Suasana malam hari di Kampung Solor Kupang |
Menikmati suasana malam di Kota Kupang rasanya belum lengkap jika kita belum mengunjungi tempat-tempat penting di Kota itu. Berikut pandangan pribadi Saya mengenai Kampung Salor di Kupang NTT yang Saya kunjungi ketika ke Kupang pada Bulan Agustus 20011.
Dalam tulisan ini Saya tidak akan menguraikan mengenai kuliner apa yang Saya santap. Mungkin itu tugasnya blogger cewek yang lebih detail menceritakan mengenai jenis hidangan apa yang dimankan bentuk makanannya seperti apa, rasanya bagaimana, bumbunya apa dsb. Kalau Saya kali ini akan menceritakan mengenai suasana kehidupan malam di Kampung Solor seperti tempatnya, keadaannya, maupun orang-orang yang berada disini berdasar dari pengamatan mata, hidung, telinga dan mata.
Daerah kupang merupakan daerah yang didominasi oleh batuan karang. Karena saking banyaknya batu karang yang hampir ada disetiap sudut kota membuat udara dikota ini menjadi panas. Jangan harap Anda yang berasal dari luar ketika datang ke kota ini bisa bertahan menggunakan pakaian yang tebal. Terutama siang hari, suhu udara begitu menyengat meskipun itu Anda berada didaerah teduh sekalipun. Ya itulah keunikan yang dimiliki salah satu kota di bagian timur Indonesia. Setiap kota pasti memiliki keunikannya masing-masing yang membedakan dengan kota-kota lainnya.
Ikan yang dijual di Kampung Solor Kupang |
Bukan cuma keunikan suhu udaranya yang tinggi, Kupang juga memiliki keunikan di bidang tempat mencari makan. Namanya adalah Kampung Solor, yang letaknya tepat di tepi pantai. Bisa dibayangkan sendiri menunya jika tempat itu di tepi pantai, ya daging kambing, sapi, sate dlll ..eh salah ya.. maksudnya ada berbagai jenis hasil tangkapan laut, ada ikan, kerang, cumi dan lain sebagainya.
Untuk mengunjungi Kampung Solor tidak terlalu sulit, dari pusat kota sekitar seperempat jam, jalan yang dilaluinya pun tergolong baik, tidak macet seperti Jakarta. Kita bisa kesana menggunakana kendaraan pribadi, atau menggunakan angkutan taxi, maupun ojek. Saya tidak melihat tanda-tanda kalau kampung tersebut pada malah hari dilalui angkot.
Pasar malam di Kampung Solor buka setiap hari mulai dari pukul enam sore sampai larut malam, bukanya tergantung kepada pembeli. Jika ada pembeli walaupun itu sudah pada akan tetap dilayani, tetapi jika sudah pukuk dua malam tidak ada pembeli pedagang disini sudah mulai mengemas barang dagangannya. Masakan yang dihidangkan di Kampung Solor umumnya tidak jauh berbeda dengan tempat yang lain baik rasa maupun menunya, entah karena Saya sendiri yang tidak memperhatikan atau karena saking lahapnya karena pas waktu itu sedang puasa Bulan Ramadhan, sehingga tidak sempat untuk memperhatikan secara detail.
Tidak mungkin Saya jauh-jauh dari Jawa diajak oleh teman kesini ika bukan karena keunikannya. Menurut pengamatan Saya, ada beberapa keunikan yang dimiliki oleh Kampung Solor.
1. Letaknya di tepi laut. Kampung Solor berbatasan langsung dengan laut, kata temanku yang tinggal di Kupang, Kampung Solor dekat dengan Teluk Kupang, lanjut lagi jika Saya melompati toko yang ada di samping Saya pada waktu itu, Saya akan langsung tercebur ke laut. Untuk orang yang biasa hidup di Kota-Kota di Jawa sangat sulit untuk menemukan daerah makan ikan yang letaknya dekat dengan laut dan tempat itu menyediakan berbagai jenis makanan yang berasal dari laut yang lengkap. Kalau di Jawa ikan hasil tangkapan nelayan dibawa ke warung-warung makan dengan jarak yang tidak pendek, kecualai jika suatu Kota memiliki tempat tertsendiri sebagai TPI, sepserti kota Surabaya, Cirebon, Semarang, Tegal, Cilacap, dan kota-kota lainnya di luar Jawa. Tetapi kalau itu kota Bogor, Bandung, Jogja, Solo, Malang dan kota-kota lain yang tidak memiliki wilayah pantai, ikan yang di sajikan sudah melalui proses trasportasi yang jauh, sehingga kesegaran ikan menjadi berkurang. Katanya sih ikan yang sudah tidak segar kandungan vitamin maupun protein nya sudah berkurang.
Pada waktu itu angin bertiup sepoi-sepoi lumayan untuk sekedar untuk menggoyangkan rambut Saya yang sudah mulai panjang, sampai membuat tubuh Saya mejadi sejuk sejenak, memang suhu udara di tepi pantai lebih sejuk jika dibandingkan dengan daerah yang berada di pedalaman, hal ini karena angin didaerah pantai lebih kencang. Hal ini bisa mengobati penyakit sumuk/gerah yang Saya alami seharian itu. Kalau di Kuapang ingin menikmati suhu udara yang cocok dengan tubuh Kita ya saat malam hari itu. Janganlah berharap jika siang datang untuk mendapatkan ketenangan badan, karena yang ada badan selalu siap untuk mengeluarkan keringat.
2. Tempat penjual dan pembeli ada di tengah jalan.
Kalau di Jogja setiap hari minggu terutama di Jalan Soemantri H., yang letaknya disebelah timur masjid Kampus UGM di tutup khusus untuk pasar pagi. Jalan itu ditutup dari pukul lima sampai dengan pukul sembilan pagi. Tahu-tahu ternyata di Kupang juga ada yang mirip dengan yang ada di Jogja tadi. Di Kupang ada satu jalan yang ditutup untuk masyarakat kupang menjual berbagai jenis makanan maupun masyarakat yang ingin mencari makan malam. Kalau gak salah Pasar Makan Malam di Kampung Solor itu letaknya di Jalan Garuda. Seluruh sisi jalan dari ujung sampai mentok jalan Garuda semua digunakan oleh para pedagang yang menjajakan makanannya. Lapak dagangan diangkut menggunakan gerobak kemudian ditata dipinggiran Jalan, menatanya pun membuat jalan tersebut menjadi sesak. Keseluruhan panjang jalan tersebut sekitar seratus meter. Disepanjang sudut jalan Garuda, malam hari itu tidak ada tempat yang kosong , dari penjual makanan, pembeli, tukang parkir, atau orang-rang yang hanya ingin sekedar jalan-jalan semua tumpah ruah di jalan tersebut. Sayang panjang jalan tersebut hanya sekitar seratus meter coba jika ditambah lagi jalan yang ada disekitarnya untuk ikut dijadikan pasar makan malam, pasti akan tambah ramai lagi dan pasti akan ada lebih banyak pedagang maupun pembeli yang ada di sini.
3. Menrurut Saya tempat ini merupakan angkringannya orang Kupang.
Jika di Jawa orang biasa mengenal angkringan untuk makan nasi kucing, tetapi orang Kupang pada ngangkring di sisni untuk menikmati suasana malam hari sembari makan makannan yang berbau laut. Orang-orang kupang ada yang membawa keluarganya, teman, atau rekan kerja, untuk saling mengakrabkan hubungan diantara mereka. Mereka saling mengobrol mengenai suatu hal sambil menyantap makanan yang disediakan disana. Mungkin ini yang di cari, mengapa orang-orang pada mau berbondong-bondong untuk datang kesini. Setelah mereka seharian sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, adakalanya mereka membutuhkan tempat yang enak untuk saling mengakrabkan dengan saudara dan handai taulan.
Suasana malam hari di Kampung Solor Kupang. Mereka menikmati santapan berupa hasil laut |
Kupang atau NTT mayoritas penduduknya menganut agama Kristen, baik itu Kristen Protestan, maupun Kristen Katholik. JIka kita menyusuri jalanan di Kupang maka tempat ibadah yang mudah ditemui adalah gereja. Saya sangat jarang sekali melihat masjid atau pura, maaupun tempat ibadah yang lainnya.
Hal yang juga Saya heran yaitu pedagang sisini sebagian besar berasal dari luar Kupang, entah karena kesalahan pengamatan Saya sendiri atau memang Saya kurang bertanya-tanya lebih kepada pedagang. Yang saya tahu pedagang yang melayani Saya dan teman-teman kemarin berasal dari Jawa Timur. Kalau di lihat dari mukanya memang mereka berasal dari luar wilayah Kupang. Kalau orang Kupang memiliki warna kulit yang lebih gelap dan berambut keriting. Berbeda dengan orang-orang yang berasal dari pulau Jawa yang pada umumnya memiliki warna kulit sawo matang dengan rambut yang lurus.
Pasar Kampung Solor menurut Saya merupakan tempat di Kupang yang menjadi ajang untuk bertemunya berbagai jenis etnis. Waktu Saya makan disana banyak melihat bule yang sliwar-sliwer lewat jalan Garuda . Katanya sih para bule yang berada di Kupang lagi trasit mau ke/dari dari Pulau Komodo. Di Kampung Solor tersebut Saya juga gampang sekali melihat orang yang memiliki ciri fisik berbeda dengan orang lokal sono. Jika sudah lama di Kupang dan orang yang dilihat hanya itu-itu saja maka Saya sarankan untuk mengunjungi Kampung Solor, terutama untuk orang pendatang dari Jawa yang ingin bertemu dengan para sesama perantau dari Jawa maka tetapkan pilihan Anda untuk mengunjungi Kampung Solor.
Gmbar dari Kiri : Jansen Batubara (baju biru), Aryo Ganesworo (berkacamata), Ida BAgus Alit Pawaka ( Gendut, tangannya menjulur ke dahi), Surabina Tarigan (belakang alit), Juju Juwariah (kerudung putih), Adi Syafaat (belakang juju), Edi Pranowo (berkaos putih), Budi Z Mooy (tangan sedekap), Zulherman (kaos hitam), Saya (pake jaket), Didik Prihandono (jaket coklat), Armella Praninditya ( Kerudung coklat), Hanum (kerudung putih), Diyanti Sarah A (jaket merah), Fransiska Sitompul (pegang gelas) |
1. Terlalu lama menunggu makanan. Mungkin karena si penjual kekurangan tenaga kerja jadi membuat makanannya harus dibuat oleh orang yang terbatas. Menunggunya minta ampun lamanya. Padahal perut sudah kosong dari siang. Alternatifnya yaitu Saya dan teman-teman memesan jus. Pada waktu itu Saya memesan jus sirsak. Sampai jus sirsaknya dingin, dan waktu demi waktu Saya menyedot jus tersebut yang berakibat yang sebelumnya gelas jus terisi penuh menjadi hanya tinggal separuhnya saja.
2. Lokasi disekitar makan untuk lebih diperhatiann kebersihannya. Pada waktu Saya makan di sana sesekali ada tamu yang bernama lalat yang sesekali mencoba untuk mendekati makanan yang akan Saya santap. Walaupun dalam sejarahnya Saya sendiri sering memberikan ruang lebar bekembangnya lalat-lalat.
Kampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Porn, Racism, Sadism