Jika, kita mengunjungi suatu daerah, kadang kita juga ingin untuk membeli barang khas daerah tersebut. Seperti jika kita pergi ke Bali, maka jangan lupa untuk membeli oleh-oleh khas Bali. Kebanyakan, cenderamata yang dijual tersebut berupa baju yang bertuliskan "Bali" atau berbagai macam kerajinan tangan seperti gantungan kunci, hiasan meja dan lain sebagainya. Tempat yang enak untuk berbelanja oleh-oleh khas Bali yaitu di Pasar Ubud dan Sukowati. Menurut Saya, Pasar Sukowati lebih murah ketimbang Pasar Ubud. Barang di Pasar Sukowati masih gampang untuk ditawar sedangkan di Pasar Ubud pada umumnya harga mahal dan sulit untuk ditawar.
Bagi Anda yang memiliki anggaran cekak akan sangat perhitungan jika soal urusan tawar menawar. Walaupun kita menawar hendaknya tidak menyinggung perasaan Si penjual. Pengalaman Saya yang berkunjung ke Pasar Ubud, pada saat menawar dengan harga yang terlalu rendah, si penjual malah terlihat "nesu" alias ngambek. Mungkin ini tergantung juga dengan karakteristik penjual. Pada saat itu penjual yang saya hadapi mungkin memiliki emosi yang labil.
Kita hendaknya menawar dengan harga yang wajar. Misalnya saja, Saya ditawari satu buah baju bertuliskan bali seharga 12 ribu. Kemudian, Saya menawar dengan harga 15 ribu untuk 2 baju. Setelah berdebat agak panjang, tiba-tiba Si Penjual terlihat nesu karena barang dagangannya dihargai rendah. Saya pun jadi merasa tidak enak.
Saya sebagai pembeli memiliki hak untuk menawar harga dari penjual. Harga terbentuk dari kesepakatan antara penjual dan pembeli. Tetapi, kedua pihak harus mengutamakan prinsip saling menghargai. Prinsip keadilan dalam jual beli harus diutamakan. Penjual tidak seenaknya menaikan harga tinggi sehingga pembeli tidak merasa tugi, pembeli juga harus memberikan untung untuk pedagang agar usahanya bisa tetap berjalan.
Alhasil pada waktu itu Saya membeli baju khas Bali. Acara ke Pasar Ubud dan Sukowati pada saat koordinasi di Bali. Rombongan melakukan fieldtrip ke empat tempat yakni BP Hutan Mangrove, Pasar Sukowati, Pasar Ubud dan rumah seni di salah satu tempat di dekat Pasar Ubud.
Saya memulai perjalanan ketika matahari masih sedang semangat bangun yaitu sekitar pukul tujuh pagi. Setelah berjalan dari hotel yang tidak jauh dari Pantai Sanur, bus sudah siap untuk mengantar tamu yang diparkir didepan hotel Ina Sanur. Lantas tanpa basa basi, Saya masuk kedalam bus dan mengambil tempat duduk dibagian tengah. Saya kira nanti bus sesak oleh peserta yang ingin ikut, tapi saya salah memperkirakan hal itu. Saya duduk di bangku nomor tiga dari belakang pada baris bangku sebelah kanan dan ternyata di sana hanya aku yang duduk di bangku tersebut. Bus memang tidak terisi penuh hanya beberapa orang saja, sehingga memungkinkan saya duduk dengan lega.
Traveling dengan orang-orang yang belum dikenal memang memberi pengalaman yang berbeda. Bagaimana tidak, dalam sebuah rombongan jika anggota rombongan yang lain sudah pada kenal, hanya kita saja yang tidak kenal dengan sesama, maka yang terjadi adalah speechless alias cuma bisa bengong saja alias diam. Saya merasa jadi seperti orang asing.
Tapi walaupun belum kenal, saya tetap memosisikan diri untuk mencari sahabat, itulah trik orang tua dulu ketika berada di tempat yang asing. Sehingga, saat sudah sampai tempat yang dituju, saya memiliki beberapa kenalan dari instansi lain.
Hasil dari perjalanan fieldtrip itu yang terbesar adalah sebuah pengalaman yang luar biasa. Pengalaman bisa bertemu dengan orang-orang baru dan pengalaman mengunjungi tempat-tempat yang baru. Pengalaman adalah guru yang maha dahsyat yang tidak bisa digantikan dengan nilai mata uang. Mengejar pengalaman adalah seperti mengejar bayangan kita, semakin dikejar maka akan semakin capek namun dari rasa capek tersebut adalah energi yang menggerakan langkah kita untuk memiliki harapan.
Bagi Anda yang memiliki anggaran cekak akan sangat perhitungan jika soal urusan tawar menawar. Walaupun kita menawar hendaknya tidak menyinggung perasaan Si penjual. Pengalaman Saya yang berkunjung ke Pasar Ubud, pada saat menawar dengan harga yang terlalu rendah, si penjual malah terlihat "nesu" alias ngambek. Mungkin ini tergantung juga dengan karakteristik penjual. Pada saat itu penjual yang saya hadapi mungkin memiliki emosi yang labil.
Kita hendaknya menawar dengan harga yang wajar. Misalnya saja, Saya ditawari satu buah baju bertuliskan bali seharga 12 ribu. Kemudian, Saya menawar dengan harga 15 ribu untuk 2 baju. Setelah berdebat agak panjang, tiba-tiba Si Penjual terlihat nesu karena barang dagangannya dihargai rendah. Saya pun jadi merasa tidak enak.
Saya sebagai pembeli memiliki hak untuk menawar harga dari penjual. Harga terbentuk dari kesepakatan antara penjual dan pembeli. Tetapi, kedua pihak harus mengutamakan prinsip saling menghargai. Prinsip keadilan dalam jual beli harus diutamakan. Penjual tidak seenaknya menaikan harga tinggi sehingga pembeli tidak merasa tugi, pembeli juga harus memberikan untung untuk pedagang agar usahanya bisa tetap berjalan.
Wisatawan yang sedang melihat-lihat kerajinan di Pasar Ubud Buleleng Bali |
Tampak bahwa turis asing sedang melewati sebuah toko cendera mata di Ubud Buleleng Bali |
Pengunjung di Pasar Sukowati yang akan membeli baju bertuliskan "I Love Bali" |
Suasana Pasar Sukowati |
Saya memulai perjalanan ketika matahari masih sedang semangat bangun yaitu sekitar pukul tujuh pagi. Setelah berjalan dari hotel yang tidak jauh dari Pantai Sanur, bus sudah siap untuk mengantar tamu yang diparkir didepan hotel Ina Sanur. Lantas tanpa basa basi, Saya masuk kedalam bus dan mengambil tempat duduk dibagian tengah. Saya kira nanti bus sesak oleh peserta yang ingin ikut, tapi saya salah memperkirakan hal itu. Saya duduk di bangku nomor tiga dari belakang pada baris bangku sebelah kanan dan ternyata di sana hanya aku yang duduk di bangku tersebut. Bus memang tidak terisi penuh hanya beberapa orang saja, sehingga memungkinkan saya duduk dengan lega.
Traveling dengan orang-orang yang belum dikenal memang memberi pengalaman yang berbeda. Bagaimana tidak, dalam sebuah rombongan jika anggota rombongan yang lain sudah pada kenal, hanya kita saja yang tidak kenal dengan sesama, maka yang terjadi adalah speechless alias cuma bisa bengong saja alias diam. Saya merasa jadi seperti orang asing.
Tapi walaupun belum kenal, saya tetap memosisikan diri untuk mencari sahabat, itulah trik orang tua dulu ketika berada di tempat yang asing. Sehingga, saat sudah sampai tempat yang dituju, saya memiliki beberapa kenalan dari instansi lain.
Hasil dari perjalanan fieldtrip itu yang terbesar adalah sebuah pengalaman yang luar biasa. Pengalaman bisa bertemu dengan orang-orang baru dan pengalaman mengunjungi tempat-tempat yang baru. Pengalaman adalah guru yang maha dahsyat yang tidak bisa digantikan dengan nilai mata uang. Mengejar pengalaman adalah seperti mengejar bayangan kita, semakin dikejar maka akan semakin capek namun dari rasa capek tersebut adalah energi yang menggerakan langkah kita untuk memiliki harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Porn, Racism, Sadism