Segera ku turun di Minimarket Jogja Ceria, memarkir motorku lalu cepatcepat masuk kedalam agar tidak terkena hujan. Aku fikir lebih baik aku membeli sesuatu ditempat ini. Berbelanja sambil menunggu hujan reda, meskipun aku hanya membeli sekaleng susu atau sebungkus roti. Aku kembali teringat dengan masa-masa yang telah lalu, ketika aku hidup dalam kondisi pas-pasan. Jangankan berfikir untuk shopping membeli sekaleng susu, mentega, atau agar-agar. Untuk sekadar makan makanan pokok saja aku harus mengatur pengeluaranku dengan sangat hati-hati. Jika lengah sedikit saja dengan membeli barang-barang yang bukan merupakan prioritas, aku bisa sampai puasa Dawud atau berhutang uang di salah satu teman kos. Namun, kali ini aku sudah tidak terlalu khawatir untuk membelanjakan sebagianpendapatanku. Meskipun aku juga harus tetap cermat agar tidak terjadi besar pasak daripada tiang.
Aku melihat berbagai macam jenis jajanan didalam Minimarket. Aku sengaja melihat-lihat lebih lama di lantai satu, sedangkan di lantai dua berisi barang-barang kebutuhan kantor dan rumah tangga yang aku tidak sedang membutuhkannya. Sesekali aku memicingkan mataku keluar untuk melihat kondisi. Ternyata hujan deras masih awet mengguyur setiap ruas jalan. Tepat didepan mataku orang-orang masih setia menunggu hujan sambil mengiup dibawah atap toko. Oh, kasihan sekali mereka yang sedang memiliki agenda kerja, atau bapak-bapak yang harus cepatcepat pulang dari kantor karena sudah ditunggu istri dan anak-anaknya di rumah. Ah, tapi aku kira air hujan bukanlah hal yang asing. Orang-orang sudah beradaptasi dengan setiap kondisi yang ada. Fikiranku berdialektika. Aku terus melihat-lihat semua barang dan beragam jenis jajanan yang tersedia. Aku mengambil sekaleng susu putih, sebungkus roti isi keju dan dua kotak
bakpia pathuk, lalu aku masukan kedalam keranjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Porn, Racism, Sadism