Minggu, 21 Februari 2021

Perjalanan Singkat ke Pulau Sumbawa


Menuju Ke Sumbawa

Pulau ini berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat bagian timur. Pulaunya terasa panas, terutama didaerah dataran rendah. Penghasilan utama masyarakat setempat berasal dari hasil pertanian terutama jagung, padi, umbi-umbian, hasil perikanan, ternak, kehutanan, dan yang terkenal yaitu tambang emas.

Untuk menuju daerah ini tidaklah susah. Aksesnya bisa dicapai lewat udara dan laut. Bandara yang ramai ada di Sumbawa Barat, Sumbawa, dan Bima. Penerbangan lebih banyak dihubungkan dengan jalur dari Pulau Lombok.
Sementara itu jika ingin mengunjungi pulau ini lewat jalur laut, kalau lewat Lombok harus menyeberang dari Pelabuhan Kayangan. Ada juga pelayaran dari Surabaya. Kalau ingin berlayar dari Lombok jarak waktu dari Pelabuhan Kayangan di Pulau Lombok hingga Pelabuhan Poto Tano di Sumbawa yaitu satu setengah jam, tergantung dengan kondisi cuaca dan kepadatan lalu lintas. 
Lamanya perjalanan tidak memengaruhi mood kok, tenang aja, selama perjalanan kita dapat menikmata pemandangan lautnya yang indah. Kita tidak akan cepat merasa bosan ketika menyeberang.
 
Kapal angkutan dari dan ke Sumbawa


Bule yang sedang menumpang kapal

Kondisi Alam

Setelah kita sudah sampai di Pelabuhan Poto Tano, dan keluar dari kapal, maka kesan pertama yang akan kita lihat yaitu disini jarak antar satu rumah denga rumah lain saling berjauhan, karena penduduknya masih jarang. Sehingga persiapkanlah segala sesuaitunya jika hendak melakukan perjalanan menggunakan kendaraan sendiri, perlu dijaga kondisinya agar selalu fit. Misalnya jaga tangki BBM agar selalu full. Jalanan disini juga masih tergolong sepi, sehingga kecepatan bisa maksimal. Walaupun begitu kita harus tetap hati-hati dengan menghormati pengendara yang lain agar tetap aman dan nyaman.  





Ketika berkendara di jalan harus memerhatikan kondisi jalananan yang akan dilewati. Banyak hewan peliharaan yang diumbar bebas sehingga bisa membahayakan. Orang sini mungkin sudah biasa, tapi kalau orang dari luar  pertama kali masuk sini bisa syok. Bayangkan saja ketika kita mengegas kendaraan  tiba-tiba ada  kuda atau sapi. Menurut pengakuan orang sini, di jalan sering terjadi kecelakan antara kendaraan dengan hewan ternak. Kalau hewan ternaknya kecil seperti ayam mungkin tidak terlalu membahayakan keselamatan pengendara, namun disini banyak kecelakaan dengan hewan ternak besar seperti sapi. Jika ketahuan sama orang lokal kita menabrak hewan ternak, mereka punya mekanismenya sendiri untuk damai. Biasanya yang menabrak disuruh mengganti atas kejadian tabrakan tersebut. 



Alamnya jangan ditanyakan lagi seperti apa. Disini beragam kondisinya mulai dari daerah pantai hingga pegunungan. Pemandangan pantainya bagus-bagus. Dijamin bikin betah. Jalannya juga beragam mulai dari yang mulus hingga yang tidak terurus. Untuk jalan dari ujung barat di Pelabuhan Poto Tano hingga Pelabuhan Sape kondisinya sebagian besar mulus. Tapi jalan-jalan kecil kondisinya banyak yang menghawatirkan. Bahkan saya pernah bertemu jalan yang tidak ada jembatan, padahal melewati sungai. 

Pemandangan alamnya lumayan bagus. Untuk daerah dataran rendah biasanya berupa padang rumput. Sedangkan daerah yang tinggi biasanya banyak ditumbuhi pohon-pohon besar. Padang rumput misalnya di sekitar Gunung Tambora. Pemandangan disana ketika musim hujan sungguh sangat indah, karena sebagian besar waktu itu rerumputan sedang dalam kondisi segar. 



Hasil Bumi

Pulau Sumbawa terkenal karena hasil madu hutannya. Hampir semua wilayah ini menghasilkan madu yang diproduksi dari jenis lebah jenis Apis Dorsata atau lebah hutan. Bentuknya lebih besar dari lebah budidaya. Lebah jenis ini sulit dibudidaya. Saya belum pernah dengar ada orang yang membudidayakan lebah jenis ini. Biasanya orang yang biasanya mencari madu pergi ke hutan untuk beberapa hari. Mereka menginap dengan membuat tenda seadaan biasanya berupa terpal. Mereka juga tidak lupa membawa bekal hidup seperti beras, tempat memasak, dan lauk pauk. Setelah sekitar lima hari didalam hutan, mereka mampu membawa hasil panen untuk digunakan sendiri maupun sebagian dijual. 
Selain madu tadi, Sumbawa juga terkenal karena susu kuda liar. Sebenarnya tidak liar alias kudanya memang diternakan oleh warga. Ketika kuda betina habis melahirkan dan memiliki susu, warga memeras untuk di konsumsi sendiri dan dijual ke masyarakat luar. Konon kepercayaan masyarakat setempat, susu kuda liar mampu meyembuhkan berbagi macam penyakit. 
Susu dan madu dijual ke luar daerah termasuk Jawa. Usaha masyarakat ini telah menjadi mata pencaharian bagi sebagian orang yang menguntungkan. Dengan berbagai macam pengusahaan yang dilakukan warga setempat telah mengenalkan dua produk tersebut sebagai ikon pulau. Orang ketika mendengar nama Sumbawa terutama yang berada jauh dari sana terutama dari Jawa akan langsung berpikir tentang madu dan susu kuda liar.



Atraksi

Salah satu atraksi yang terkenal dari Sumbawa adalah balapan kerbau.  Acara ini biasanya digelar di persawahan menjelang waktu tanam. Ketika itu sawah sudah dalam keadaan terisi air, nah sekalian balapan kerbau untuk membajak tanah agar gembur. Saya pernah melewati acara tersebut dan sekalian mampir. Biasanya joki dalam balapan memiliki badan yang kecil, mungkin agar kerbau tidak terlalu berat ketika berlari. 

Kerajinan

Ketika saya berada di Kota Bima tidak lupa mengunjungi kerajinan khas daerah setempat yaitu kain tenun manual. Hasil tenunanny bagus dengan bermacam motif. Jika dipegang terasa dingin, cocok dipakai untuk daerah panas. Bima juga termasuk daerah yang panas, jadi mereka menyediakan kebutuhan warga Bima yang memang hidup didaerah dengan suhu yang panas.













Akses Pelabuhan 

Pelabuhan utama di pulau ini yaitu Poto Tano di ujung barat pulau dan Sape di ujung  timur pulau. Akses dari Poto Tano lebih banyak melayani penyeberangan ke Lombok. Sedangkan akses Pelabuhan Sape lebih banyak melayani ke arah Pulau Flores, Sumba, dan Timor. Masih ada dua pelabuhan lainnya yang terkenal seperti pelabuhan di Kabupaten Sumbawa, dan pelabuhan di Bima. Apalagi setelah ada program toll laut, pelabuhan tersebut menjadi tambah ramai rutenya, misalnya rute menuju Surabaya.

Kamis, 19 November 2020

Tips Meningkatkan Imun Kesehatan Jiwa

Semakin baik tingkat kesejahteraan  seharusnya akan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Dalam dua puluh tahun ini, penduduk Indonesia mengalami kenaikan pendapatan. Dalam teori, orang yang memiliki penghasilan lebih, akan memudahkan akses mereka pada fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesenangan. Sehingga orang dengan pendapatan lebih sudah dipastikan secara fisik dapat terlihat dengan kasat mata, misalnya kulit akan terlihat glowing alias cerah merona karena perawatan yang intens. Akan tetapi dari itu semua, masyarakat maju  cenderung rentan depresi. Singkat kata, fisik boleh bagus tapi jiwa rapuh. Orang modern  lebih merasa khawatir dengan waktu yang akan berjalan. Mereka cenderung menggunakan perhitungan logika, sehingga mereka lebih banyak berpikir. Mereka terpengaruh oleh perhitungan angka-angka dan data-data lain yang seolah menentukan nasib mereka dimasa yang akan datang. Oleh karena itu masyarakat modern rentan terhadap gangguan depresi. Biasanya orang akan mengabaikan kesehatan jiwa  dari pada kesehatan fisik. Beberapa orang bilang bahwa "tiada kesehatan tanpa sehat jiwa". Tapi tidak selamanya kata-kata mutiara tersebut benar sih😁😁

