Masa-masa studi s1 hampir selesai. Semua berlalu begitu cepatnya. Seperti sebuah kilat yang seolah hanya beberapa detik kita bisa merasakannya. Semua berlalu selama hampir lima tahun memberikan begitu banyak kenangan yang berarti.
Aku takan pernah menghapus dalam ingatan. Rasa sedih bercampur was-was menyatu menjadi rasa baru yang mungkin perlu untuk dinikmati. Inilah rasa dimana seseorang akan ditinggalkan oleh sesuatu. Merindukan hal yang dahulu pernah dijalani memang hal yang menghabiskan banyak tenaga dan pikiran. Ingin rasanya rasa yang dahulu ada ingin segera kembali. Tetapi apalah kata dunia jika kita hanya berpatokan pada masa lalu. Masa lalu adalah untuk dikenang bukan untuk dimenangkan. Manusia selamanya tidak akan pernah lepas kepada masa lalu yang telah menjadikan hari ini menjadi beda. Tampaknya kita semua harus siap untuk menghadapi segala kemungkinan baik yang sekarang terjadi maupun masa mendatang yang penuh dengan ketidak pastian.
Kuikuti hati ini menulis seirama dengan lagu yang sedang berdendang. Tidak ada daya hati ini untuk mengikuti keinginan nafsu yang terkadang tidak bisa dibedakan mana yang benar-benar berguna untuk kita atau malah yang menyesatkan. Apakah yang selama ini aku kerjakan tidak membawa aku pada lubang hitam yang pekat. Atau malah justru sebaliknya yang aku lakukan merupakan kebutuhan dasarku yang memang harus dikerjakan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Hampir lima tahun berlalu untuk menjadikan diriku tegar menghadapi ganasnya hidup di dunia. Kerasnya hati berdesir memberikan semangat yang berbeda dari yang lainnya. Dari ujung kaki sampai ujung rambut seolah menanyakan tanggung jawab secara moral kepada diri sendiri oran-orang dekat dan tentunya yang maha dahsyat yang memiliki kita semua. Dalam waktu hampir lima tahun seolah mereka meminta laporan pertanggung jawaban kepada manajemen yang bernama aku. Apakah selama ini menunjukan sebuah nada merdu atau justru nada asalan yang dimainkan oleh seniman tak berasal.
Membeli sebuah mimpi dan menghadirkannya kedalam dunia nyata, hal yang tidak akan dipahami oleh seorang awam. Hanya seolah terlihat datar tanpa bentuk yang bisa menggugah jiwa. Merampas kesadaran dari bayang-bayang indah. Menghancurkan dinding kedangkalan variasi hati. Meluncur menembus cakrawala teori. Berdengung membisikan sesuatu tanpa rasa apriori. Tersentak kerasnya gemuruh hati ingin bicara. Tertandai oleh pijakan-pijakan halus nan elok. Energi ini masih bisa untuk bisa mempertahankannya berbuat yang ada pada jalur nurani. Yang membisikan dengan suara sepoi-sepoi untuk tetap seperti karang yang tidak mudah digoyahkan oleh siapapun. Yang beruaha untuk mempertahankan tradisi sebuah kebidupan yang berwal dari tak berwujud menjadi materi yang memiliki arti.
Aku takan pernah menghapus dalam ingatan. Rasa sedih bercampur was-was menyatu menjadi rasa baru yang mungkin perlu untuk dinikmati. Inilah rasa dimana seseorang akan ditinggalkan oleh sesuatu. Merindukan hal yang dahulu pernah dijalani memang hal yang menghabiskan banyak tenaga dan pikiran. Ingin rasanya rasa yang dahulu ada ingin segera kembali. Tetapi apalah kata dunia jika kita hanya berpatokan pada masa lalu. Masa lalu adalah untuk dikenang bukan untuk dimenangkan. Manusia selamanya tidak akan pernah lepas kepada masa lalu yang telah menjadikan hari ini menjadi beda. Tampaknya kita semua harus siap untuk menghadapi segala kemungkinan baik yang sekarang terjadi maupun masa mendatang yang penuh dengan ketidak pastian.
Kuikuti hati ini menulis seirama dengan lagu yang sedang berdendang. Tidak ada daya hati ini untuk mengikuti keinginan nafsu yang terkadang tidak bisa dibedakan mana yang benar-benar berguna untuk kita atau malah yang menyesatkan. Apakah yang selama ini aku kerjakan tidak membawa aku pada lubang hitam yang pekat. Atau malah justru sebaliknya yang aku lakukan merupakan kebutuhan dasarku yang memang harus dikerjakan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Hampir lima tahun berlalu untuk menjadikan diriku tegar menghadapi ganasnya hidup di dunia. Kerasnya hati berdesir memberikan semangat yang berbeda dari yang lainnya. Dari ujung kaki sampai ujung rambut seolah menanyakan tanggung jawab secara moral kepada diri sendiri oran-orang dekat dan tentunya yang maha dahsyat yang memiliki kita semua. Dalam waktu hampir lima tahun seolah mereka meminta laporan pertanggung jawaban kepada manajemen yang bernama aku. Apakah selama ini menunjukan sebuah nada merdu atau justru nada asalan yang dimainkan oleh seniman tak berasal.
Membeli sebuah mimpi dan menghadirkannya kedalam dunia nyata, hal yang tidak akan dipahami oleh seorang awam. Hanya seolah terlihat datar tanpa bentuk yang bisa menggugah jiwa. Merampas kesadaran dari bayang-bayang indah. Menghancurkan dinding kedangkalan variasi hati. Meluncur menembus cakrawala teori. Berdengung membisikan sesuatu tanpa rasa apriori. Tersentak kerasnya gemuruh hati ingin bicara. Tertandai oleh pijakan-pijakan halus nan elok. Energi ini masih bisa untuk bisa mempertahankannya berbuat yang ada pada jalur nurani. Yang membisikan dengan suara sepoi-sepoi untuk tetap seperti karang yang tidak mudah digoyahkan oleh siapapun. Yang beruaha untuk mempertahankan tradisi sebuah kebidupan yang berwal dari tak berwujud menjadi materi yang memiliki arti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Porn, Racism, Sadism