapat disana secara maksimal.

Penebangan liar yang dilakukan oknum warga

Batas antara hutan yang masih virgin dengan kawasan hutan yang sudah dibabat

Tanaman kakao didalam kawasan memberi efek secara ekonomi kepada masyarakat akan tetapi daya dukung lingkungan menjadi berkuran karena tanaman kakao bukanlah jenis tanaman yang kuat menahan erosi di daerah pegunungan

Rabu, 17 Desember 2014

Contoh Usaha Produksi Produk Perlebahan Yang Dilakukan Masyarakat Sekitar Hutan

Setelah mendapatkan sarang  kemudian madu diambil dengan dua cara. Yang pertama adalah dengan cara diperas, yaitu dengan memeras menggunakan tangan terbuka dan di masukan kedalam jerigen. Yang kedua, petani  mengambil madu dengan memasukan sarang yang mengandung madu kedalam toples. Akhir-akhir ini, cara yang kedua banyak dilakukan petani karena permintaan dari pengumpul dan konsumen. Konsumen lebih percaya madu asli jika melihat sendiri madu yang dibeli masih didalam sarang.
Sarang lebah yang mengandung madu

Setelah petani keluar dari hutan maka diangkutlah madu tersebut menuju pengepul. Tetapi, banyak juga konsumen yang membeli langsung ketika petani turun dari hutan. Hal ini lebih memberi kepercayaan kepada konsumen bahwa madu tersebut benar-benar murni. Petani memiliki kebiasaan untuk menjual madu kepada pengepul tertentu karena telah terikat oleh ikatan . Ikatan tersebut yaitu kesepakatan diantara petani dan pengepul karena pengepul telah memberi pinjaman modal kepada petani. Hal ini tentu menjadikan pengusahaan madu yang dilakukan petani kurang menguntungkan karena petani tidak memiliki keleluasaan memilih pembeli dengan harga yang tinggi.
 Setelah madu terkumpul, pengepul melakukan proses pengolahan sederhana yaitu dengan cara menyaring madu sampai bersih. Namun ada juga pengepul yang tidak mengolah madu yang telah didapat dari petani. Kedua jenis madu tersebut sama-sama memiliki harga yang sama ditingkat pengepul. 
Madu yang telah terkumpul kemudian diolah lebih lanjut agar kualitas lebih terjaga


Untuk pengepul yang memiliki kebiasaan menyaring madu biasanya mereka sudah memiliki label tersendiri. Agar merek yang telah dibuat dapat terus diakui oleh langganannya. Sedangkan untuk pengepul yang tidak menyaring madu biasanya mereka masukan kedalam wadah botol kaca 640 ML, botol air mineral plastik 600 ML dan 1500 ML, dan jerigen isi 30 liter. Ada beberapa pengepul kenapa tidak mengolah madu karena konsumennya sendiri lebih mempercayai madu asli jika masih terdapat sisa-sisa perasan baik sarang ataupun anakan lebah.

Sing a Song On The Street


The picture shows the performance of street artician when there are traditional envent. The location on street, so many people become witnes watch the best performance for artis. 

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo