Sabtu, 26 November 2016

Sepenggal Kisah Perjalanan dari Lombok Menuju Salatiga

Pada Tanggal 2 November, Saya melakukan perjalanan dari Lombok menuju Salatiga. Perjalanan tersebut Saya lakukan dalam rangka seminar. Tentunya banyak sekali kisah yang unik yang akan menarik untuk diceritakan. Tapi Saya tidak akan menceritakan semua itu, selain karena tidak ada waktu untuk menulis, nanti kalau Saya tulis semua akan semakin banyak orang yang tahu, padahal saya bukan publik figur atau tokoh politik dan lain sebagainya, dan akhirnya saya niatkan untuk dibuat rahasia saja terutama bagian-bagian yang tidak penting.

Kali ini tidak ada salahnya kalau yang saya tulis adalah sepenggal kisah perjalanannya saja, dalam-dalamnya biarlah menjadi rahasia dari saya.

Saya melakukan perjalanan dari Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebuah pulau kecil yang indah tentunya. Dalam keadaan masih pagi buta yaitu sekitar jam empat pagi Saya bangun tidur. Sebelumnya alarm di HP sudah saya set dulu jam 04.00. Setelah bangun, Saya bergegas mengambil remot untuk menyetel tv, kebetulan pada waktu itu acaranya adalah Liga Champion Eropa. selain suka dengan Liga Champion, saya menyetel tv agar tubuh tidak kaku karena ngantuk. Biasanya saya kalau bangunnya dipaksakan mata masih kriyip kriyip alias kepingin tidur lagi. Setelah waktu berjalan sekitar 10 menit saya baru menuju ke kamar mandi untuk persiapan.

Ibadah sholat subuh sudah dilakukan sekarang tinggal memantapkan persiapan yakni menata baju yang akan dibawa. Hanya dua baju yang saya bawa ketika itu yakni untuk acara seminar dan baju untuk cadangan jika kehujanan. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk persiapan tidak terlalu lama hanya sekitar 10 menit. Sekitar jam 06 pagi Saya bergegas untuk mandi pagi, untungnya waktu itu suhu tidak terlalu dingin jadi bisa menggunakan air dingin, setelah itu makan pagi. Ketika makan pagi, Saya menggunakan nasi sisa semalam. Walaupun sudah lama akan tetapi rasa nasi masih enak. Nah yang terpenting adalah ada lauk yang masih bisa dimakan. Untungnya masih ada gorengan ikan yang tidak terlalu masalah jika dimakan walaupun bibi menggoreng nya satu hari sebelumnya. Setelah perut kenyang saya tambah dengan membuat susu Entrasol agar badan lebih fit tentunya ditambah beberapa madu trigona biar tambah maknyos.

Urusan domestik selesai kemudian Saya memanggil Heri yang tinggalnya tidak jauh dari kamar saya untuk mengantar menuju Pool Damri. Dari mess menuju Damri membutuhkan waktu sekitar seperempat jam. Waktu itu saya diantar menggunakan sepeda motor Yamaha Jupiter. Ditengah perjalanan ternyata saya salah menggunakan jaket dimana jaket yang saya pakai terlalu tipis, yaitu jaket yang saya punya ketika mengikuti kursus bahasa inggris, dan saya harus rela kulit saya merasa menggigil karena waktu itu matahari belum muncul dan suhu belum banyak meningkat. Tepat pukul tujuh kurang 10 menit saya sampai di Pool Damri Mataram yang jaraknya kurang lebih lima kilo meter dari mess. Setelah membeli tiket di loket seharga dua puluh lima ribu Saya pun masuk kedalam bis yang sudah di parkir. Sambil menunggu bis Damri  berangkat pada pukul tujuh pagi Saya pun membuka handphone. Niat hati mau main internet ternyata paket internet sudah habis, ketika itu pula saya mendaftar paket internet yang nantinya juga dapat saya gunakan untuk kepentingan di jalan untuk mencari berbagai macam informasi.

Bus berjalan dan Saya pun duduk di bagian belakang, tak ada waktu terindah yang saya habiskan didalam bus kecuali dengan bermain HP. Sesekali saya menengok kearah jendela dimana yang terlihat adalah anak sekolah yang akan pergi ke sekolah, atau pekerja kantoran yang ingin segera untuk sampai kantor. Setelah lebih dari setengah jam menggunakan Damri, akhirnya saya sampai  tujuan yakni Bandara Internasional Lombok di Praya. Pada waktu itu keadaannya sudah ramai terutama dengan orang yang mengantar penumpang. Tak berselang lama saya bergegas menuju ke ruang check in di bandara untuk mendapat boarding pass. Saya pun mengeluarkan HP saya untuk menunjukan bukti tiket yang saya beli dari internet. Ternyata tiba-tiba oleh petugas di ruang tersebut, Saya disuruh menunggu sebentar di depan ruang check in untuk menunggu beberapa waktu karena ada kabar bahwa pesawat yang akan Saya gunakan delay dua jam. Hati saya pun langsung gundah gelisah, tapi Saya tetap berusaha untuk menenangkan diri. Hati Saya gelisah karena saya membeli tiket untuk penerbangan transit/tidak langsung yakni pertama Saya menuju Bandara Juanda di Surabaya dulu baru kemudian ganti pesawat lagi dari Surabaya menuju Semarang. Selang kurang lebih setengah jam menunggu, Saya akhirnya pun dipanggil oleh petugas untuk memperlihatkan tiket dan KTP dan boarding pass pun keluar. Saya menuju ruang tunggu pesawat dengan perasaan harap-harap cemas karena khawatir nanti kalau sampai Surabaya telat dan tidak dapat pesawat Surabaya -Semarang. Didalam ruang tunggu saya hanya memainkan HP dan mempelajari materi yang akan Saya presentasikan dalam seminar. Tepat sekitar satu jam menunggu, suara speaker terdengar sangat indah sekali, karena pesawat yang saya kira delay dua jam ternyata hanya satu jam saja. Saya pun bergegas menuju ke dalam pesawat Lion Air Boeng 737 900 ER, Saya ketika itu duduk di dekat dengan jendela sehingga ketika terbang Saya dapat melihat Gunung Rinjani yang indah. Pada waktu itu pun perasaan masih ragu tentang pesawat dari Surabaya menuju Semarang apakah sudah berangkat atau belum ternyata terjawab sudah. Setelah sampai di Surabaya, Saya turun dari pesawat dan langsung masuk kedalam terminal keberangkatan yang berada di Pintu 4, Saya tanya kepada petugas ternyata pesawat belum berangkat. Ketika itu hati Saya langsung tenang karena tidak harus membatalkan perjanjian dengan teman yang berada di Semarang untuk bertemu. Setelah menunggu kurang lebih satu jam di Bandara Juanda Surabaya, terdengar panggilan dari petugas yang mengatakan bahwa pesawat Wings Air akan diberangkatkan ke Semarang. Kaki kemudian menuju ke petugas yang mengecek boarding pass penumpang. Sambil menunggu antrian untuk masuk kedalam pesawat, ada petugas yang meminta boarding pass dengan KTP untuk di cek keduanya apakah sama atau tidak. Jika tidak sama antara boarding pass dengan KTP, petugas akan mencurigai bahwa kita mungkin orang yang berbahaya. Tetapi, petugas langsung memberi saya kesempatan untuk masuk ke dalam pesawat yang itu artinya adalah tidak terjadi masalah boarding pass dengan KTP. Pada waktu itu penumpang pesawat yang saya tumpangi tidak menggunakan garbarata atau alat penghubung/jembatan dari terminal ke pesawat. Ketika itu penumpang disuruh turun tangga untuk selanjutnya diantar menggunakan bus ke pesawat. Mungkin karena, pesawat yang kami gunakan berbadan kecil yaitu Wings Air dengan jenis pesawat ATR 72, yang tidak memungkinkan garbarata untuk digunakan.

Turun dari bus kemudian saya masuk pesawat, dan di pintu pesawat terdapat pramugari dengan muka yang tersenyum menyambut dengan ucapan "selamat datang di pesawat Wings Air", Saya pun membalas senyum kepada mbak pramugari tersebut. Pramugari Wings Air beda dengan pramugari Lion atau Batik Air. Perbedaan tersebut terlihat dari postur tinggi badan pramugari Wings Air lebih pendek ketimbang Lion Air. Dari style pakaian, pramugari Wings Air lebih casual/santai ketimbang Batik atau Lion. Dan masih banyak perbedaan-perbedaan yang lain yang tidak bisa ditulis didalam blog ini. Kalau ditulis lebih panjang nanti dianggap menjelekkan salah satu maskapai, ya walaupun mereka bertiga adalah satu perusahaan penerbangan.

Didalam pesawat Wings Air  Saya duduk di bangku nomor 2A yaitu posisi dekat dengan jendela. Menurut informasi yang saya dengar, penerbangan dari Surabaya menuju Semarang memakan waktu kurang lebih satu jam. Dalam waktu tersebut, agaknya Saya banyak menghabiskan waktu untuk tidur. Karena tiba-tiba setelah lepas landas, mata Saya terasa berat sekali dan mungkin saya tertidur setelahnya, karena tidak lama berselang, Saya melihat kearah luar jendela dan pesawat sudah terbang rendah lagi, yang artinya bahwa pesawat sudah mau turun. Dari atas terlihat sawah, sungai pun terlihat warna airnya, gunung nampak konturnya, serta kendaraan terlihat sedang melintas di jalan, itu artinya bahwa landing sudah dalam hitungan waktu yang tidak terlalu lama. Benar juga prasangka ku, setelah itu kru pesawat mengumumkan bahwa pesawat sebentar lagi akan mendarat, dan semua penumpang dianjurkan mempersiapkan diri untuk memasang sabuk keselamatan. Dari sini Saya yakin bahwa, Saya telah tidur untuk beberapa waktu.

Bagi saya, hal yang menegangkan dalam penerbangan adalah ketika pesawat take off (naik) dan landing (mendarat). Karena ketika itu biasanya pesawat posisinya tidak stabil, dan ketika landing atau take off biasanya saya banyak berdoa, biar pesawat tidak terjadi apa-apa. Selain itu bagi saya, ketika landing posisi pesawat akan terdapat goncangan, inilah yang membuat pikiran kadang was-was. Pun sama pada saat itu pendaratan tidak berjalan dengan mulus, ada sedikit goncangan. Tapi waktu itu goncangan tidak parah dan dapat diatasi oleh pilot. Dengan mendaratnya pesawat, suasana hati menjadi nyaman sekali dan plong. Setelah itu, Saya mengambil tas hitam dengan merek Polo Clasic di kabin pesawat. Tas yang saya bawa tidak terlalu berat, sekitar lima kilo saja. Jadi kalau perjalanan jauh tidak terlalu repot dengan hanya membawa barang bawaan yang ringan. Dalam beberapa tahun ini saya mulai mengatur barang bawaan agar mudah untuk dibawa. Barang bawaan saya masukan kedalam tas dan saya usahakan tidak berlebihan, karena kalau berlebihan akan banyak masalah seperti berat, atau barang dapat tercecer ketika akan mengemas ulang.

Turun dari pesawat, Saya langsung masuk kedalam ruang pengambilan bagasi. Saya tidak mengambil bagasi karena memang tidak membawa barang yang dimasukan kedalam bagasi, hanya membuka buka handphone untuk serching sejenak tentang Kota Semarang terutama transportasinya. Selain itu Saya membuka Whats app untuk mengabarkan kepada teman yang ada di Semarang bahwa Saya sudah sampai. Teman saya menyarankan untuk menggunakan taxi saja, Dengan mematuhi teman saya, Saya akhirnya mencari loket penjualan karcis taxi. Tujuan saya adalah ke Kantor Taman Nasional Karimun Jawa, petugas loket mengatakan bahwa saya harus membayar uang sejumlah 94.000 rupiah. Sembari menuju ke terminal taxi saya memperhatikan sekeliling saya, siapa tahu ada yang saya kenal. Ternyata setelah saya check betul tidak ada orang yang saya kenal, mungkin Saya terlalu ge er kaya orang yang terkenal saja, dan akhirnya setelah mengantri sekitar lima menit, saya kebagian taxi yang dikemudikan oleh bapak paruh baya. Ketika awal masuk, saya diminta untuk menunjukan bukti pembelian tiket taxi. Kelihatannya bapak tersebut agak kurang senang setelah membaca tujuan saya, hal tersebut dapat saya rasakan karena rute yang akan saya tuju terlalu jauh dan dikhawatirkan akan terjadi macet, kata bapak supir taxi tersebut. Saya sebetulnya tidak terlalu senang dengan bapak supir taxi tersebut karena banyak mengeluh inilah itu lah, saya sebagai penumpang jadi tidak nyaman. Ya udahlah saya terima saja, karena saya memang tidak bisa memilih supir taxi mana yang akan mengantarkan saya. Saya anggap sebagai ujian saja untuk melatih kesabaran saya. 

Dengan sedikit bingung karena supir tidak tahu lokasi yang dituju yaitu Kantor Taman Nasional Karimun Jawa, Saya keluar untuk menanyakan kepada seseorang yang berada di Jalan Waluyo, dan dengan informasi tersebut akhirnya titik terang ditemukan dan perlahan taxi menuju tempat tersebut. Ketika turun saya disambut oleh seorang satpam yang ingin menanyakan keperluan saya datang. Dengan tegas Saya katakan bawa Saya ingin bertemu Mas Agus Roma Purnomo yaitu teman ketika EAP di Bogor. Kemudian tanpa lama, teman yang saya maksud muncul, lalu Saya diajak untuk sholat dan kemudian diajak ke ruang perpustakaan untuk ngobrol dan dibuatkan es teh. Selang beberapa lama, Saya diajak untuk makan di sebuah tempat makan yang tidak jauh dari situ, tempatnya berupa lesehan dan disampingnya ada kolam, yang sepertinya memang konsep dari lesehan tersebut yakni lesehan pemancingan. Menu yang dihidangkan pun lumayan enak yaitu ikan gurami, oseng kangkung, tempe mendoan dan sambel. Minumannya adalah jus alpukat serta air mineral. Setelah kenyang Saya pun merasa mengantuk, akan tetapi saya usahakan untuk tetap tegar karena sebentar lagi saya akan menuju ke Salatiga. Setelah selesai dan jreng jreng jreng .... Saya di traktir mas Agus, selanjutnya, Saya diantar mas Agus menuju pool taxi yang berada di SPBU, ternyata taxi nya ada tetapi supir nya tidak ada. Setelah itu, kami mencari taxi di daerah Universitas Muhammadiyah Semarang, dan disana ada taxi dan supirnya. Setelah itu Saya berpamitan kepada teman saya tersebut untuk pergi ke Salatiga.

Saya bersama pak supir taxi menuju daerah yang bernama Gang Nangka untuk menyetop bus jurusan Semarang- Solo. Setelah turun ternyata sudah ada bus yang sedang ngetem untuk menunggu penumpang, tanpa pikir panjang Saya pun langsung naik kedalam bus tersebut. Perjalanan dari Semarang menuju Salatiga membutuhkan waktu kurang lebih satu jam perjalanan. Ketika sampai di Salatiga, Saya sudah menghubungi saudara dari teman kantor yang juga berasal dari Salatiga. Saya dianjurkan untuk turun di Pasar Sapi, yakni sebuah perempatan yang katanya dulu merupakan bekas pasar sapi. Di situ Saya kemudian menghubungi saudara dari teman Saya yang bernama Mas Eko, Saya kemudian diantar untuk mencari hotel, dan menginaplah Saya di Hotel Beringin. Saya mendapat harga promo ketika menginap di hotel tersebut, yang awalnya harga satu kamar untuk satu malam sekitar tujuh ratus ribu menjadi hanya dua ratus lima puluh ribu, padahal tempatnya lumayan bagus dan memuaskan lah pokoknya.

Pada malam harinya Saya berusaha keluar hotel untuk menikmati  Kota Salatiga. Saya keluar selain karena ingin mencari suasana malam di Kota Salatiga Saya juga ingin mencari makanan khas kota ini. Ternyata kotanya bersuhu dingin dimalam hari, butuh yang hangat-hangat nih biar suasana tambah rame. Disepanjang jalan banyak ditemui pedagang yang menjajakan ronde, roti bakar, sate, pecel lele. Dari pada pulang tidak dengan perut kenyang, Saya memutuskan untuk membeli wedang ronde dan roti bakar. Tidak tahu kenapa pada malam itu rasanya tidak kepingin makan besar, ternyata kenyang karena makan besar di Semarang masih terasa hingga di Salatiga. 

Keseokan paginya Saya mempersiapkan diri untuk menghadiri acara yang berada di Universitas Kristen Satya Wacana tepat waktu. Sekitar pukul tujuh pagi Saya menuju lobbi hotel  menemui petugas hotel disana untuk check out,  urusan administrasi di hotel selesai saatnya mencari makan pagi. Tidak jauh dari pintu keluar hotel, mata Saya melihat orang yang berjualan diatas mobil. Dengan perasan gembira saya menghampiri pedagang tersebut untuk membeli. Penjual tersebut adalah sepasang suami istri,ketika baru sampai di sana saya di tanya sang suami "mau makan apa mas" saya langsung mejawah "pecel", langsung sang istri menyiapkan saya seporsi pecel dengan lauk telur. Setelah itu saya ditanya lagi oleh suami itu "minumnya apa" langsung saya menjawab " teh anget pak", saya sembari menuju tempat duduk yang berada di emperan toko, lelaki sekitar umur 40 tahun tersebut menyiapkan teh anget yang saya minta. Pecel yang saya pesan datangnya belakangan, teh lebih cepat datang beberapa menit sebelum pecel siap. 

Makan pecel pun selesai, Saya menuju jalur angkot nomor lima yang berada di perempatan tidak jauh dari tempat makan pecel tadi. Saya berdiri menunggu angkot sekitar lima sampai sepuluh menit, rupanya saya sudah. Angkot berjalan kurang lebih sepuluh menit,setelah sampai Bank BRI kemudian Saya berganti ke angkot nomor dua. Angkot nomor dua langsung lewat didepan kampus dan saya berhenti di depan Fak. Ekonomi. Dari situ Saya masuk kedalam ruangan yang digunakan untuk pembukaan. Pada awalnya masih sepi orang, tapi kelamaan peserta pada datang. Perlu diketahui bahwa peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Saya merupakan satu-satunya perwakilan lembaga non perguruan tinggi. Peserta yang datang adalah dosen, mahasiswa, dan peneliti. Struktur acara adalah pembukaan dan sambutan-sambutan, istirahat, presentasi, dan terakhir adalah penutup dan pembagian hadiah.

Pada acara tersebut dihadiri oleh sekitar 50 pemakalah. Setiap peserta akan mempresentasikan makalahnya dan tanya jawab dengan waktu sekitar setengah jam. Ketika itu Saya mempresentasikan dalam waktu yang relatif singkat sekitar sepuluh menit dan sesi tanya jawab sekitar lima menit, jadi ketika saya presentasi masih ada waktu yang tersisa. Setiap peserta yang hadir di ijinkan untuk bertanya kepada pemakalah tentang makalah yang dipresentasikan. Semua peserta aktif bertanya, tapi saya aktif untuk mengamati peserta yang hadir alias yang paling pasif. 

Presentasi selesai dilakukan, peserta ada yang melakukan makan-makan, istirahat, dan sholat. Yang saya apresiasi disini adalah panitia mempersiapkan ruangan untuk sholat. UKSW adalah universitas kristen, tapi disini mereka begitu menghargai yang beragama Islam dengan menyediakan tempat untuk sholat. 

Acara ditutup dengan pemberian hadiah, dari lima puluh makalah tersebut, Alhamdulillah, makalah yang Saya bawakan mendapat penghargaan..

Sebagai pentutup, Acara selesai sekitar jam lima sore, dan Saya pulang ke Kebumen dulu lewat Solo.

to be continued........


Ruang check in Bandara Internasional Lombok (BIL)

Pesawat Wings Air di Bandara Juanda Surabaya

Tiba di Bandara Ahmad Yani Semarang

Penjual wedang ronde di Salatiga, Jawa Tengah

Kota Salatiga di malam hari

Kota Salatiga dekat UKSW

Pertigaan di Salatiga
Pembukaan seminar


UKSW

Peserta seminar melakukan sholat

Dapat penghargaan

Minggu, 30 Oktober 2016

Sate Ambal Kebumen, Sate Legenda di Jalur Selatan-Selatan Jawa

Ketika lebaran pada Tahun 2015, Saya menyempatkan untuk mengunjungi Kecamatan Ambal di Kabupaten Kebumen. Pada waktu itu, Saya mengajak adik Saya untuk menemani jalan-jalan. Pada awalnya, Saya hanya ingin pergi ke Kota Kebumen saja, akan tetapi ketika pulang dari Kebumen Saya melewati jalur selatan-selatan karena jalan utama menuju Kutowinangun macet karena arus lebaran. Alhasil Kami berdua menggunakan motor membelok kearah selatan melewati daerah Bulus Pesantren

Kami menuju jalur selatan-selatan Jawa yang lebarnya tidak lebih dari lima meter. Beberapa kali, kami harus mengerem menghindari kendaraan dari arah berlawanan yang berusaha untuk menyalip kendaraan didepan nya. Jalan yang kami lewati juga terdapat lubang di beberapa titik. Belum lagi Kendaraan dari pemudik yang kebetulan lewat jalur selatan-selatan untuk menghindari macet di jalur utama menjadi alasan untuk selalu berhati-hati. Singkat kata Kendaraan kami lebih lambat setengah jam dari waktu normal.

Kebumen merupakan daerah dimana sebagian besar penduduknya menggantungkan ekonomi dengan bekerja di luar kota. Sebagian besar mereka mencari nafkah di daerah Jabodetabek.  Lebaran merupakan momen yang tepat untuk bagi para perantauan yang pulang untuk berjalan-jalan ke lokasi wisata di Kebumen, makanya jalan-jalan di Kebumen begitu ramai.

Tanpa sengaja Saya ada keinginan untuk mengunjungi pantai selatan. Pantai ini menjadi kenangan yang begitu berarti karena pantai inilah merupakan pantai yang pertama kali Saya lihat dalam sejarah hidup Saya. Ketika kecil orang tua sering mengajak ke sini. Ketika itu saat masa-masa lebaran. Maklum lah, orang desa kalau mau liburan yaitu ketika ada hari raya. Ada banyak sekali perbedaan pariwisata di Ambal pada jaman dahulu dengan jaman sekarang. Yang paling mencolok adalah transportasi yang digunakan pengunjung sekarang menggunakan kendaraan pribadi dibanding dengan jaman dahulu yang banyak menggunakan kendaraan umum yang dalam bahasa lokal yaitu "colt". Sehingga pengunjung pada jaman dahulu ketika Saya kecil atau sekitar Tahun 2000 an kebawah harus berjalan jauh dari terminal dadakan disekitar jalan raya menuju pantai yang kira-kita jaraknya kurang lebih dua kilo. Jika dilihat dari pantainya, sekarang ini di sekitar pantai ditanam pohon cemara. Pohon ini di tanam oleh teman-teman dari Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai program penguatan masyarakat terhadap bencana khususnya tsunami. Pohon cemara ini sekarang digunakan sebagai peneduh bagi wisatawan yang mengunjungi pantai, karena memang ketika kita berada di bawah pohon cemara terasa sejuk.

Namun setelah sekian lama tidak mengunjungi Ambal ada hal yang tidak berubah, salah satunya adalah kulinernya yaitu sate ambal. Sate ambal merupakan makanan khas dari Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Sate ini berbeda dengan sate yang lainnya terutama sate Madura dan Tegal.

Sebagaimana pada umumnya, sate ini menggunakan  ayam sebagai bahan utama, akan tetapi bumbu yang digunakan tergolong unik, yakni menggunakan bumbu dari tempe. Tempe diolah dengan menggunakan bumbu rempah pada umumnya. Air kaldu dari rebusan ayam digunakan sebagai pengencer pada bumbu sate ambal. Sehingga rasanya menjadi lebih gurih dan nikmat.

Setelah Saya memasukan sate ke dalam mulut, rasanya tidak berubah masih seperti yang dahulu. Ketika menyantap sate ambal rasanya kembali lagi ke masa silam dimana orang tua saya mengajak saya ke pantai dan didapantai membeli sate untuk dinikmati bersama-sama. Inilah sate legenda bagi saya, karena setelah sekian lama tidak menikmati sate, akhirnya dapat mencicipi lagi sate ini, dan rasanya pun tidak berubah.


Sate ambal, salah satu masakan tradisional Indonesia

Bumbu sate ambal

Kupat  dari sate ambal

Daging sate ambal

Jumat, 09 September 2016

Pengusahaan Gaharu (sekilas)

Gaharu adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki ciri khas karena mengeluarkan aroma yang harum. Di pasaran, gaharu memiliki nilai jual yang tinggi karena banyak dicari orang terutama karena dijadikan sebagai parfum, aromaterapi, kosmetik, dan obat-obatan.

Pohon ini sekarang mudah jumpai di kebun-kebun warga. Di Pulau Lombok, masyarakat sudah lama mengenal pohon ini terutama dari jenis Gyrinops. Pohon gaharu mudah untuk dibudidayakan warga, karena pohon ini sebagai tanaman sela atau dalam kata lain gaharu bukan sebagai tanaman pokok. Dengan begitu hasil yang didapat akan lebih banyak karena selain menanam tanaman pokok petani juga akan mendapat keuntungan dari menanam tanaman gaharu.

Petani umumnya merasa kesulitan mengelola pohon gaharu yaitu ketika memasuki masa produksi gaharu. Yaitu ketika pohon siap di suntik sampai dengan masa penyulingan. Teknologi untuk produksi yang terbatas menjadi alasan mengapa masih banyak petani yang memercayakan proses inokualasi sampai penyulingan kepada pihak lain terutama para pemilik modal. Jika petani sudah mampu dan mengetahui cara-cara produksi mulai dari penyuntikan sampai dengan penyulingan maka akan semakin mendatangkan keuntungan yang semakin besar. 

Petani gaharu perlu mendapat penguatan terutama agar mereka dapat mendapat keuntungan yang besar dari sistem produksi gaharu. Berbagai macam cara sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun oleh instansi terkait. Penguatan tersebut yaitu mengenai pelatihan budidaya, penyuntikan jamur, cara carving, hingga proses penyulingan untuk mendapat minyak gaharu. Perlu untuk diketahui bahwa harga gaharu di pasaran pada tahun 2013 di Papua Nugini sebesar $560 per kilo, di Thailan perkilo gaharu mencapai harga $ 2.000, sedangkan untuk harga minyak sendiri mencapai $ 15.000 per kg (Lutfi A, et.al.). Dengan potensi sumberdaya yang sudah ada, kesempatan untuk mendapat keuntungan dari sistem produksi gaharu sudah didepan mata. Sekarang yang terpenting adalah mendapatkan teknologi tepat guna yang mampu mengolah gaharu menjadi barang bernilai tinggi.

Dengan masih tingginya permintaan gaharu terutama dari negara-negara timur tengah dan negara-negara Asia Timur harus di manfaatkan sebaik mungkin agar peluang tersebut tidak terbuang percuma.  Peluang tersebut terutama dapat di manfaatkan dengan memberikan dukungan untuk petani yang berada di perdesaan. Dukungan dapat diberikan dalam bermacam-macam bentuk terutama agar terdapat keadilan diantara petani. Dengan begitu petani akan terus bersemangat dalam menanam pohon tersebut.



Biji dan daun pohn penghasil gaharu


Pohon gaharu dari jenis gyrinops yang masih muda. Pohon ini menjadi pohon sela

Biji gaharu dari jenis gyrinops yang sudah pecah dan siap untuk disemaikan

penampakan daun gaharu dari jenis gyrinop dengan gambar dua sisi

Senin, 08 Agustus 2016

4 Jam Bersepeda Mengunjungi Air Terjun Aik Kelep di Lombok

Jika kamu mencari jalan untuk kesenangan
Tak perlu jauh berjalan, Jalan itu banyak jika kau mencari
Kamu dapat berjalan kemana saja, seperti gelombang menghancurkan karang
Dirimu adalah intan dapat menembus segala

Lupakanlah masa lalu suram yang sering kau kenang
Walaupun kau diam, tua akan datang
Berbuatlah, bertindak, melangkah ke bintang terang
Disana ada cahaya yang terang dan akan membimbingmu jalan pulang
                                              ______yumantoko_______


Syair diatas adalah untuk menggambarkan suasana hati para petualang. Dimana jiwa petualang adalah jiwa pendobrak ketidaknyamanan. Karena apabila manusia sudah dijangkiti virus "nyaman" akan sulit untuk berbuat yang berguna untuk dirinya dan orang lain. Keluar dari zona nyaman dapat dilakukan dengan mengunjungi daerah yang dekat dengan rumah. Bisa dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda. Motor pun bisa dapat menjadi alternatif ketika kita tidak ingin bersusah payah atau capek. Karena setelah mengunjungi tempat tersebut, kamu pasti akan menemukan pandangan baru tentang lingkungan, dan diri kamu sendiri. Untuk mengikuti teori saya yang ngawur  seperti diatas, Saya mengunjungi air terjun Aik Kelep di Lombok Barat, dimana lokasi untuk menuju kesana harus melewati hutan dimana jalan untuk kesana sempit yang kadang naik dan turun, kadang pula harus melewati sungai dengan batu-batu yang besar.

Ketika itu hari libur yang sedang cerah. Kami yang hobi naik sepeda tidak sabar untuk mengayuh menuju Air Terjun Aik Kelep, yaitu air terjun yang belum terkenal di Pulau Lombok. Air terjun ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata baru terutama wisata trekking. Karena letaknya yang jauh kedalam hutan, siapa saja yang mengunjungi air terjun pasti akan merasa kalau dirinya sedang berpetualang. Jalan menuju ke air terjun begitu menantang. Lebarnya hanya cukup satu orang berjalan. Pemandangan selama perjalanan begitu mempesona, apalagi bagi orang kota yang jarang mengunjungi hutan. Kontur jalannya berupa jalan tanah, kadang kita menemui jalan batu ketika menyeberang sungai kecil.

Untuk menuju ke air terjun ini, saya harus melewati hutan yang lebat dan berliku-liku. Jalanannya sempit dan berbatu, dan ada titik yang licin, sehingga saya harus hati-hati agar tidak terpeleset atau tersandung. Saya memilih untuk menggunakan sepeda, karena saya ingin merasakan sensasi berpetualang di alam liar. Selain itu, saya juga ingin menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak mengeluarkan polusi dari kendaraan bermotor.

Perjalanan menuju ke air terjun ini membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari mess. Di sepanjang jalan, saya bisa melihat pemandangan yang menakjubkan, seperti pepohonan hijau, sungai yang jernih, dan binatang-binatang liar seperti monyet dan burung. Saya juga bisa mendengar suara alam yang merdu, seperti gemericik air, kicauan burung, dan angin yang berhembus. Medan jalan yang ditempuh berupa tanjakan yang kelihatan ringan, namun setelah dijalani ternyata bikin kaki tegang, dan napas ngos ngosan.

Saya harus melewati hutan yang jalannya sempit. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi saya, karena saya harus turun dari sepeda agar bisa lewat. Saya juga harus waspada karena di kiri kanan berupa jurang yang lumayan dalam. Tapi saya tidak menyerah, karena saya tahu bahwa di ujung perjalanan ini ada sesuatu yang luar biasa menanti saya.

Kiri dan kanan selama perjalanan berupa pepohonan yang rimbun. Pohon durian mendominasi tumbuhan buah. Sayang sekali, kemarin bukan musim durian. Mungkin boleh lain kali ketika musim durian, Saya akan mengunjungi lagi daerah ini. Ada juga tanaman HHBK ( Hasil Hutan Bukan Kayu) yaitu bambu, dan pohon aren. Kalau aren menghasilkan penghasilan yang tidak kenal musim. Masyarakat disini memanfaatkan aren dengan mengambil nira untuk dijadikan tuak. Harga satu botol Aqua besar Rp 10.000,- , harga yang begitu lumayan untuk masyarakat desa. Karena dengan harga sebesar itu satu petani dapat mengantongi penghasilan yang luar biasa. Bayangkan jika sekali panen nira yaitu ketika sore hari, satu orang petani dapat mengumpulkan beberapa jeriken. Ya itulah rejeki untuk orang yang mempunyai pohon aren.

Ketika itu, kami ditemani oleh anak-anak dari Desa Giri Madya. Awalnya, kami ketemu dengan anak-anak tersebut ketika saya dan teman saya bertanya mengenai lokasi air terjun. Tiba-tiba saja anak yang kami tanya malah menawarkan untuk mengantar sampai ke air terjun. Lantas setelah itu, kami diantarkan sampai ke air terjun. Selain menunjukan jalan, anak-anak itu juga menuntun sepeda kami. Sungguh sangat beruntung karena kami pkir jalan yang kami lewati berliku-liku, dan jika kami sendiri yang kesana sudah dipastikan akan tersesat.

Saya sangat bersyukur bisa mengunjungi tempat ini dan bertemu dengan anak-anak yang luar biasa. Saya belajar banyak hal dari mereka, seperti kebaikan, keramahan, dan kegembiraan. Saya juga merasa lebih dekat dengan alam dan Tuhan. Saya berharap bisa kembali ke sini suatu hari nanti dan bertemu lagi dengan anak-anak Desa Giri Madya.

Akhirnya, setelah melewati semua rintangan dan tantangan, saya sampai di air terjun Aik Kelep. Saya langsung terpesona dengan keindahan air terjun ini. Airnya jatuh dari ketinggian sekitar 35 meter dengan suara yang menggelegar. Airnya berwarna biru muda dan sangat segar. Di sekeliling air terjun ada tebing-tebing yang ditumbuhi oleh lumut hijau dan bunga-bunga liar. Udara di sini sangat sejuk dan bersih.

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk memegang air terjun ini. Saya merasakan sensasi dinginnya air yang menyentuh kulit saya. Saya juga merasakan pijatan-pijatan halus dari air yang jatuh dari atas. Saya merasa sangat rileks dan tenang di sini. Saya lupa dengan segala masalah dan kepenatan yang ada di luar sana.

Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Air terjun yang kami tuju sangat indah dan sejuk. Kami bisa mandi dan bermain air di sana. Anak-anak yang menemani kami juga sangat ramah dan ceria. Mereka bercerita tentang kehidupan mereka di desa dan tentang air terjun yang menjadi tempat favorit mereka. Kami juga berbagi makanan dan minuman dengan mereka. Kami merasa seperti saudara.

Saya juga mengambil beberapa foto untuk mengabadikan momen ini. Saya ingin membagikan pengalaman saya ini kepada teman-teman dan keluarga saya. Saya ingin mereka juga bisa merasakan apa yang saya rasakan di sini. Saya ingin mereka juga bisa menghargai keindahan alam yang Tuhan ciptakan untuk kita.

Saya merasa sangat bersyukur dan bahagia bisa mengunjungi air terjun Aik Kelep ini. Saya merasa bahwa ini adalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. Saya belajar banyak hal dari petualangan ini, seperti menghormati alam, mengatasi rasa takut, dan menikmati setiap detik yang ada. Saya juga merasa bahwa saya menjadi lebih kuat, lebih berani, dan lebih bijaksana setelah menghadapi semua tantangan yang ada.

Saya berharap bahwa saya bisa kembali ke sini suatu hari nanti. Saya juga berharap bahwa air terjun ini tetap terjaga keasliannya dan tidak rusak oleh ulah manusia. Saya berharap bahwa semua orang bisa mengunjungi tempat ini dan merasakan keajaiban yang ada di sini.
Terima kasih sudah membaca blog post saya ini. Semoga bermanfaat dan menginspirasi kalian semua. Sampai jumpa di petualangan selanjutnya!


Jalur yang dilewati dalam jelajah dengan sepeda cukup menantang. Kami harus berjalan mengantri. Karena sebelah kiri kami adalah jurang yang dalam

Kami harus menyeberangi lembah dengan jalan berbatu besar. Kami dibantu anak-anak menunjukan jalan.

Pemilik blog lagi nggaya

Pemandangan dengan latar belakang air terjun

Anak-anak ini adalah yang mengantar kami ke air terjun. Tanpa petunjuk dari anak-anak, mustahil kami dapat sampai ke air terun

Pumpung lagi di air terjun, tidak ada salahnya melakukan foto

Anak-anak ini sangat membantu sekali dalam perjalanan menuju air terjun

Kami melewati sungai yang alirannya tidak terlalu deras

Kami pun harus istirahat sejenak untuk melepas lelah, dan selanjutnya setelah tenaga sudah terkumpul, kami berjalan lagi menuju air terjun

Anak-anak dengan semangat membantu kami membawa sepeda. Kadang kami menemui jalan terjal namun kita semua bekerja sama untuk melewatinya.


Air terjun yang menjadi tujuan kami. Kami tidak lupa untuk mengabadikan momen tersebut. Anak-anak yang ikut bersama kami naik ke dinding karang, lantas karena membahayakan jiwa, saya menyuruh anak-anak untuk segera turun.

Jumat, 24 Juni 2016

Family Gathering Litbang Kehutanan Mataram

Untuk menciptakan keakraban diantara pegawai, tepatnya sekitar awal tahun 2016 ini, kantor kami mengadakan family gathering. Walaupun tidak ada tema khusus untuk acara ini, kegiatan yang berlangsung dari pagi sampai siang berjalan sukses.

Acara dilaksanakan di dua tempat yaitu di kantor dan di lesehanan Langko. Pertama tama acara diawali pembukaan dari kepala balai kemudian teman-teman diarahkan ke lesehan Langko untuk menyantap makan siang. 

Acara berlangsung dalam suasana yang heboh. Hal ini dikarenakan para partisipan yang hadir membawa anak yang masih kecil-kecil. Misalnya ketika kepala balai sedang memberi ceramah kepada para pegawai, tiba-tiba saja ada anak kecil yang berlari-lari di depannya. Sehingga orang yang mendengarkan kurang fokus dan malahan lebih tertarik untuk melihat tingkah lucu anak kecil yang berteriak-teriak. Belum lagi anak-anak yang berlari kesana kemari, bahkan sampai ada yang naik keatas meja. Ya itulah namanya orang yang sedang melakukan family gathering, kalau tidak ada kejadian seperti itu tidak akan asik.

