Kamis, 21 Januari 2010

Muhammad Ikhsan Kurnia

Bagi saya, sebuah proposal tidak harus ditulis secara formal berdasarkan kaidah umum. Tak mengurangi sedikitpun rasa hormat kepada siapapun yang membaca tulisan ini, tulisan ini tidak lebih dari sebuah keresahan dan impian yang ingin berusaha direalisasikan. Dengan harapan, tulisan ini bisa mengajak siapa saja yang merasa terpanggil dan ingin memberikan kontribusi kepada masyarakat luas.

Saya ingin mengawali tulisan ini dengan sebuah cerita tentang diri saya sendiri. Kemudian saya susul dengan beberapa gagasan dan perencanaan masa depan yang menjadi substansi pokok dari tulisan ini.

Nama saya adalah Mohammad Ikhsan Kurnia. Saya lahir di kota bahari, Tegal, Jawa Tengah pada 29 Maret 1986, dari sebuah keluarga yang sederhana, tapi cukup memperhatikan pendidikan. Setelah menamatkan SMA di kota kelahiran saya, saya merantau ke kota pendidikan, Yogyakarta, pada tahun 2004. Saya mengambil jurusan Ilmu Sosiatri di Fisipol UGM. Hingga ketika saya menulis tulisan ini (Januari 2010) saya belum menamatkan Pendidikan Tinggi saya tersebut karena alasan tertentu.

Sejak kecil, saya sudah tertarik dengan aktivitas sosial. Sejak kelas 2 SD saya sudah aktif di sebuah organisasi bercorak keagamaan dan mengenal dunia aktivis dalam usia yang cukup dini. Hingga dua tahun yang lalu saya memutuskan untuk sementara meninggalkan aktivitas organisasi kemahasiswaan untuk fokus pada aktivitas yang bersifat keilmuan. Dari pengalaman itu saya kemudian menemukan jati diri saya yang berbasis pada ketertarikan dan pandangan hidup saya. Saya ingin menjadi seorang educator yang bisa bermanfaat untuk masyarakat luas. Kawan-kawan saya banyak yang memilih jalan politik praktis, birokrasi, swasta, akademisi formal dan sebagainya. Namun, saya ingin mengabdikan hidup saya di dunia pendidikan yang bersentuhan secara langsung dengan masyarakat secara konkrit.

Sejak usia sekolah saya lebih banyak belajar pengetahuan umum diluar bangku sekolah formal. Kata orang bijak, hidup kita akan merasa lebih bermakna jika kita mengetahui 4 hal: agama, filsafat, ilmu pengatahuan dan sastra. Karena itulah selama ini saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar empat hal tersebut, meskipun tidak di tempat formal. Mungkin saya tergolong pembelajar otodidak. Namun, ditengah proses perjalanan pembelajaran, saya merasa dibatasi oleh 1 hal, yakni bahasa. Pada akhirnya saya mengkaji beberapa bahasa asing dan masih berproses hingga saat ini. Jika diurutkan dari intensitas belajarnya, bahasa yang saya kaji adalah Inggris, Arab, Perancis, Belanda, Jerman dan Spanyol. Adapun bahasa asing yang lain masih dalam rencana masa depan. Saya fikir, dengan penguasaan banyak bahasa, maka pengetahuan yang bisa saya dapatkan juga semakin luas.

Lalu, saya pun mendirikan sebuah komunitas bahasa-bahasa dunia. Saya namai komunitas tersebut WORLD LINGUISTIC EDUCATION (WOLION). Saya menggunakan istilah EDUCATION karena kata tersebut memiliki makna dan spektrum yang lebih luas daripada kata COURSE atau SCHOOL. Diharapakan ada nilai-nilai moral tertentu yang bisa ditransformasikan dari pendidikan (education) tersebut, tidak sekadar wadar untuk transfer ilmu pengatahuan an sich. Awalnya saya hanya menjadikan komunitas ini sebagai wadah yang sifatnya terbatas, yakni hanya untuk kalangan mahasiswa yang memang membutuhkan penguasaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Namun, didorong oleh semangat dan tanggungjawab sosial, saya bermaksud untuk melakukan aktivitas pembangunan masyarakat melalui pengetahuan bahasa asing. Saya merasa kuliah saya di jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol UGM pun tidak sia-sia. Karena saya bisa menerapkan ilmu tentang pembangunan masyarakat (community development) dan pengorganisasian masyarakat (community organization) yang saya dapatkan di bangku kuliah untuk aktivitas sosial secara nyata. Saya pun kemudian menetapkan WOLION sebagai alat pemberdayaan masyarakat tersebut. Mengingat model pembangunan masyarakat saat ini membutuhkan strategi baru yang tidak parsial, temporal dan instan. Selama ini, model pembangunan yang sering dipakai lebih berpusat pada aspek ekonomi, sementara disisi yang lain tidak bersifat sustainable. Memang, aspek ekonomi juga sangat penting (sebagai hardware). Namun, yang juga tidak kalah penting, saat ini dibutuhkan model pembangunan masyarakat yang bisa mengubah pola fikir masyarakat (sebagai software). Menjadikan mereka memiliki fikiran yang terbuka, bisa beradaptasi dengan perubahan sosial yang begitu cepat, dan memiliki kualitas hidup untuk membangun diri mereka secara mandiri. Kesimpulannya, salah satu hal yang bisa membuka “pintu keterbukaan” tersebut adalah BAHASA, selain sifatnya yang juga lebih soft (mudah diterima siapa saja tanpa curiga). Dengan kata lain: Biarkanlah anak-anak di Desa-desa itu berani bermimpi untuk berkeliling dunia. Namun, tidak pula kita inginkan mereka mengalami gagap globalisasi sehingga tanpa kontrol dan menjadikan diri mereka berfikir dan berperilaku liberal. Disinilah peran edukasi bermain, yakni dengan membangun fondasi kultural yang seimbang antara “yang global” dan “yang lokal”. Begitulah singkatnya.

Saya sudah bertekad untuk menjadikan WOLION ini sebagai alat untuk beramal dan mengabdi kepada masyarakat. Saya memiliki gagasan untuk membangun sebuah desa internasional di masa yang akan datang sebagai desa percontohan. Kemungkinan besar saya akan memilih salah satu desa di Kabupaten Sleman, karena beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah karena daerah tersebut masih relatif terjangkau dari pusat intelektual di Kota Jogja, dan nuansa desanya masih sangat kental. Jika Allah menghendaki, maka manfaatnya bisa tersebar pula ke daerah-daerah lain disekitarnya. Saya kira, gagasan dan perencanaan tersebut tidaklah terlalu utopis, realistis, meskipun juga tidak mudah untuk mewujudkannya. Untuk itulah, saya tidak mungkin bisa menjalankan gagasan itu sendiri tanpa ada orang lain yang mendukung dan berperan serta merealisasikannya. Adapun penjelasan teknis dan detail tentang gagasan dan perencanaan program ini, bagi yang ingin mengetahui lebih jauh bisa hubungi saya. Saya akan sangat senang menerima sharing dengan siapapun.

Bagi siapapun yang membaca tulisan ini, dengan tulus saya sangat mengharapkan partisipasinya. Kalaupun anda tidak begitu tertarik dengan gagasan ini, saya mengharapkan kesediaannya untuk menceritakan hal ini kepada teman atau siapapun selagi anda sempat. Kalaupun tidak sempat atau lupa, mungkin bisa mendo’akan untuk kesuksesan gagasan ini. Andaipun juga tidak sempat, saya tetap sangat berterima kasih karena telah meluangkan waktu membaca tulisan ini.


Berikut ini saya sertakan CV saya:

Nama : Mohammad Ikhsan Kurnia (ikhsan)
TTL : Tegal, 29 Maret 1986
Pendidikan : SD-SMA di Tegal, Jawa Tengah
Perguruan Tinggi di Yogyakarta
Pekerjaan : Owner dan Educator di WOLION
Tutor Bahasa Inggris di sebuah Lembaga Bimbingan Belajar di Jogja
Freelance Translator
Freelance Thesis Consultant (spesifikasi ilmu sosial-politik)
Writer (sementara ini fiksi)
Email : ikhsan_kurnia@plasa.com
wolion_indonesia@yahoo.co.id
CP : 08985042245

2 komentar:

  1. Mas, saya sudah baca novel mu going to heaven. Bagus sekali.

    Terima kasih sudah berbagi ilmu.

    Salam, Fadil dari Pekanbaru

    BalasHapus
  2. Terima kasih Fadil. Saya punya novel lagi. Silahkan kunjungi di https://www.facebook.com/Di-Bawah-Naungan-Mu-267635736924072/?fref=nf

    BalasHapus

No Porn, Racism, Sadism

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo