Pagi hari ketika akan berangkat ke kantor, saya menyempatkan diri untuk memetik sebuah jambu merah yang berada di depan mes. Jambu inilah yang mengawali cerita hari ini.
Sehabis sarapan pagi menggunakan menu "seadanya" (sayur, endok, ayam dada, nyam-nyam enaknya), bergegas mengambil dompet yang masih tergeletak diatas kamar tidur, tidak ketinggalan pula handphone yang berada diatas meja ikut saya masukan kedalam saku. Saya pikir harus segera berangkat karena waktu itu arah jarum jam yang berada di ruang makan sudah menunjuk kearah angka enam. Itu artinya adalah waktu untuk mengabsen agar tidak dikatakan telat masih sisa sekitar enam menit. Alat finggerprint telah di setel untuk lebih lambat enam menit dari jam-jam pada umumnya agar memberi kesempatan kepada teman mendapatkan waktu luang dalam mengabsen, karena alat itu tidak memberi kompromi telat satu menit saja kepada para pegawai.
Dengan langkah yang pasti saya menuju kearah pintu mes untuk keluar, langkah kaki pada waktu itu sengaja saya per cepat, dan ternyata efek yang ditimbulkannya, suara langkah kaki saya menjadi keras. Spontan kucing yang saya lewati menyaut ke saya seolah ingin diberi sisa ikan semalam yang saya sempat makan. Selain kucing, mes juga terdapat anjing. Anjing betah di sini karena warga mes sering memberi makan kepada anjing liar yang lewat mes, hingga anjing yang lewat merasa nyaman untuk tetap berada di mes. Anjing-anjing ini berada di luar mes, karena tahu bahwa anjing salah satu hewan yang ber najis besar. Pun sama seperti kucing, anjing-anjing ini minta makan akan tetapi saya tidak mengasih makan karena pada waktu itu sungguh sudah benar-benar gawat dalam hal absen pagi sehingga saya haru segera untuk sampai ke kantor sebelum alat finggerprint menolak dengan halus tangan-tangan para pegawai.
Selang beberapa detik kemudian saya melewati pohon yang berada di depan mes, ada berbagai pohon buah besar yang saya lewati, akan tetapi dari sekian banyak pohon hanya satu pohon yang saya perhatikan secara serius. Ya pohon jambu, namun bukan sembarang jambu. Ada makna dari pandangan saya, mengapa hanya pohon jambu itu yang sempat menjadi perhatian untuk saya. Tidak lain dan tidak bukan karena saya melihat warna buah yang sudah masak, ada beberapa buah saja yang berada di pohon jambu tersebut. Itulah yang membuat saya merasa sungguh beruntung, karena saya merasa Tuhan telah memberi rizki di pagi hari dengan memberi satu buah jambu. Jambu itu adalah jambu "darsono". Mungkin bagi kebanyakan orang terutama yang tinggal di sekitar mes jambu ini tidak terlalu istimewa, karena saya merasa hanya saya saja sejak beberapa hari sebelumnya yang mengambil jambu tersebut. Hal ini di perkuat dengan hasil amatan saya, dimana saya selalu memperhatikan posisi dari masing-masing jambu. Dan setelah diamati dengan teliti posisi tersebut tidak ada perubahan, inilah yang menguatkan posisi argumen saya dan saya rasa sudah terbukti di lapangan. Ada alasan mengapa saya sangat menyukai jambu ini antara lain: 1) buah yang sudah matang rasanya manis dan teksturnya lembut di lidah, 2) buah yang masih setengah matang rasanya campuran yaitu manis dan asam, 3) buah yang masih mentah memiliki rasa yang enak pula untuk di makan (pokoke segalanya bisa dimakan oleh saya........wakwaw). Tidak salah saya langsung mengambil buah jambu yang masih berada di pohon, Saya mengulurkan tangan kira-kira dengan menjinjit jambu itu bisa saya raih dengan sempurna. Hasil petikan terbut saya bawa ke kantor untuk dijadikan cemilan ala kadarnya. Dan sekitar dua menit berselang saya sampai di kantor dan lansung menempelkan jari telunjuk pada alat finggerprint, dan waktu di finggerprint menunjukan angka 07.28, jadi selamatlah saya.