Tips untuk menambah imun kesehatan jiwa yaitu jalan-jalan ke alam  liar. Hal yang tidak didapatkan dari kebanyakan orang sekarang ini adalah kebebasan menghirup udara segar yang hanya bisa diperoleh dari berpetualang. Mendengarkan angin dari balik pohon-pohon besar merupakan pengalaman tersendiri. Berkeliling sepanjang aliran sungai menjadikan badan kita lelah akan tetapi dibayar dengan kepuasan batin karena dapat mendengar dengan jelas suara gemercik air yang menenangkan. Belum lagi ketika secara tidak sengaja menemukan tebing tinggi dimana di sana terdapat air terjun yang mengalirkan air bak selimut besar yang menutup tebing. Belum lagi suara burung liar yang sedang bernyanyi seolah bebas mengekspresikan nada-nadanya. 







air terjun senaru lombok utara

Rabu, 29 April 2020

Cerita Singkat ke Pulau Timor, NTT

Beberapa tahun yang lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi mutiara di timur Indonesia, Pulau Timor. Walaupun sudah berlangsung beberapa tahun yang lalu, akan tetapi memori itu masih teringat jelas. Saya terbang dari Surabaya sekitar dua jam menggunakan pesawat Lion. Kala itu adalah penerbangan pertama saya ke bagian Indonesia timur. Saya bersama tiga teman yang lain memilih menggunakan satu pesawat agar bisa berangkat dan sampai bersamaan, dan yang jelas biar tidak bingung ketika dijalan. Selain itu ongkos untuk naik taksi  dapat dibuat patungan sehingga tidak terlalu menguras kantong.

Waktu itu penerbangan belum ramai, sehingga tiketnya agak sedikit mahal jika dibanding dengan sekarang.Didalam pesawat, kami berada pada baris tempat duduk yang sama. Saya memilih untuk duduk didekat jendela agar bisa melihat-lihat pemandangan dan biar tidak bosan didalam pesawat, tahu sendiri waktu dua jam didalam pesawat rasanya seperti dua tahun jika kita didarat. Pingin cepet-cepet nyampai soalnya. Setelah pesawat terbang, kami mengobrol dengan topik kesana kemari. Beberapa saat kemudian saya memperhatikan teman-teman saya lebih memilih tidur mungkin karena saking capeknya, mungkin waktu itu dalam bulan puasa, energinya sudah mulai berkurang.


Saya pun mungkin tanpa sadar telah tidur diatas pesawat, karena tiba-tiba saja  pesawat sudah berada di selatan Pulau Flores. Dan setelah itu, pilot mengarahkan pesawat kearah selatan menuju Pulau Timor. Pesawat sudah mulai diturunkan dari ketinggian, dan kami dapat lebih jelas melihat yang ada di bawah kami, misalnya kapal, atau gedung-gedung di Pulau Timor. Tampaknya kami harus menunggu agak lama untuk landing, mungkin pada waktu itu Bandara Eltari Kupang sedang sibuk-sibuknya. Pesawat yang kami tumpangi sesekali terbang diatas pulau sebelum kembali lagi keatas laut, karena posisinya berputar. Kota Kupang sudah terlihat dari atas pesawat, akan tetapi kami di PHP terus sampai beberapa kali putaran, saya kira sudah mau turun eh tahu-tahu mutar dan mutar lagi. Selama terbang rendah, tiba-tiba teman yang berada disamping saya bertanya kepada saya karena melihat saya dalam keadaan gelisah dengan memegang-megang telinga. Itulah pertama kali saya sangat tidak nyaman, rasanya pingin cepat sampai agar perasaan menjadi plong. Ketika saat itu saya  kepikiran lebih memilih tiduran di rumah gubuk yang jelek yang penting dapat membuat hati nyaman. Atap bocor, dipan yang jelek tidak apa-apa yang penting hidup nyaman, dari pada naik pesawat akan tetapi tersiksa karena ternyata kuping saya terasa sangat sakit.

Waktu yang dibutuhkan untuk berputar-putar oleh pesawat sekitar seperempat jam akan tetapi rasanya seperti dua tahun karena kuping saya terasa sangat sakit. Kemudian teman saya yang tahu kondisi saya seperti itu menyarankan agar mengunyah ludah dan menggerakan mulut. Dan ternyata gerakan mulut tersebut membantu walaupun tidak sepenuhnya hilang rasa sakit.

Rasa syukur yang paling ikhlas adalah ketika pesawat sudah benar-benar landing. Rasanya sangat plong, sangat senang sekali karena seperti hidup kembali setelah berperang dari rasa takut.
Sampai bandara kami langsung mencari taksi agar sampai di lokasi tepat waktu, karena panitia sudah mewanti-wanti kalau datangnya telat akan ditinggal menuju Soe. Beberapa tukang taksi menawarkan kepada kami angkutan ke lokasi yang kami tuju. Waktu itu kami memilih taksi akan tetapi kondisinya terlihat kurang baik karena mungkin faktor usia kendaraan. Harga yang ditawarkan sopir taksi sekitar 70 an ribu Rupiah pada waktu itu. Kami tidak berpikir panjang dan langsung memasukan barang bawaan kami kedalam taksi. Tidak butuh waktu lama bapak taksi mengantar kami ke tempat yang dituju. Sesampainya di lokasi yang menjadi tempat tujuan, ternyata rombongan kami datang paling telat. Sementara itu, peserta yang berasal dari tempat lain sudah baris di lapangan upacara, dan ini memalukan saudara.

Kami setelah itu di atur untuk menata tas di tempat tertentu kemudiaan baru kami masuk kedalam barisan. Beberapa kali kami disuruh berhitung untuk memastikan jumlah kami yang sebenarnya. setelah jumlahnya pas, kami diarahkan untuk memasuki bus dengan ukuran nanggung yaitu 2/3. Setelah berjalan beberapa saat, supir mengarahkan bus kearah wilayah Timor Leste, ya kami lewat jalan lintas Timor, jika lurus terus akan sampai negara tetangga, Timor Leste. Itu rasanya seperti berpetualang ke tempat baru, karena baru kali ini saya menikmati pemandangan yang luar biasa dan belum pernah saya lihat sebelumnya.



Ketika kami masih berada di Kota Kupang, saya melihat suasana ramainya kota dengan aktivitas warganya. Beberapa pasar masih buka dengan aktivitasnya menawarkan dagangan kepada pembeli. Saya juga perhatikan perhatikan anak-anak sekolah yang terlihat bersemangat menuntut ilmu. Ketika saya lewat, mereka sedang berkumpul didepan sekolah untuk menunggu kendaraan. Rupanya waktu itu merupakan jam pulang sekolah. Sekolah-sekolah masih nampak kurang sedap dipandang. Mungkin ini yang disebut banyak orang dengan fasilitas pendidikan dibagian timur Indonesia tertinggal. Padahal yang saya lihat berlokasi di tepi kota provinsi tepat nya di jalan lintas negara yang menghubungkan hingga Timor Leste. Gedung-gedung sekolah kurang layak jika menggunakan standar Indonesia bagian barat apalagi Jakarta. Banyak bangunan sekolah terlihat usang dan butuh segera untuk direnovasi. Halaman sekolah terlihat berdebu, tahu sendiri jika jam istirahat tiba, pasti debunya berterbangan karena anak-anak bermain-main disana. Dan hal ini dapat mengganggu kesehatan warga sekolah.

Lanjut lagi ke anak sekolah yang sedang menunggu angkutan umum tadi, rupa-rupanya anak-anak sekolah ini memilih-milih angkutan mana yang akan dinaiki. Padahal didepan sekolah sudah berjejer angkutan yang siap berangkat, akan tetapi kelihatannya anak-anak tadi menunggu untuk angkutan yang terlihat baik. Beberapa angkutan umum disana terlihat di dandani. Mungkin tujuannya untuk menarik penumpang agar mau naik. Desain baik interior atau bagian dalam dan eksterior atau bagian luar kendaraan tidak luput dari objek yang di dandani. Bagian luar mobil di cat dengan warna-warni yang menarik dan gambar yang mencolok, kadang ditambahi tulisan-tulisan yang menggigit. Ya, mirip dengan tulisan-tulisan dibelakang bak truk di Jawa. Kemudian bagian dalam kendaraan didandani seperti sebuah disko. Yang jelas yaitu ada speaker yang suaranya sekelas mesin jet tempur. Betapa bisingnya jika orang yang tidak biasa naik kendaraan tersebut tiba-tiba dengan terpaksa harus naik. Menurut saya bisingnya tidak masalah untuk orang lokal, malah mungkin menghibur. Toh adanya speaker yang di setting keras pada setiap kendaraan umum disana bukannya menandakan jika menyetel musik keras-keras merupakan suatu habitus, atau kebiasaan yang diamini kebenarannya oleh orang-orang disana. Rupanya setiap daerah memiliki caranya masing-masing untuk menghibur diri. Warga sini meluapkannya dengan musik-musik yang mereka stel di dalam kendaraan umum. Sebagian besar orang-orang di NTT memiliki cita rasa musik yang tinggi. Saya belum tahu sebabnya kenapa, praduga saya mungkin berkaitan dengan budaya masyarakat disana yang sebagian besar penganut Agama Nasrani. Mereka dituntut di gereja-gereja untuk dapat menyanyikan lagu karena merupakan bagian dari kegiatan ibadah. Menurut saya hal ini yang menyemangati masyarakat disana cinta dengan musik. Semoga saja generasi muda disini bukan hanya cinta musik saja akan tetapi juga menghargai pendidikan. Semoga semangat musik yang di putar keras-keras didalam angkutan umum disana ikut menyemangati anak-anak muda disini untuk giat belajar, sehingga menjadi modal dimasa yang akan datang dalam membangun didaerah yang menurut saya gersang ini.


Betapa tidak, lahan dikanan kiri jalan didominasi oleh bebatuan. Saya sempat membayangkan betapa sulitnya warga disini mendapatkan air. Tapi semoga saja ada sumber air yang mudah didapat. Seperti moto yang terkenal yaitu 'sumber air su dekat". Ketika berada di luar daerah sini atau ketika berada di Jawa, saya kurang meresapi kata-kata legend tadi. Tapi setelah berkunjung langsung ke Pulau Timor, saya merasakan secara langsung betapa sulitnya masyarakat mendapatkan air. Padahal air adalah sumber kehidupan yang menghidupkan bumi. Jalan-jalan terlihat kering dan berdebu, tidak gampang menemukan areal persawahan, jika pun menemukan itu merupakan pemandangan yang langka. Hanya beberapa lokasi saja yang masih bisa ditemui persawahan. Beberapa bagian jalan ternyata sedang ada proyek drainase. Beberapa pekerja seperti terlihat berkemah pada wilayah tertentu ditengah hutan yang jauh dari permukiman. Tumpukan semen terlihat disamping tenda, dan biasanya disampingnya ada kolam buatan yang terbuat dari terpal. Entah sudah berapa lama para pekerja yang mengerjakan proyek tersebut tinggal disana, yang jelas mereka bekerja jauh dari permukimanan, dan kemungkinan mereka juga tinggal disana.


Bis 2/3 yang di kendarai masih terus melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi, padahal sebagian besar jalannya naik  turun dan tikungan. Tapi tidak masalah kita percaya saja kepada pak supir, karena mereka yang sudah tahu medan. Jalan mulai terlihat ekstrim ketika memasuki Kabupaten Timor Tengah Selatan. Jalanannya kadang naik, kadang turun, dan di tambah dengan kelokan yang tidak putus. Suasana mulai terasa dingin. Karena arah bis menuju daerah dataran tinggi. Dingin tapi kering, dan kami harus bersiap-siap agar kulit tidak pecah-pecah. Saya pernah baca artikel, bahwa penggunaan krim kulit yang tepat dapat mengurangi kulit pecah-pecah jika kita memasuki daerah baru yang cuacanya berbeda dengan daerah tinggal sebelumnya.

Dalam perjalannya saya begitu menikmati, sesekali pandangan  saya arahkan keluar kaca jendela bis. Saya tertarik karena jarang-jarang saya bisa melihat pemandangan ditempat yang baru. Jiwa petualang saya muncul dimana kenikmatan seorang petualang dapat dilihat ketika dapat menikmatai jenggal tanah dimana dipijak. Biasanya saya hanya melewati daerah dimana biasa saya tinggal, akan tetapi kali ini keluar kandang dan berada jauh dari habitat asli. Kinilah saatnya dapat kesempatan berada di luar tempat biasa tinggal. Seluruh panca indera saya tempatkan pada lokasi tersebut. Seolah kita menyatu dengan latar sosial dan budaya setempat. Berusaha memahami kearifan lokal dari sudut pandang mereka. Tanpa dipertentangkan dengan budaya yang kita bawa. Menurut saya inilah yang disebut dengan toleransi. Walaupaun rasanya untuk seratus persen berempati kepada daerah yang baru dikunjungi itu sulit. Karena kita masih membawa latar belakang dari mana kita berada. Kita masih membawa ego kita dari mana berasal. Seolah apa yang ada pada diri kita ini adalah yang terbaik di dunia, orang diluar kita hanya memiliki sebagian kebaikan yang kita miliki. Inilah pikiran yang kadang saya alami ketika berada di tempat baru. Konflik batin antara mau menyesuaikan dengan lingkungan setempat dengan pertentangan dengan nilai-nilai latar belakang dari mana kita berasal kadang membuat  pusing sendiri. Akan tetapi menurut saya jalan terbaik adalah kita harus melepas ego sejenak untuk menjadi bagian lain. Menurut saya hal ini tidak ada salahnya karena akan mendekatkan diri kita pada lingkungan setempat. Pengabaian terhadap nilai-nilai lokal dimana kita berada justru akan mendekatkan pada konflik dengan masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan penduduk lokal akan merasa tidak dihargai dengan budaya mereka. Penduduk lokal merasa terancam dengan orang luar yang akan menghancurkan status kuo mereka. Warga lokal perlu dihargai soal eksistensi mereka, walaupun jumlah mereka kecil, tidak ada salahnya untuk mengangkat hati mereka karena mereka juga bagian dari kita, akan tetapi karena tidak tinggal bersama akan menghasilkan keyakinan yang berbeda.

Setelah saya sampai pada lokasi yang dituju kemudian semua rombongan bergegas untuk mengambil barang bawaan yang sebagian besar ditaruh diatap bis. Selang tidak lama kemudian dari panitia membagikan kunci kamar untuk segera ditempati. Waktu itu malam, dan lokasi penginapan berada di tengah hutan, jauh dari perumahan penduduk. Terdengan suara hewan dan serangga yang ikut meramaikan suasana. Bisa dibayangkan jika tidak ada hewan dan serangga tersebut suasana begitu hening. Mungkin ini salahsatu cara Tuhan menghibur mahluknya yang lelah dari perjalanan untuk segera dapat beristirahat dengan nyaman agar menyatu dengan alam. Waktu itu dingin menggigit hingga ketulang. Jaket yang saya bawa ternyata belum mampu menghangatkan badan. Ini hal yang tidak saya sangka-sangka sebelumnya. Suasana yang dingin seperti saat itu pernah saya alami yaitu ketika mendaki  Gunung Merapi yang berada diperbatasan Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Namun, nasi sudah menjadi bubur dan menurut saya tidak ada yang disesali karena kurangnya persiapan dan informasi yang saya dengar tentang daerah ini, yaudah kita jalan sesuai air, mengalir tanpa beban, justru beban sesungguhnya adalah pikiran kita sendiri yang banyak mengeluh. Lantas strategi yang saya lakukan adalah dengan menambah baju di badan saya. Akan tetapi hal ini tidak berhasil menghangatkan badan. Akibatnya, tidur saya tidak bisa nyenyak. Malam itu saya jadi sering bangun karena rasa dingin yang luar biasa. Dan yang saya takutkan adalah kondisi badan drop karena kondisi seperti ini. Tapi Alhamdulillah, badan saya masih diberi kesehatan untuk mejalani hari-hari di asrama.

Kegiatan di Soe dilakukan didalam ruangan. Dalam satu minggu masuk enam hari, dan waktunya ful dari pagi hingga sore hari. Suntuk memang suntuk jika mengunakan standar diri pribadi ini, karena memang saya orangnya ingin yang bebas tidak terikat banyak aturan. Jika pada hari libur tiba, kami menyempatkan mengunjungi lokasi yang ada disekitar lokasi kami berada. Kami mengunjungi arboretrum alias hutan buatan untuk menikmati alam. Atau sesekali kami mengunjungi melihat pemandangan didaerah padang rumput yang terkenal dengan sunsetnya. Selama disini saya berusaha berinteraksi dengan penduduk sekitar misalnya dengan membeli kebutuhan harian di warung-warung yang berada disekitar lokasi diklat. Adapula dari kami yang menikmati didalam kamar dengan bermain game yang kala itu Counter Strike lagi populer-populernya. Beberapa kali ikut main CS dengan teman-teman yang lain dengan menggunakan wifi, dan kami memainkan game itu di kamar masing-masing, dan hal sederhana ini mampu mengurangi rasa suntuk didalam asrama.

Pasar di Kota Kupang

Anak-anak sekolah sepulang sekolah

Hutan didekat lokasi diklat

Ke padang rumput menikmati pemandangan
 
Bersosialisasi dengan orang lokal

Acara Diklat

Menikmati sunset


Jumat, 10 April 2020

Capung-Capung yang Malang

Ini adalah jenis capung yang sudah mulai langka keberadaannya di alam. Ketika kecil, saya sering menjumpai robongan capung yang terbang pada suatu tanah lapang. Kadang, saya dan teman sepermainan sangat senang mengejar sampai mau terjatuh karena tidak memperhatikan sekeliling. Jumlahnya begitu banyak pada waktu itu sehingga menjadi penghias di tanah lapang.  Akan tetapi sekarang ini, sangat jarang dijumpai. Dimanakah capung yang berwana-warni yang dulu terbang bebas bak angin yang berhembus tanpa halangan. Apakah pergi kesuatu tempat dan tidak ada seorang pun dapat memberitahu dimana lokasi itu. 

Ternyata capung-capung itu  tergeser oleh jaman. Jaman yang banyak orang disebut dengan jaman modern yang tujuannya tidak berarah. Maafkanlah wahai Alam, para manusia sudah tidak begitu tertarik dengan kamu. Bukannya tidak perduli, cuma para manusia melihat dari jauh keindahan modernitas tanpa memperdulikan kamu. Para manusia melihat harapan modernitas bak cahaya penolong. Para manusia ingin terlepas dari kemiskinan, ketertinggalan, dengan logika modernitas. Manusia ingin mengejar harta  dunia dimana berbagai manusia dari belahan bumi yang lain juga turut berlomba mencarinya. Jika tidak cepat berlari, maka kami sebagai manusia khawatir tidak akan dapat bagian dari dunia ini. Segala cara sudah kami usahakan untuk mencari harta dunia ini. Lihatlah berapa juta hektar lahan yang kami keruk untuk diambil emas, batubara, besi, minyak, dan berbagai kekayaan bumi lainnya. Lihatlah, kami sebagai manusia membabat, dan membakar hutan. Lihatlah kami manusia mendatangi lautan yang luas nan dalam untuk mengeruk ikan-ikan disana untuk dibuat makanan yang kami anggap lezat. Kadang kami keblablasan mengambil semau nafsu kami, tanpa melihat kedepan. Kami tidak tahu harus sampai kapan seperti ini, yang jelas kami akan selalu berlomba untuk mengeruk harta di bumi. Rasa empati kami terkubur oleh nafsu kami yang kadang tidak kami pahami. Sesaat hati kami merasa tersayat ketika melihat berita banjir, kebakaran hutan, longsor, pencemaran laut, pencemaran sungai dan bencana lain yang mengorbankan saudara kami yang tidak berdosa. Namun apalah kejadian semacam itu tidak benar-benar mengingatkan kami pada kuasa alam yang lebih besar. Kami sering dilupakan oleh waktu yang lama kelamaan peristiwa seperti itu hilang dari ingatan kami. Dan kami pun mulai beraktivitas kembali seperti semula seperti tidak ada kejadian yang memeringatkan kami sebelumnya. Kami terus-menerus merusak alam untuk kami keruk hartanya tanpa melihat mahluk hidup lain di bumi.

Mungkin kami adalah manusia yang memang tempatnya lalai dari melihat fakta. Jiwa kami adalah jiwa yang haus (kekuasaan, harta, pengakuan). Kami ingin mendapatkan harta yang lebih, melebihi apa yang sudah kami dapatkan pada waktu ini. Kami semakin haus yang tidak berujung. Tanpa sadar, kami telah mengorbankan memori kami sendiri yaitu tentang capung dimasa muda kami. Kami sadar, kami belum rela melepas memori masa kecil kami. Ternyata masa kecil kami begitu indah, hingga kami ingin kembali ke masa dulu melihat dan mengejar capung yang banyak di tanah lapang. 


Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo