Gempa Lombok yang terjadi pada Bulan Juli serta gempa susulan di Bulan Agustus 2018 yang kekuatannya tidak kalah besar dengan gempa pertama telah meluluhlantakan kehidupan masyarakat. Penduduk pulau tidak dapat lagi ber aktivitas dengan tenang karena sering diancam oleh gempa-gempa baru yang besar. Gempa besar pertama terjadi dalam skala 6 richter, gempa besar kedua terjadi dengan skala 7 richter, dan gempa besar ketiga terjadi dengan skala 6,4 richter. Hal ini membuat kerugian materil dan non materil.
Kerusakan akibat gempa lumayan parah, karena terdapat puluhan ribu rumah yang tidak dapat digunakan lagi dengan rincian roboh dan akan roboh. Fasilitas umum bidang kesehatan, pendidikan, dan perekonomian terganggu dengan adanya gempa besar ini, banyak aktivitas diluar rumah terhenti, waktu lebih banyak dihabiskan di tempat-tempat pengungsian. Tempat pengungsian menjadi rumah yang nyaman ketika rumah asli mengancam jiwa karena akan roboh dan lain sebagainya. Lapangan dan tempat terbuka ibaratnya adalah surga yang nyaman yang memberikan ketenangan kepada para korban gempa. Dari sinilah warga lebih menghayati akan arti hidup sebenarnya. Hotel bintang lima yang sangat nyaman tidak akan dapat memberi kenyamanan yang luar biasa ketika ketika bumi bergoyang kencang dan akan kalah nyaman dengan hanya tidur di lapangan beralaskan tikar. Khawatir dengan keselamatan diri dan orang-orang terdekat memicu mereka berkumpul dalam satu tanah lapang yang aman. Ada yang pernah bilang di medsos bahwa ini cobaan, atau ada juga yang bilang ini adalah azab, atau ada yang bilang apalah, yang namanya bencana ya baiknya lebih memikirkan ini adalah penderitaan kita bersama, kita lah yang menanggung semua ini. Kita juga harus berbagi kebahagiaan kita dengan orang lain, kita pun harus terima ketika orang lain berbagai kesedihan dengan diri kita.
Trauma jelas ada dan dialami oleh sebagian besar masyarakat yang berada di Pulau Lombok. Yang Saya takutkan adalah trauma berkepanjangan akan membawa pengaruh buruk kepada siapa saja yang merasakan gempa. Orang yang mengalami trauma biasanya kurang produktif dalam bekerja karena dalam pikirannya memiliki kecurigaan yang amat besar terhadap sesuatu dengan potensi bahaya terhadap dirinya sendiri. Dalam jangka yang relatif pendek trauma diibaratkan adalah hantu terhadap sesuatu, dalam hal ini setiap ada gempa walaupun kecil skalanya akan berdampak pada emosi korban gempa. Dalam jangka yang relatif lama trauma akan terhenti dengan sendirinya seiring dengan masuknya banyak informasi yang masuk ke dalam pikiran para korban gempa, masuknya banyak informasi akan membuat informasi tentang gempa yang sudah tertanam didalam pikiran korban gempa menjadi kalah bersaing dengan informasi yang lebih up to date.
Mengingat truma dalam jangka pendek menimbulkan banyak masalah, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meringankan beban para korban adalah dengan cara membantu kebutuhan yang dibutuhkan pasca gempa. Jenis kebutuhan ini adalah kebutuhan darurat artinya adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh sebagian besar korban pada saat itu juga. Contoh kebutuhan darurat antara lain bahan pangan, pakaian, dan obatan.
Untuk meringankan korban gempa yang terjadi di Lombok, Kagamahut NTB (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Kehutanan Nusa Tenggara Barat) mengadakan penggalangan dana sekaligus membeli kebutuhan bantuan untuk disalurkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Inisiasi ini sebagai gerakan moral untuk merasakan penderitaan korban gempa sekaligus berusaha meringankan beban korban gempa dengan bantuan yang dirasa dibutuhkan para korban. Penggalangan dana dilakukan oleh anggota Kagamahut diseluruh Indonesia. Kami tahu bahwa bencana kemanusiaan tidak mengenal batasan teritori, kami adalah Indonesia ketika ada saudara kami yang berada di lain pulau merasakan penderitaan, maka kami pun berusaha untuk meringankan beban mereka tanpa embel-embel latar belakang kami.
Kerusakan akibat gempa lumayan parah, karena terdapat puluhan ribu rumah yang tidak dapat digunakan lagi dengan rincian roboh dan akan roboh. Fasilitas umum bidang kesehatan, pendidikan, dan perekonomian terganggu dengan adanya gempa besar ini, banyak aktivitas diluar rumah terhenti, waktu lebih banyak dihabiskan di tempat-tempat pengungsian. Tempat pengungsian menjadi rumah yang nyaman ketika rumah asli mengancam jiwa karena akan roboh dan lain sebagainya. Lapangan dan tempat terbuka ibaratnya adalah surga yang nyaman yang memberikan ketenangan kepada para korban gempa. Dari sinilah warga lebih menghayati akan arti hidup sebenarnya. Hotel bintang lima yang sangat nyaman tidak akan dapat memberi kenyamanan yang luar biasa ketika ketika bumi bergoyang kencang dan akan kalah nyaman dengan hanya tidur di lapangan beralaskan tikar. Khawatir dengan keselamatan diri dan orang-orang terdekat memicu mereka berkumpul dalam satu tanah lapang yang aman. Ada yang pernah bilang di medsos bahwa ini cobaan, atau ada juga yang bilang ini adalah azab, atau ada yang bilang apalah, yang namanya bencana ya baiknya lebih memikirkan ini adalah penderitaan kita bersama, kita lah yang menanggung semua ini. Kita juga harus berbagi kebahagiaan kita dengan orang lain, kita pun harus terima ketika orang lain berbagai kesedihan dengan diri kita.
Trauma jelas ada dan dialami oleh sebagian besar masyarakat yang berada di Pulau Lombok. Yang Saya takutkan adalah trauma berkepanjangan akan membawa pengaruh buruk kepada siapa saja yang merasakan gempa. Orang yang mengalami trauma biasanya kurang produktif dalam bekerja karena dalam pikirannya memiliki kecurigaan yang amat besar terhadap sesuatu dengan potensi bahaya terhadap dirinya sendiri. Dalam jangka yang relatif pendek trauma diibaratkan adalah hantu terhadap sesuatu, dalam hal ini setiap ada gempa walaupun kecil skalanya akan berdampak pada emosi korban gempa. Dalam jangka yang relatif lama trauma akan terhenti dengan sendirinya seiring dengan masuknya banyak informasi yang masuk ke dalam pikiran para korban gempa, masuknya banyak informasi akan membuat informasi tentang gempa yang sudah tertanam didalam pikiran korban gempa menjadi kalah bersaing dengan informasi yang lebih up to date.
Mengingat truma dalam jangka pendek menimbulkan banyak masalah, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meringankan beban para korban adalah dengan cara membantu kebutuhan yang dibutuhkan pasca gempa. Jenis kebutuhan ini adalah kebutuhan darurat artinya adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh sebagian besar korban pada saat itu juga. Contoh kebutuhan darurat antara lain bahan pangan, pakaian, dan obatan.
Untuk meringankan korban gempa yang terjadi di Lombok, Kagamahut NTB (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Kehutanan Nusa Tenggara Barat) mengadakan penggalangan dana sekaligus membeli kebutuhan bantuan untuk disalurkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Inisiasi ini sebagai gerakan moral untuk merasakan penderitaan korban gempa sekaligus berusaha meringankan beban korban gempa dengan bantuan yang dirasa dibutuhkan para korban. Penggalangan dana dilakukan oleh anggota Kagamahut diseluruh Indonesia. Kami tahu bahwa bencana kemanusiaan tidak mengenal batasan teritori, kami adalah Indonesia ketika ada saudara kami yang berada di lain pulau merasakan penderitaan, maka kami pun berusaha untuk meringankan beban mereka tanpa embel-embel latar belakang kami.
Kagamahut NTT juga ikut memberi bantuan kepada para korban gempa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Porn, Racism, Sadism