Ketika semua sudah berkumpul di lesehan, penyanyi lokal ikut meramaikan acara dengan bernyanyi dan bergoyang diiringi musik orjen tunggal. Tidak lupa beberapa pegawai yang memiliki bakat seni di bidang olah fokal juga tidak ketinggalan untuk menyumbangkan suara, termasuk saya. Saya yang pada waktu itu juga turut menyanyikan sebuah lagu berjudul "malam ini" karya Ahmad Dhani, walaupun suara kurang pas dengan musik orjen, tetapi saya begitu menikmati, gak tahu yang mendengarkan mungkin pingin-pingin cepet selesai. Ini dikarenakan suara saya rendah, sedangkan musik orjen tunggal di set lebih tinggi. Gak masalah kalau cuma masalah nada sumbang, fals dan sebagainya yang penting ada yang mengisi acara agar acara ramai dan berjalan sukses.

Kopi, teh, es kelapa, dan air putih menjadi minuman yang menyegarkan suasana di tengah terik matahari yang pada waktu itu bersinar cerah. Di setiap sudut yang teduh menjadi tempat yang asik untuk ngobrol dan sembari untuk mencicipi beberapa hidangan yang disajikan dan melihat beberapa anak-anak berenang di kolam yang tidak terlalu luas. Sementara itu beberapa orang tua ikut mengawasi anak-anak yang sedang mandi. 

Hidangan buah rambutan menjadi cemilan yang tidak kalah menariknya dari cemilan yang lain sebelum makan siang dimulai. Selain itu untuk memberi kesan mantap ketika acara, panitia juga menyuguhkan makan besar. Semua bebas mengambil sesuka hati, boleh mengambil sampai perut besar, tapi kalau tidak bergerak karena kekenyangan, panitia tidak bertanggung jawab.

Menu utama adalah pelecing, yaitu makanan khas dari Pulau Lombok yang tidak boleh ketinggalan di setiap acara yang diadakan di Pulau ini. Ada juga ayam goreng yang di goreng begitu renyah hingga menyamai KFC atau CFC. Tidak lupa untuk memberi kesan pedes yaitu sambal ekstra khas Lombok yang kepedasannya mampu mengalahkan pedasnya sambal ABC. 

Dan akhirnya setelah Dzuhur acara selesai, dan semua peserta meninggalkan tempat dengan penuh rasa kenyang (*_*).






Penyanyi terkenal dari Pemalang "Alex Novandra" ketika berduet dengan penyanyi jebolan Langko Idol

Suasana akrab diantara pegawai Litbang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan







Selasa, 21 Juni 2016

Sungai dan air terjun

Kebiasaan Saya kalau sudah bosan di mes dan lama tidak keluar kantor biasanya ada keinginan untuk melakukan perjalanan ke luar. Kebiasaan ini saya rasa merupakan hal yang positif, dimana kita dapat melihat pemandangan ke alam bebas sekaligus melakukan interaksi dengan masyarakat sekitar. Selain itu, untuk menghabiskan energi dengan menggerakan badan di tempat-tempat yang menarik agar tubuh tidak terasa kaku.

Berjalan mendaki bukit dan kemudian turun, merupakan aktivitas yang berat terutama bagi yang tidak pernah melakukan kegiatan ini sebelumnya. Bagi orang yang sudah terbiasa dengan aktivitas diluar ruangan hal itu merupakan tantangan karena orang tersebut biasanya akan mencari kesempatan yang berbeda dan tentunya akan menambah pengalaman terhadap lingkungan di sekitarnya. 

Foto ini saya ambil ketika melakukan perjalanan ke Lombok Utara, daerahnya jauh dari keramaian kota. Akan tetapi daerah ini sedikit jauh dengan jarak sekitar 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Perjuangan yang tidak akan rugi karena ketika sudah sampai kita dapat menghirup sedalam-dalamnya udara disini yang belum tercemar. Kita juga dapat mendengar suara burung. Kadang kita berpapasan dengan kera-kera yang sedang berkumpul. Tidak itu saja, suara aliran air dan air terjun menambah ke asri tempat tersebut.

Ketika kaki mulai masuk kedalam sungai, rasa-rasanya dingin seluruh tubuh walaupun hanya baru kaki yang masuk ke air. Ketika tubuh sudah mulai berenang masuk kedalam air, dinginnya tidak hanya di kulit, tapi perlahan mulai masuk kedalam hati mendinginkan pikiran dan perasaan yang liar.


Sumber daya air yang melimpah seharusnya dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya

pemandangan alam natural
Pemanfaatan sumberdaya air salah satunya adalah dengan menjadikan pariwisata

Alam yang telah menyediakan sumberdaya agar dapat digunakan sesuai fungsunya

Kamis, 12 Mei 2016

Ngepit

Saya bisa naik sepeda pertama kali ketika masih kecil. Saya lupa umur berapa memulai menaiki sepeda. Tapi berdasarkan ingatan sesaat saya ketika menulis blog ini kurang lebih ketika sekolah TK. Orang yang pertama melatih Saya naik sepeda adalah orang tua saya. Pertama kali, sepeda yang Saya pakai yaitu sepeda kecil yang dibeli dari tetangga yang rumahnya tepatnya di utara Masjid Raudatul Jannnah Desa Tanjungsari yang juga kebetulan ayah dari teman main ketika Saya kecil. Tapi sekarang orangnya sudah meninggal dunia. Dulu orang tua Saya sering membeli sepeda dari Beliau, mulai dari sepeda jenis BMX, jengki, dan Federal. 

Saya tergolong tidak kerepotan untuk berlatih sepeda. Hanya sekitar tiga hari sejak hari pertama mengonthel, Saya sudah bisa ngebut memakai sepeda. Sepeda  pertama Saya  berwarna hijau dan belum ada boncengan. Jadi, kalau  mau minta bonceng kakak, Saya berdiri di as roda belakang. Kadang saya lupa waktu ketika bermain sepeda. Berdasar pengalaman saya kecil dulu, rute ter jauh yang pernah saya tempuh ketika berlatih naik sepeda yaitu ke stasiun di kota kecamatan. Dulu, stasiun merupakan tempat favorit saya, karena ketika Saya kecil saya suka dengan kereta api dan Saya bersama kakak serta teman-teman main bersama melihat kereta di stasiun. Sering sekali Saya dicari orang tua karena main ke stasiun tidak pamit. Perlu diketahui bahwa jarak rumah dengan stasiun kereta sekitar 2 kilo, dan jalan untuk menuju kesana ramai kendaraan karena merupakan jalur kabupaten. Tak jarang Saya sering membawa bekal air minum teh yang dibungkus menggunakan plastik maupun botol bekas air mineral. Kalau menurut Saya jalur tersebut berbahaya karena kendaraan bermotor sering memacu dengan kencang. Waktu kecil tidak ada perasaan takut sama sekali untuk naik sepeda ke tempat yang jauh sekalipun. Bahkan Saya pernah ada rencana pergi ke kota kabupaten yang jaraknya sekitar 15 Km dari rumah.

Dari cerita diatas Saya berkeyakinan bahwa ketika masih kecil manusia mampu berpikir ke depan tanpa memikirkan hambatan meskipun hambatan begitu banyak di jalan. Seperti saya ini, Saya memiliki keberanian untuk menjelajah daerah di luar daerah Saya dengan sepeda yang waktu itu masih belajar, meskipun bahaya besar mengancam karena jalur yang saya lewati begitu rawan dengan banyak kendaraan bermotor yang melintas. Jadi kalau punya keinginan besar kita harus belajar kepada diri kita ketika masih kecil yaitu kita yang berani mau melangkah tanpa rasa ragu.

Rabu, 11 Mei 2016

Ngeteh

Hujan masih terus berlangsung selama istirahat siang. Saya rupanya terlambat ke kantor setelah istirahat karena hujan. Sembari duduk didalam kamar, saya juga menonton TV untuk menghalau rasa suntuk. Setelah beberapa lama kemudian, hujan mulai menunjukan akan berhenti walaupun masih ada gerimis. Saya lantas memaksakan diri untuk menembus gerimis. Dengan risiko nanti saya bisa pusing. Jaraknya sih tidak jauh, kalau naik sepeda sekitar satu menit sampai. Saya langsung mengambil sepeda yang masih ter parkir didalam mes. Kemudian saya menuntun sepeda keluar untuk saya pakai ke kantor. 

Rupanya benar prasangka saya sebelumnya, kepala saya sedikit pusing karena mungkin tadi saya menembus gerimis dari mes menuju kantor tanpa menggunakan payung. Sesampai didalam kantor, untuk membaca jurnal sepertinya tadi Saya  kurang konsentrasi. Tidak seperti biasanya saya pusing seperti ini, mungkin karena beberapa waktu yang lalu saya melakukan perjalanan panjang ke Kebumen. Saya tidak memaksakan untuk menyelesaikan tugas saya pada ketika itu, Saya berusaha bekerja sesuai dengan kemampuan diri saya. Saya hanya membaca hal yang sesuai dengan pekerjaan yang ringan saja, seperti membaca jurnal yang sudah pernah saya baca, ya hanya untuk mengingat-ngingat saja, tidak begitu berat jika dibanding dengan harus membaca hal yang baru.

Rupanya hati kecil saya memberontak ingin keluar dari zona tidak nyaman ini. Setelah berpikir akhirnya saya memutuskan untuk membuat teh hangat. Teh celup masih ada di meja sebelah, tinggal memanaskan air saja di dispenser. Teh yang tersisa merupakan teh hijau, tahu sendiri kalau teh hijau diminum dalam keadaan perut kosong dapat mengakibatkan lambung perih, kebetulan tidak jauh dari mushola ada kantin dan stok roti masih ada. Saya mengambil roti seharga Rp 2.500,-. Rotinya lumayan saya suka. Rotinya berisi coklat dan pisang. Setelah saya dapat roti itu saya bergegas menuju ruangan untuk meminum teh yang telah saya buat sebelumnya. Dan saat itu teh dalam kondisi yang sedang enak-enaknya ketika masih hangat. Saya tidak mau meninggalkan momen ini, langsung saya minum. Dan setelah itu tubuh mengeluarkan keringat, dan ini pertanda bahwa, tubuh saya bereaksi dan terasa hangat di tengah hujan. 

Sabtu, 23 April 2016

Bukit Korea Lombok



Pada hari Sabtu pagi Kami yang tergabung dalam rombongan gowes di kantor, mengadakan tour ke Bukit Korea. Letaknya dekat dengan Kota Mataram sekitar lima kilo meter kearah utara. Bukit ini tidak terlalu tinggi, untuk Kami saja yang masih pemula mudah untuk mencapai kesini. Ada beberapa tanjakan yang naik tajam namun dengan menyetel rantai pada kecepatan rendah tidaklah menjadi masalah. Tujuan utama kita kesini adalah melihat pemandangan Kota Mataram dari atas bukit.

Bergaya seakan terbang dari ketinggian untuk menuju ke Kota Mataram. 

Kita adalah anggota gowes yang sadar kamera sehingga disetiap moment tidak lupa untuk berfoto

Rabu, 16 Maret 2016

Hari Bhakti Rimbawan

Hari senin Tanggal 14 Maret mendapat kabar dari Kepala Tata Usaha lewat Whats app grup yang intinya pada tanggal 16 Maret semua pegawai diwajibkan untuk mengikuti upacara dalam rangka hari Bhakti Rimbawan di depan kantor DAS. Sebagai orang yang bekerja di birokrasi namun yang berhubungan dengan lapangan, Saya sudah jarang ikut kegiatan upacara. Jadi momen hari Bhakti Rimbawan sebagai waktu yang tepat untuk mengenang kembali masa-masa MI sampai SMA, dimana dipastikan setiap minggu wajib upacara, kecuali jika ada halangan-halangan tertentu seperti hujan besar, libur dan lain sebagainya.

Sekitar jam delapan pagi ini, rimbawan rimbawati yang bertugas di Provinsi Nusa Tenggara Barat telah memulai acara. Tapi rasa-rasanya Hari Bhakti Rimbawan sudah berbeda dari tahun-tahun yang lalu. Pegawai di bidang kehutanan tidak dapat lagi merasakan kemeriahan Hari Bhakti Rimbawan. Biasanya dulu ada acara seperti pertandingan olahraga antar UPT Kementerian Kehutanan, jalan santai, lomba anak, dan lain sebagainya. Akan tetapi setelah penggabungan dua kementerian yakni Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup, kegiatan hari Bhakti Rimbawan sudah tidak ada lagi.


Saya mempersepsikan Hari Bhakti Rimbawan

sebagai ajang silaturahim antar pegawai di bidang kehutanan, sehingga suasana menjadi lebih bersifat kekeluargaan. Dari yang tidak kenal sebelumnya menjadi kenal atau lebih mengakrabkan pegawai yang sudah kenal. Saya pertama masuk dan mengenal teman-teman UPT yang lain karena Hari Bhakti Rimbawan. Dimana ketika mengikuti pertandingan olahraga, secara tidak sengaja Saya dapat menegur dan menyapa dengan pegawai dari instansi yang lain . Dan sekarang, saya rasanya melihat wajah-wajah baru namun tidak mengenal, apa karena saya yang kurang gaul ya.......?????????

Perlombaan badminton pada Hari Bakti Rimbawan


Lomba voli Hari Bakti Rimbawan di BPDAS Dodokan Moyosari
Terasa lapar setelah selesai lomba

Upacara Hari Bakti Rimbawan
Setelah upacara Hari Bakti Rimbawan

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo