Persetan dengan tahun baru. Gak ada tahun baru juga sama saja.Bagi Saya, hal ini mungkin dikarenakan oleh virus yang bernama
-Kerjaan belum selesai
-Teman mess banyak yang pulang kampung
-Gak ada makna tahun baru
-Skeptis dengan tahun baru
Buat Saya, Tahun baru tidak untuk dinikmati setiap 365 hari sekali. Tetapi, yang baru adalah dalam hitungan detik. Selalu berusaha untuk berubah setiap detik. Karena, hidup itu adalah pembelajaran setiap saat. Semakin cepat akan semakin baik.
Kelamaan jika harus menunggu 365 hari. Apasih susahnya berubah dalam hitungan detik.
Banyak merenung dan instrospeksi diri mungkin akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan bakar kembang api, tiup terompet.
Atau sebagian besar pemuda-pemudi melakukan pesta sampai harus melanggara norma. Pil KB laris dibeli muda-mudi untuk memeriahkan malam tahun baru. Atau sekedar membeli minuman yang memabukan untuk dinikmati melewati malam tahun baru. Lalu, apakah mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya tahun baru merupakan kebiasaan orang kuno yang karena
Dalam sejarahnya,
Tahun Baru pertama kali dirayakan tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius
Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan
tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender
baru ini, Julius Caesar dibantu oleh osigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang
menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, gaimana
yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak
365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46
SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari
ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan
alam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh pada tahun 44 SM, dia mengubah
nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis
diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan
Agustus(wikipedia.com).
Merayakan tahun baru boleh-boleh saja. Apalagi untuk mencari hiburan semata. Tapi yang perlu diingat adalah jangan sampai dalam merayakan tahun baru, kita melakukan hal-hal yang melanggar norma. Merayakan tahun baru juga dapat membuat pedagang terompet, bakso, mie ayam, kembang api dan lain sebagainya menjadi hidup. Yang terpenting, dalam merayakan tahun baru adalah maksud dari hati kita lurus.
-Kerjaan belum selesai
-Teman mess banyak yang pulang kampung
-Gak ada makna tahun baru
-Skeptis dengan tahun baru
Buat Saya, Tahun baru tidak untuk dinikmati setiap 365 hari sekali. Tetapi, yang baru adalah dalam hitungan detik. Selalu berusaha untuk berubah setiap detik. Karena, hidup itu adalah pembelajaran setiap saat. Semakin cepat akan semakin baik.
Kelamaan jika harus menunggu 365 hari. Apasih susahnya berubah dalam hitungan detik.
Banyak merenung dan instrospeksi diri mungkin akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan bakar kembang api, tiup terompet.
Atau sebagian besar pemuda-pemudi melakukan pesta sampai harus melanggara norma. Pil KB laris dibeli muda-mudi untuk memeriahkan malam tahun baru. Atau sekedar membeli minuman yang memabukan untuk dinikmati melewati malam tahun baru. Lalu, apakah mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya tahun baru merupakan kebiasaan orang kuno yang karena
Dalam sejarahnya,
Tahun Baru pertama kali dirayakan tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius
Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan
tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender
baru ini, Julius Caesar dibantu oleh osigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang
menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, gaimana
yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak
365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46
SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari
ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan
alam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh pada tahun 44 SM, dia mengubah
nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis
diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan
Agustus(wikipedia.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Porn, Racism, Sadism