Tampilkan postingan dengan label Environtment. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Environtment. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Maret 2023

Jalan-Jalan ke Kebumen Jawa Tengah

Kebumen adalah sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Ada banyak alasan mengapa kita harus berkunjung ke Kebumen, antara lain:

Keindahan alam

Kebumen memiliki keindahan alam yang memukau, terutama pantainya yang menjadi destinasi wisata favorit. Terdapat beberapa pantai yang memiliki keindahan alam yang berbeda-beda, seperti Pantai Ayah yang memiliki ombak besar, Pantai Pasir yang cocok untuk wisata keluarga, dan Pantai Menganti yang menawarkan keindahan sunset.

Kekayaan budaya

Selain keindahan alam, Kebumen juga memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Ada banyak tempat bersejarah dan bangunan peninggalan kolonial Belanda yang masih terawat dengan baik, seperti Benteng Vander Vijk.

Kuliner khas

Kebumen juga terkenal dengan kuliner khasnya yang lezat dan unik, seperti sate Ambal. Wisatawan dapat mencoba dan menikmati kelezatan kuliner khas Kebumen yang tidak akan ditemukan di tempat lain.

Keramahan penduduk

Masyarakat Kebumen terkenal sangat ramah dan welcoming terhadap wisatawan yang berkunjung ke kabupaten ini. Wisatawan akan merasa seperti di rumah sendiri dengan keramahan dan kesederhanaan masyarakat Kebumen.

Aksesibilitas

Kebumen dapat diakses dengan mudah dari beberapa kota besar di Jawa Tengah seperti Semarang, Yogyakarta, dan Solo. Selain itu, terdapat juga aksesibilitas yang baik dengan adanya transportasi umum seperti kereta api dan bus.

Dari keindahan alam, kekayaan budaya, kuliner khas, keramahan penduduk, dan aksesibilitas yang baik, tidak ada alasan untuk tidak berkunjung ke Kebumen. Wisatawan dapat menikmati liburan yang menyenangkan dan mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan di kabupaten yang luar biasa ini.

Menjelajahi Kebumen, Indonesia adalah petualangan yang tidak boleh dilewatkan. Terletak di tengah Pulau Jawa, destinasi ini menawarkan banyak kesempatan untuk menemukan dan menjelajahi lanskapnya yang indah, budaya yang semarak, dan masakan yang menggugah selera. 

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki pesona keindahan perdesaan yang menakjubkan. Daerah ini terkenal dengan panorama alam yang indah, budaya yang kaya, serta tempat wisata yang menarik.

Salah satu destinasi wisata perdesaan yang menarik di Kabupaten Kebumen adalah Desa Wisata Krakal. Desa ini terkenal dengan sumber air panas yang sangat terkenal di kalangan wisatawan. Selain itu, di Desa Krakal juga terdapat banyak kebun teh yang hijau dan subur yang memanjakan mata.

Selain itu, terdapat juga desa-desa lain yang memiliki keindahan alam yang luar biasa di Kabupaten Kebumen. Seperti Desa Karangbolong yang dikelilingi oleh bukit-bukit yang hijau dan indah. Desa ini terkenal dengan pengolahan kopi yang berkualitas tinggi.

Tidak hanya itu, di Kabupaten Kebumen juga terdapat berbagai kegiatan budaya yang menarik. Seperti tradisi kuda lumping dan reog yang sering ditampilkan pada acara-acara besar di Kabupaten Kebumen. Selain itu, terdapat juga kesenian tari topeng yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat.

Kabupaten Kebumen benar-benar memiliki keindahan perdesaan yang sangat memukau. Tak heran jika daerah ini menjadi salah satu tujuan wisata favorit bagi wisatawan yang mencari ketenangan dan keindahan alam yang alami.

Pusat oleh-oleh

Pantai di Kebumen

Kapal Nelayan di Kebumen

Tempat wisata di Kebumen

Tempat wisata di Kebumen


Sabtu, 15 Mei 2021

Hubungan Perhutanan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat

Hubungan Perhutanan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat
oleh : Yumantoko



Kelestarian sumberdaya alam pada dasarnya digunakan sebagai pertahanan masyarakat setempat dari ancaman bencana yang dapat terjadi ketika lingkungan rusak.  Banyak ahli sepakat bahwa ketika manusia menjaga lingkungan dari kerusakan maka alam akan memberi kebaikan kepada isi dunia. Pada saat ini menjaga alam adalah kata yang mudah diucapkan akan tetapi sulit dilakukan karena pengelolaannya cenderung merusak dan lebih mengedepankan nilai-nilai ekonomi yang acapkali bertentangan dengan nilai sosial dan lingkungan. Salah satu contoh dalam menjaga lingkungan adalah dengan cara melakukan penanaman pohon di hutan. Hasilnya dapat berupa jasa lingkungan yang dapat dinikmati masyarakat sekitar seperti ketersediaan air bersih dan udara yang sejuk, selain itu ketika ada HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) yang dapat dimanfaatkan dapat menjadi sumber penghidupan masyarakat, sehingga program penanaman pohon selalu dilakukan oleh pemerintah dan stakeholder terkait dalam memperbaiki kualitas lingkungan. Akan tetapi kenyataan dilapangan tidak seperti yang diharapkan. Masyarakat sekitar hutan sebagian besar masih memiliki kekurangan terutama ekonomi. Ada oknum mempraktikan sistem pengelolaan yang merusak lingkungan seperti perambahan hutan, penebangan liar, pertanian yang tidak lestari didalam kawasan hutan, dan pengelolaan lahan yang kurang tepat. Untuk itulah program perhutanan sosial masuk untuk memberdayakan kehidupan masyarakat sekitar dengan menaikan taraf kehidupan masyarakat sekitar hutan agar memiliki penghasilan dalam mencukupi kebutuhan hidup dan sekaligus menjaga agar hutan tetap lestari. 
Akan tetapi hal ini tidak mudah dilakukan oleh stakeholder terkait untuk itu perlu dilakukan strategi dalam implementasi program terutama kepada penggarap. Cara yang dilakukan adalah dengan mengembangkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Pemberdayaan masyarakat berbasis HHBK pada kawasan hutan memiliki pengaruh besar dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam dan juga livelihood atau penghidupan masyarakat sekitarnya. Ada banyak cerita yang mengindikasikan bahwa program penanaman di hutan akan berhasil jika disertai pilihan-pilihan kepada penggarap untuk mengembangkan HHBK. HHBK dipilih untuk pemberdayaan masyarakat sekitar karena mengingat status kawasan hutan  maka tidak ada pilihan selain menggunakan HHBK karena kontribusinya begitu penting seperti untuk  bahan pangan, obat-obatan, kerajinan, energy, dan lainnya. Selain itu eksploitasi HHBK tidak menimbulkan kerusakan parah dibanding dengan kayu. Untuk itu beberapa pihak mengenalkan cara agar masyarakat dapat memanfaatkan lahan dengan baik. Misalnya KPH mengembangkan tanaman bernilai ekonomi seperti program kopi sambung, kayu putih, durian sambung, gula semut, madu trigona, peningkatan nilai tambah produk nangka dan lain sebagainya. Dalam memulai suatu program lembaga terkait mengawalinya dengan perencanaan yang matang. Secara garis besar lembaga fasilitator yang terlibat di kawasan  yaitu KPH dan LSM  menggunakan tiga aspek strategi yaitu kelola kawasan, kelola kelembagaan, dan kelola usaha. Kelola kawasan misalnya dengan melakukan penanaman pohon kayu-kayuan dan dikombinasikan dengan tanaman MPTS dan tumpang sari. Tata kelola kelembagaan misalnya dengan membentuk kelompok tani dan aturan-aturan yang menyertainya. Tata kelola usaha misalnya dengan menangani pemasaran produk HKm. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut masih didominasi oleh kelola kawasan sedangkan kelola kelembagaan dan kelola usaha masih kurang. Agar program reboisasi berjalan baik biasanya disertakan dengan tanaman yang menghasilkan HHBK misalnya MPTS seperti tanaman durian, sehingga partisipasi masyarakat untuk penanaman meningkat. Tata kelola kelembagaan masih memiliki celah untuk dapat ditingkatkan lagi misalnya walaupun sudah ada kelompok tani akan tetapi terkadang masih kesulitan dalam penegakan aturan contohnya soal komposisi tanaman di dalam hutan belum semua dipatuhi oleh anggota. Tata kelola usaha sudah mulai berkembang dibanding dengan sebelum perhutanan sosial. Di Desa mulai muncul usaha-usaha produktif yang memanfaatkan sumberdaya yang tersedia misalnya usaha pembuatan makanan yang bahan bakunya berasal dari HKm akan tetapi jumlahnya masih bisa ditingkatkan lagi.
Penggarap memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan tanaman apa yang akan ditanam meskipun harus mengacu pada aturan yang berlaku, dibanding ketika status kawasan masih hutan produksi dimana penentuan tanaman ditentukan oleh pengelola. 
Penggarap yang tergabung dalam kelompok petani memiliki tujuan  yang akan dicapai yakni dengan keterbukaan dimana penggarap memiliki suara dalam memberi masukan ke kelompok. Kelembagaan di tingkat petani membantu dalam pengelolaan hutan oleh penggarap menjadi terarah. Kehadirannya sebagai bagian dari perwakilan suara petani ketika berhubungan dengan pemerintah dan lembaga lain, sehingga pihak lain merasa bahwa petani adalah mitra dalam mengelola hutan secara lestari yang saling memberi dan menerima masukan. Program perhutanan sosial merupakan kesempatan bagi penggarap untuk meningkatkan kapasitas diri seperti kemampuan mereka dalam pengusahaan di dalam kawasan hutan sampai pemasarannya. Fasilitator memfasilitasi kegiatan produktif masyarakat mulai dari penanaman, budidaya, cara memanen, cara pengolahan, serta pemasaran.
Program HKm merupakan program yang menuntut keterlibatan semua pihak baik pria dan wanita sehingga fasilitator sudah berusaha untuk memasukan unsur gender dalam program yang dijalankan. Misalnya WWF membuat strategi dengan membentuk kader-kader wanita yang berada di setiap lokasi binaannya. Tujuannya adalah untuk menjadi contoh dan mentor bagi perempuan-perempuan lainnya ketika program pemberdayaan berakhir waktunya.
Kapasitas organisasi dapat terlihat bahwa lembaga fasilitator sudah berusaha memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pemberdayaan dengan menjalin kolaborasi dengan banyak pihak. Konflik yang sifatnya lokal pada umumnya dapat diselesaikan secara baik oleh masyarakat maupun dengan bantuan lembaga dari luar. Konflik yang berkaitan dengan kebijakan belum dapat teratasi dengan baik sehingga menghambat proses perizinan bagi kelompok tani yang belum mendapat izin HKm.
Kelestarian hutan dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyediakan kebutuhan masyarakat sekitarnya, seperti air bersih serta bahan pangan. Manfaat ini dapat dirasakan masyarakat karena karena tanah di hutan masih subur sehingga tanaman tumbuh dengan baik meskipun tanpa pupuk. Agar tetap dapat memberi yang terbaik untuk masyarakat sekitar, tata kelola hutan terus diperbaiki sehingga fungsi dan manfaatnya dapat dirasakan. 

Sungai di Kawasan Perhutanan Sosial



Jumat, 10 April 2020

Capung-Capung yang Malang

Ini adalah jenis capung yang sudah mulai langka keberadaannya di alam. Ketika kecil, saya sering menjumpai robongan capung yang terbang pada suatu tanah lapang. Kadang, saya dan teman sepermainan sangat senang mengejar sampai mau terjatuh karena tidak memperhatikan sekeliling. Jumlahnya begitu banyak pada waktu itu sehingga menjadi penghias di tanah lapang.  Akan tetapi sekarang ini, sangat jarang dijumpai. Dimanakah capung yang berwana-warni yang dulu terbang bebas bak angin yang berhembus tanpa halangan. Apakah pergi kesuatu tempat dan tidak ada seorang pun dapat memberitahu dimana lokasi itu. 

Ternyata capung-capung itu  tergeser oleh jaman. Jaman yang banyak orang disebut dengan jaman modern yang tujuannya tidak berarah. Maafkanlah wahai Alam, para manusia sudah tidak begitu tertarik dengan kamu. Bukannya tidak perduli, cuma para manusia melihat dari jauh keindahan modernitas tanpa memperdulikan kamu. Para manusia melihat harapan modernitas bak cahaya penolong. Para manusia ingin terlepas dari kemiskinan, ketertinggalan, dengan logika modernitas. Manusia ingin mengejar harta  dunia dimana berbagai manusia dari belahan bumi yang lain juga turut berlomba mencarinya. Jika tidak cepat berlari, maka kami sebagai manusia khawatir tidak akan dapat bagian dari dunia ini. Segala cara sudah kami usahakan untuk mencari harta dunia ini. Lihatlah berapa juta hektar lahan yang kami keruk untuk diambil emas, batubara, besi, minyak, dan berbagai kekayaan bumi lainnya. Lihatlah, kami sebagai manusia membabat, dan membakar hutan. Lihatlah kami manusia mendatangi lautan yang luas nan dalam untuk mengeruk ikan-ikan disana untuk dibuat makanan yang kami anggap lezat. Kadang kami keblablasan mengambil semau nafsu kami, tanpa melihat kedepan. Kami tidak tahu harus sampai kapan seperti ini, yang jelas kami akan selalu berlomba untuk mengeruk harta di bumi. Rasa empati kami terkubur oleh nafsu kami yang kadang tidak kami pahami. Sesaat hati kami merasa tersayat ketika melihat berita banjir, kebakaran hutan, longsor, pencemaran laut, pencemaran sungai dan bencana lain yang mengorbankan saudara kami yang tidak berdosa. Namun apalah kejadian semacam itu tidak benar-benar mengingatkan kami pada kuasa alam yang lebih besar. Kami sering dilupakan oleh waktu yang lama kelamaan peristiwa seperti itu hilang dari ingatan kami. Dan kami pun mulai beraktivitas kembali seperti semula seperti tidak ada kejadian yang memeringatkan kami sebelumnya. Kami terus-menerus merusak alam untuk kami keruk hartanya tanpa melihat mahluk hidup lain di bumi.

Mungkin kami adalah manusia yang memang tempatnya lalai dari melihat fakta. Jiwa kami adalah jiwa yang haus (kekuasaan, harta, pengakuan). Kami ingin mendapatkan harta yang lebih, melebihi apa yang sudah kami dapatkan pada waktu ini. Kami semakin haus yang tidak berujung. Tanpa sadar, kami telah mengorbankan memori kami sendiri yaitu tentang capung dimasa muda kami. Kami sadar, kami belum rela melepas memori masa kecil kami. Ternyata masa kecil kami begitu indah, hingga kami ingin kembali ke masa dulu melihat dan mengejar capung yang banyak di tanah lapang. 


Selasa, 07 April 2020

Mendaki Gunung dan Sedikit Tentang Persiapannya


Ketika akan mendaki gunung, persiapan yang matang menentukan sukses tidaknya pendakian. Yang paling utama dari persiapan itu adalah mempersiapkan untuk keselamatan diri dan lingkungan. Hal ini dikarenakan gunung merupakan lokasi asing yang jauh dari keramain, sehingga jika terjadi hal yang tidak diinginkan paling tidak sudah memiliki bekal untuk penyelamatan. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah tabung oksigen. Apakah yang akan terjadi jika pendaki gunung tidak menggunakan alat bantu oksigen? ya nanti gampang capek atau kelelahan. Alat bantu oksigen memiliki peran penting ketika mendaki. Ia membantu pendaki untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang jumlahnya menipis ketika di daerah tinggi. Misalnya ketika mendaki Puncak Gunung Rinjani yang ketinggiannya mencapai 3.700 an meter. Didaerah puncak gunung atau semakin tinggi suatu lokasi, kandungan oksigennya semakin menipis, untuk itu sangat berbahaya jika pendaki nekat alias memaksakan naik puncak tanpa perlengkapan oksigen yang memadai. Hal yang sangat mudah dirasakan ketika pendaki mencapai ketinggian seperti itu yaitu badan cepat capek. Kadang malah pendaki merasa pusing. Pada ketinggian tersebut jangan memamerkan kemampuan fisik kita pada orang lain kalau kita kuat. Kenyataannya pada ketinggian tersebut anggota badan terutama paru-paru, jantung, dan otak membutuhkan oksigen dalam jumlah yang cukup. Untuk mencukupinya cukup menggunakan oksigen botolan yang dapat di beli di apotek terdekat.

Kemampuan beradaptasi pada lingkungan baru juga diperlukan ketika melakukan pendakian. Kenapa pendaki harus beradaptasi? ya agar kita merasa padu dengan alam. Jika tidak memiliki kemampuan beradaptasi pada tempat baru mending tidak usah mendaki, daripada nanti malah menyusahkan orang-orang dan alam disekitar. Perlu diingat bahwa ketika mendaki kita berada di luar lingkungan sehari-hari dimana biasa kita hidup. Ketika mendaki kita berada di alam yang mana semua mahluk berhak untuk menikmati. perlu diingat bahwa kita berada di alam bukan untuk diri kita pribadi akan tetapi masih banyak mahluk Tuhan yang berada disekitar kita. Anggaplah kita sedang hidup bersama mereka, karena mereka juga kalau bisa berbicara akan mengungkapkan hal yang sama. Maka menjaga alam adalah cara adaptasi yang dianjurkan bagi para pendaki. Bawalah kembali ke bawah sampah kedalam tas, jangan membakar sembarangan, jangan merusak pohon, dan hiduplah secara harmoni dengan alam sekitar.

Jangan berpikiran untuk segera sampai di puncak. Kalau setiap pendaki pemikirannya seperti itu maka berarti mereka adalah pendaki yang tidak bisa menikmati alam. Nikmatilah setiap proses yang ada, misalnya ketika mendaki gunung yang tinggi, langkah-demi langkah maupun hembusan udara yang kita hirup harus dapat dirasakan. Menyatu dengan alam dengan merasakan dengan setiap panca indera kita, bahwa kita sedang berada di suatu lokasi yang mana setiap detik suasananya layak untuk dinikmati. Mendaki gunung tinggi sekalipun tidak akan terasa capek. Mengapa ketika jalan mendaki kalau jalan kaki rasanya berat?ya karena gaya gravitasi memungkinkan orang untuk nyaman berjalan di bumi yang datar dari pada harus mendaki atau menuruni lembah. Ketika menurui lembah, maka gaya gravitasi akan mendorong pendaki untuk berjalan lebih cepat. Jika tidak hati-hati, pendaki akan mudah terpeleset. Begitu juga sebaliknya, ketika jalan naik, seolah tubuh kita di tahan tidak boleh menjauh dari bumi. Jadi ingatlah teori apel jatuh akan ke bumi. Batu yang dilempar keatas akhirnya tidak kuat dan kemudian kembali lagi kebumi. Selain itu yang membuat berat yaitu pola pikir pendaki itu sendiri. Makanya seorang pendaki harus optimis dan berpikiran positif, bahwa setiap langkah yang dijalankan akan membawa ke puncak, walaupun membutuhkan waktu yang lama. Itulah kenapa mendaki gunung merupakan salahsatu latihan mental yang dianjurkan untuk setiap orang yang kurang memiliki mentalitas perjuangan hidup yang gigih. Dengan mendaki gunung akan melatih seseorang  untuk menjadi seorang yang pemberani,  pantang menyerah, dan siap menghadapi berbagai tantangan didepan mata.

Jangan lupa untuk menyiapkan logistik yang cukup. Ketika logistik mencukupi akan membuat hati dan pikiran nyaman. Selain itu perlengkapan keselamatan perlu juga diperhatikan. Apakah jaket parka cocok untuk mendaki gunung? ya tergantung. Untuk mendaki membutuhkan perlengkapan, akan tetapi tidak semua perlengkapan dapat dibawa ketika mendaki, kecuali jika bawa porter sendiri. Akan sangat sulit jika semua kebutuhan di rumah kita bawa ke pendakian. Hey Broo, ini mendaki bukan pindahan rumah atau pindahan kos-kosan. JIka kita membawa perlengkapan berlebihan malah akan sangat merepotkan pendaki. Bukannya menikmati pendakitan, malah pendaki itu sendiri susah karena kebanyakan barang bawaan. Nah, bawalah perlengkapan dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan ketika melakukan pendakian. Misalnya berkaitan dengan waktu, ketika mendaki tidak terlalu lama, misalnya mendaki Gunung Merapi atau mendaki Puncak Sikunir, maka tidak memerlukan perlengkapan yang banyak, secukupnya saja. Jaket yang nyaman merupakan pilihan yang harus diutamakan ketika mendaki dalam waktu singkat,  atau juga bawa makanan dan minuman secukupnya. Akan tetapi ketika mendaki dan diperlukan membutuhkan waktu berhari-hari maka perlu memperhitungkan kebutuhan harian hingga berakhirnya pendakian. Perlu di list, kebutuhan untuk hari pertama sampai hari terakhir pendakian. Namun ingat bahwa bawalah yang menjadi kebutuhan saja. 










Rabu, 09 Oktober 2019

Pantai Indah di Dekat Bandara New Yogyakarta Airport (NYIA), Pantai Mangrove Kadilangu

Ini adalah perjalanan yang tidak disangka-sangka sebelumnya. Ketika datang ke Pantai Mangrove Kadilangu hanya kebetulan semata. Akan tetapi ini adalah kebetulan membawa nikmat.

Lokasi pantai berada di Kabupaten Kulon Progo. Pantai ini berada di ujung barat Provinsi DIY. DI sebelah daerah ini sudah berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Jarak dari Kota Jogjakarta sekitar 1,5 jam perjalanan dengan kecepatan normal. Jarak dari bandara NYIA sekitar 10 menit perjalanan.

Lalu apa yang ditawarkan lokasi ini?, tentunya pemandangan khas pantai mangrove. Sangat jarang sekali di pantai selatan Jawa terdapat ekosistem hutan mangrove. Pantai di selatan Jawa terkenal akan ombaknya yang besar, sehingga akan sangat sulit bagi tumbuh-tumbuhan berkembang. Tapi di wilayah ini, mangrove tumbuh dan menjadi sumber kekayaan alam. Tumbuhan mangrove terlihat seperti tanaman peneduh yang tidak tumbuh terlalu besar dan kecil. Daunnya terlihat lebat, jika berada dibawah pohon ini, suasana akan menjadi dingin, apalagi angin laut sepoi yang dingin menghantam kulit. Seketika itu maka rasa panas siang hari tidak berarti.

Diantara celah pohon, oleh penduduk lokal didirikan jembatan dari bambu. Entah berapa kebun bambu yang dihabiskan untuk membangun jembatan disini, banyak sekali, yang jelas pemandangan disini mirip suasana tempo dulu dimana kejayaan jembatan beton dan besi belum terlihat. Untuk menyambung antar bambu banyak digunakan tali, bukan paku. Mungkin Si Perencana ingin agar  pengunjung terlindungi dari bahaya kena paku. Jembatan dibuat sambung-menyambung dengan bagian-bagian yang lain sehingga terkesan jembatan disini tidak pernah putus. Diperlukan kehati-hatian dari pengunjung agar tidak tergesa-gesa ketika berjalan di atas jembatan. Kecelakaan dapat menimpa pejalan kaki jika ceroboh. Apalagi di bawahnya itu semuanya air, otomatis jika jatuh baju akan basah. Tapi tenang keamanan di sini terlihat bagus karena dibuat juga pembatas .

Pada beberapa titik, tempat selfie dapat digunakan pengunjung. Bagian ini sepertinya tidak terpisahkan dari tempat wisata era kamera ponsel. Lokasi piknik yang tidak menyediakan tempat selfie biasanya sepi pengujung. Di sini terdapat bermacam-macam tema menarik untuk selfi, misalnya jembatan cinta, jembatan instagram, jembatan untuk melihat semua pemandangan, dan lain sebagainya. Pada bagian lainya terdapat perahu sampan yang dapat digunakan pengunjung berjalan-jalan melihat-lihat hutan lewat air. Berbagai replika landmark dunia juga di bangun dengan bambu.
Lalu kapan waktu terbaik untuk mengunjungi tempat ini?, menurut saya yaitu di pagi hari ketika matahari terbit. Karena tempat ini terlihat begitu bagus ketika pagi hari. Cahaya muncul dari arah timur menembus setiap sudut di pantai. Ini adalah modal bagus agar komposisi poto menjadi lebih berkesan dan variasi.

Secara keseluruhan tempat ini bagus, akan tetapi pada beberapa sudut ada hal yang harus ditingkatkan. Misalnya  adalah penambahan tempat sampah agar pengunjung yang nakal tidak membuang sampahnya sembarang. Selain itu, dari sekilas penglihatan saya, belum ada upaya untuk mengkonservasi pohon mangrove, saya tidak melihat adanya persemaian tanaman mangrove. Padahal hal ini penting dilakukan sebagai antisipasi untuk mengantisipasi kerusakan pohon mangrove.
















Senin, 09 Januari 2017

TWA Bukit Tunak, Lombok, "Seberapa Besar Keindahan Pemandangannya"

Banyak penduduk lokal sini menjelaskan tentang pulau mereka dengan lelucon: "pulau seribu masjid, seribu maling".

Tapi menurut Saya, deskripsi tersebut sama sekali tidak akurat. Kebanyakan dari penduduk lokal merupakan orang ramah bekerja di sawah, ladang, dan banyak pula yang bekerja di sektor pariwisata.

Pulau indah ini memiliki keasyikan tersendiri terutama bagi pendatang seperti Saya. Pantai dengan pasir putih adalah tempat romantis yang tak terhitung nilainya; melintas hutan yang ada disekitar akan menjadi hari indah ketika berada disini.


Menurut salah satu teman Saya sebagai  orang Lombok asli  menjelaskan, lombok itu ibarat harta yang terpendam dan belum banyak di eksplore.

Namun belakangan Lombok telah dilirik oleh orang-orang yang lebih berani yang mengeksploitasi kekayaan alam  antara lain dengan membangun lapangan golf, cottage dan berbagai penginapan di dekat teluk-teluk kecil, pantai dan pulau-pulau indah. Atau mereka menawarkan paket wisata sepanjang jalan hutan dengan sepeda, panjat tebing, mendaki gunung dan melakukan penyelaman bawah air.


Salah satu keindahan nyata dari Pulau ini adalah Bukit Tunak, sebuah tempat yang dapat dicapai hanya dua jam dari Kota Mataram.

Bukit Tunak kalau dari Mataram hanya ditempuh dengan melintasi dua kabupaten yakni Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Timur..
Selam perjalanan menuju pantai,  pemandangan persawahan yang menakjubkan, perkebunan yang hijau, sawah, sungai, rumah penduduk dan hutan yang lebat tidak akan membuat lelah badan. Ketika berjalan akan melewati Pantai Kuta di Lombok Tengah yang sangat bagus untuk melihat pemandangan matahari terbit dan melihat warna emas ketika matahari tenggelam.


Kendaraan yang Saya naiki membawa ke Bukit Tunak dengan cara yang sedikit lembut pada awal-awal perjalanan sampai sebelum hutan TWA Bukit Tunak, jalan sungguh enak untuk dilalui. Tetapi kalau sudah masuk ke jalan yang lebih kecil terutama di daerah pujut yang dari jalan utama belok kekanan kalau dari arah Mataram, sebagian besar jalan sempit dan berbatu. Teman Saya meyakinkan  bahwa itu adalah cara terbaik untuk menuju Bukit Tunak. Ini tentu yang paling menyenangkan.

Setelah sampai pantai, Saya tidak melihat banyak orang yang berada disini. Hanya sesekali saja orang lewat di pantai.  Mereka pikir kalau saya naik ke bukit mungkin Saya kelihatan seperti orang frustasi yang mau bunuh diri. Saya tidak akan menyalahkan  dan  membenarkan pikiran mereka. Betapa tidak, sesampai di sini, seolah ada dorongan yang memaksa saya untuk melihat ke setiap sudut pantai ini, melompat, jongkok, berdiri, dan lain sebagainya. Biarlah orang mengatakan apa tentang diri saya yang sedang akting di pantai, yang penting kamera  mampu menangkap bayangan diri saya sedang berdiri di salah satu tempat terindah ciptaan Allah SWT.



Pantai di Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tunak

Melompat di Kawasan Pantai Bukit Tunak, Lombok

Hutan dari balik pantai Bukit Tunak yang di kelola oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) NTB

Salah satu pemandangan ketika akan menuju Bukit Tunak

Salah satu pemandangan di Bukit Tunak

Salah satu pemandangan di TWA Gunung Tunak

Salah satu pemandangan di TWA Gunung Tunak

Salah satu pemandangan di TWA Gunung Tunak

Salah satu pemandangan di TWA Gunung Tunak

Salah satu pemandangan di TWA Gunung Tunak

Jumat, 09 September 2016

Pengusahaan Gaharu (sekilas)

Gaharu adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki ciri khas karena mengeluarkan aroma yang harum. Di pasaran, gaharu memiliki nilai jual yang tinggi karena banyak dicari orang terutama karena dijadikan sebagai parfum, aromaterapi, kosmetik, dan obat-obatan.

Pohon ini sekarang mudah jumpai di kebun-kebun warga. Di Pulau Lombok, masyarakat sudah lama mengenal pohon ini terutama dari jenis Gyrinops. Pohon gaharu mudah untuk dibudidayakan warga, karena pohon ini sebagai tanaman sela atau dalam kata lain gaharu bukan sebagai tanaman pokok. Dengan begitu hasil yang didapat akan lebih banyak karena selain menanam tanaman pokok petani juga akan mendapat keuntungan dari menanam tanaman gaharu.

Petani umumnya merasa kesulitan mengelola pohon gaharu yaitu ketika memasuki masa produksi gaharu. Yaitu ketika pohon siap di suntik sampai dengan masa penyulingan. Teknologi untuk produksi yang terbatas menjadi alasan mengapa masih banyak petani yang memercayakan proses inokualasi sampai penyulingan kepada pihak lain terutama para pemilik modal. Jika petani sudah mampu dan mengetahui cara-cara produksi mulai dari penyuntikan sampai dengan penyulingan maka akan semakin mendatangkan keuntungan yang semakin besar. 

Petani gaharu perlu mendapat penguatan terutama agar mereka dapat mendapat keuntungan yang besar dari sistem produksi gaharu. Berbagai macam cara sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun oleh instansi terkait. Penguatan tersebut yaitu mengenai pelatihan budidaya, penyuntikan jamur, cara carving, hingga proses penyulingan untuk mendapat minyak gaharu. Perlu untuk diketahui bahwa harga gaharu di pasaran pada tahun 2013 di Papua Nugini sebesar $560 per kilo, di Thailan perkilo gaharu mencapai harga $ 2.000, sedangkan untuk harga minyak sendiri mencapai $ 15.000 per kg (Lutfi A, et.al.). Dengan potensi sumberdaya yang sudah ada, kesempatan untuk mendapat keuntungan dari sistem produksi gaharu sudah didepan mata. Sekarang yang terpenting adalah mendapatkan teknologi tepat guna yang mampu mengolah gaharu menjadi barang bernilai tinggi.

Dengan masih tingginya permintaan gaharu terutama dari negara-negara timur tengah dan negara-negara Asia Timur harus di manfaatkan sebaik mungkin agar peluang tersebut tidak terbuang percuma.  Peluang tersebut terutama dapat di manfaatkan dengan memberikan dukungan untuk petani yang berada di perdesaan. Dukungan dapat diberikan dalam bermacam-macam bentuk terutama agar terdapat keadilan diantara petani. Dengan begitu petani akan terus bersemangat dalam menanam pohon tersebut.



Biji dan daun pohn penghasil gaharu


Pohon gaharu dari jenis gyrinops yang masih muda. Pohon ini menjadi pohon sela

Biji gaharu dari jenis gyrinops yang sudah pecah dan siap untuk disemaikan

penampakan daun gaharu dari jenis gyrinop dengan gambar dua sisi

Selasa, 21 Juni 2016

Sungai dan air terjun

Kebiasaan Saya kalau sudah bosan di mes dan lama tidak keluar kantor biasanya ada keinginan untuk melakukan perjalanan ke luar. Kebiasaan ini saya rasa merupakan hal yang positif, dimana kita dapat melihat pemandangan ke alam bebas sekaligus melakukan interaksi dengan masyarakat sekitar. Selain itu, untuk menghabiskan energi dengan menggerakan badan di tempat-tempat yang menarik agar tubuh tidak terasa kaku.

Berjalan mendaki bukit dan kemudian turun, merupakan aktivitas yang berat terutama bagi yang tidak pernah melakukan kegiatan ini sebelumnya. Bagi orang yang sudah terbiasa dengan aktivitas diluar ruangan hal itu merupakan tantangan karena orang tersebut biasanya akan mencari kesempatan yang berbeda dan tentunya akan menambah pengalaman terhadap lingkungan di sekitarnya. 

Foto ini saya ambil ketika melakukan perjalanan ke Lombok Utara, daerahnya jauh dari keramaian kota. Akan tetapi daerah ini sedikit jauh dengan jarak sekitar 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Perjuangan yang tidak akan rugi karena ketika sudah sampai kita dapat menghirup sedalam-dalamnya udara disini yang belum tercemar. Kita juga dapat mendengar suara burung. Kadang kita berpapasan dengan kera-kera yang sedang berkumpul. Tidak itu saja, suara aliran air dan air terjun menambah ke asri tempat tersebut.

Ketika kaki mulai masuk kedalam sungai, rasa-rasanya dingin seluruh tubuh walaupun hanya baru kaki yang masuk ke air. Ketika tubuh sudah mulai berenang masuk kedalam air, dinginnya tidak hanya di kulit, tapi perlahan mulai masuk kedalam hati mendinginkan pikiran dan perasaan yang liar.


Sumber daya air yang melimpah seharusnya dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya

pemandangan alam natural
Pemanfaatan sumberdaya air salah satunya adalah dengan menjadikan pariwisata

Alam yang telah menyediakan sumberdaya agar dapat digunakan sesuai fungsunya

Jumat, 05 Februari 2016

Mendaki Gunung Rinjani "Kebersamaan dalam melangkah"

Waktu sudah siang, matahari sudah cukup memberi sinar hangat ke bumi. Aktivitas pendakian sudah berjalan  dengan hilir mudik pendaki dan porter yang berjalan lewat disamping tenda Kami. Embun pagi masih menempel disela-sela tenda, hijau rerumputan terlihat basah karena hujan semalaman, dan burung-burung yang hinggap di pohon cemara. Awan terkadang menutupi pandangan kami ke arah puncak Rinjani, tanah masih becek, sedangkan sungai di samping tenda masih mengeluarkan suara yang keras.

Itulah suasana hari pertama kami melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Keadaannya berbeda dengan yang kami lihat di tempat tinggal kami sehari-hari. Jarak yang jauh dari tempat tinggal menyatukan kami sebagai tim pendaki yang pada waktu itu berjumlah lima orang. Kami berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang baru lulus dari kuliah, ada yang baru saja berhenti bekerja, ada petani, dan ada juga yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Kami tentu saja tidak melihat siapa latar belakang kami, karena kami memiliki tujuan sama, yaitu untuk mendaki Gunung Rinjani. Kami sadar bahwa tidak akan mudah untuk mendaki keatas gunung yang memiliki tinggi puncak nomor enam di Indonesia setelah (1) Puncak Jaya  4.884 meter, (2), Puncak Mandala 4.760 meter, (3), Puncak Trikora 4.750 meter, (4), Ngga Pilimsit 4.717 meter, (5), Gunung Kerinci 3.805 meter, (6) Gunung Rinjani 3.726 meter. Sungguh, kami harus dapat mengatur agar agar tim kami selalu kompak dalam mendaki.

Setiap hela nafas yang kami lakukan harus mampu mengisi paru-paru kami, sehingga kami mampu bekerja menghimpun tenaga dan melakukan kegiatan sewajarnya. Ketinggian tempat yang kami lewati hanya memiliki sedikit oksigen jika dibandingkan dengan tempat yang berada pada ketinggian normal. Kadang kami merasa kekurangan oksigen. Hal ini ditandai dengan kami bernafas lebih cepat dan kami merasa cepat lelah. Kami mendapat saran dari orang yang sudah berpengalaman agar jangan terlalu memaksakan pendakian dengan tenaga yang dimiliki. Bisa jadi tantangan didepan lebih besar dari yang dihadapi sekarang ini. Kami harus pandai mengatur irama pengeluaran energi, agar tidak boros keluar percuma. Caranya cukup sederhana yaitu kami harus istirahat jika merasa capek, dan berjalan lagi jika kondisi sudah normal. Mendaki bukan ajang untuk cepat-cepat sampai ke puncak, tetapi tapak demi tapak yang kami lalui harus memiliki makna. Apalah artinya buru-buru jika nantinya kami akhirnya K.O dengan kondisi tubuh yang tidak O.K karena kelelahan.

Rombongan membawa bekal seadanya, yang terpenting adalah kami membawa bahan makanan  untuk tujuh hari pendakian. Kami -masak makanan tidak muluk-muluk. Kami memiliki rumus berapa besar bahan makanan yang harus kami bawa ketika mendaki, yaitu membawa bekal melebihi dari hari yang sudah kami rencanakan. Rencana kami melakukan pendakian untuk lima hari ditambah 2 hari jika nanti dalam proses pendakian terjadi keadaan yang tidak diinginkan misalnya tersesat atau ada orang yang meminta bantuan bekal, jadi makanan yang kami bawa harus cukup untuk tujuh hari.
Tidak perlu memasak yang berlebihan, masak cukup untuk mengganti tenaga yang hilang karena mendaki. Tidak usah memikirkan kebersihan seperti di hotel bintang lima, tidak cukup meneliti berapa kandungan vitamin seperti ketika di rumah sakit, tidak perlu kelengkapan bahan makanan seperti di Master Cheef. Hanya seadanya saja, prinsip memasak yang  masih kami pegang yaitu masih masih dalam kaidah kesehatan. Sepertinya hanya ada dua prinsip yang harus Kami pertahankan yaitu  bersih dan bergizi. 

Salah seorang dari rombongan memulai memasak dengan membuka tas keril untuk mengambil wortel, beras, dan mie instan. Dan hal ini berarti mengajak teman lain untuk berbuat hal yang sama. Masing-masing dari kami memiliki bagian tugas sendiri-sendiri. Ada yang menyiapkan kompor, ada yang mencari air ke sungai yang berada di bawah tenda, ada juga yang menyiapkan kompor. Seolah kami adalah cheff yang handal dengan kemampuan yang berbeda-beda. Saya rasa semua anggota rombongan adalah orang yang hebat, karena mereka mampu bekerjasama menyiapkan makanan dalam keadaan minimalis. Tidak ada keluh kesah yang keluar dari masing-masing anggota. Semua sudah memiliki rasa saling pengertian dan tanggung jawab. Kami saling memiliki rasa untuk saling menjaga hati, yaitu dengan menghormati kepada sesama anggota pendakian. Tanpa pengertian tersebut mustahil, pendakian yang berjalan beberapa hari kedepan akan kami hadapi dengan berbagai kesulitan. 

Bukan rasa enak atau tidaknya yang kami makan, tapi kebersamaan agar semua tujuan dalam pendakian dapat tercapai. Makan adalah alat untuk memberi tenaga agar tubuh memiliki energi. Dari pendakian kami juga belajar bagaimana menghargai nikmat yang besar dari Tuhan. Bagaimana tidak, kadang ketika berada di tempat normal, kami tidak menghargai makanan dengan mengambil banyak lalu ketika sudah kenyang kadang makanan yang tersisa dibuang percuma. Ada benarnya jika mengunjungi suatu daerah yang baru akan memberi pengalaman kepada kita. Berdiam diri ditempat asal bukanlah tidak baik, akan tetapi lebih baik lagi jika kita mau mengunjungi daerah yang berada di luar sana agar pengalaman kita bertambah, yang jelas salah satunya adalah dengan melakukan pendakian. Pendakian bukan hanya membawa diri sendiri akan tetapi kita harus menyesuaikan dengan lingkungan disekitar yang terdiri dari banyak pendaki, masyarakat sekitar tempat pendakian, dan juga yang tidak boleh dilupakan adalah alam yang kita lewati juga harus dihargai. Tempat makan yang kami bawa bukanlah piring yang bagus, tapi piring dari plastik yang ringan. Walaupun kami jarang mencuci ketika mendaki, tapi kami selalu jaga agar barang yang berharga tersebut tidak hilang. Betapa berharganya barang kecil yang hanya berbahan plastik, yang kami menggunakannya untuk berbagai keperluan makan.

Mata air sepanjang jalur pendakian menjadi sumber kekuatan kami. Selama kaki melangkah naik ke arah puncak, hati tidak merasa gundah kalau sewaktu-waktu air yang kami bawa habis. Rinjani dikenal sebagai gunung yang memiliki banyak mata air, wajar saja, karena diatas gunung terdapat Danau Segara anak yang cukup luas. Dari sana Gunung menampung dari air hujan, lalu air tersebut mengalir melalui sungai-sungai atau melalui celah-celah yang tidak terlihat kasat mata manusia sehingga menjadi berbagai mata air. Air di Taman Nasional Gunung Rinjani akan tetap ada selama kita semua masih peduli dengan lingkungan kita. Bukan hal yang mustahil jika sewaktu-waktu mata air tersebut hilang dan tidak nampak lagi. Saat itulah bencana akan menghampiri terutama bagi masyarakat yang menggantungkan mata airnya selama ini berasal dari Gunung Rinjani. 


Lihat foto juga foto persiapan naik. Klik disini









Selasa, 25 Maret 2014

Hari Hutan Internasional 2014 di NTB

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan Hari Hutan Internasional setiap Tanggal 21 Maret. Yang menjadi dasar dalam penetapan adalah Resolusi Nomor 67/200 Tahun 2012. Untuk melaksanakan resolusi tersebut, FAO mendorong negara-negara anggota untuk memperingati. Tema dalam Hari Hutan Internasional ditentukan oleh masing-masing negara. Hari Hutan Internasional di Indonesia pada Tahun 2014 ini diselenggarakan dengan tema "Hutan Kita Masa Depan Kita".

Makna dari tema tersebut adalah, hutan yang baik akan mampu menyejahterakan masyarakat disekitarnya. Sebaliknya, apabila hutan rusak maka bencana akan mengancam kita semua. Kita bisa lihat sekarang ini misalnya di Riau, kebakaran hutan pada awal Tahun 2014 ini telah menyebabkan aktivitas masyarakat Riau dan sekitarnya menjadi terganggu. Pada hari biasa, orang yang biasanya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, namun ketika bencana asap datang masyarakat hanya berdiam diri di rumah. Kerugian ekonomi akibat asap di Riau mencapai miliaran rupiah. Belum lagi kerugian kesehatan, sosial, lingkungan dan sebagainya tidak dapat di kalkulasi.

Sudah saatnya kini paradigma pembangunan diarahkan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan bidang  kesehatan, sosial, politik, budaya, dan bidang lainnya. Target pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan akan menjadi bencana di kemudian hari. Sebelum terlambat sebelum ada kata penyesalan, kini saatnya kita semua menjadi agen dari perubahan di lingkungan kita dengan melakukan aksi nyata pada Hari Hutan Internasional. Salah satu cara yang sederhana adalah dengan melakukan penanaman pohon.

Di Nusa Tenggara Barat, Hari Hutan Internasional 2014 dipusatkan di HKm (Hutan Kemasyarakatan) Sesaot, tepatnya di Dusun Kumbi. Dalam acara tersebut dihadiri oleh stakeholder di bidang kehutanan khususnya yang berada di Lombok. UPT Kementerian Kehutanan seperti BP DAS, BKSDA, Taman Nasional dan Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten serta unsur masyarakat, TNI-POLRI, dan Pemerintah setempat bersama-sama melakukan aksi nyata penanaman pohon di Dusun Kumbi. Semua bersatu menanam pohon yang nantinya pohon tersebut akan menjaga masyarakat dengan memberi jasa lingkungan berupa oksigen, penyimpanan cadangan air, pencegahan longsor, erosi dan lain sebagainya.

Bibit dalam acara tersebut disediakan oleh BP DAS. Bibit yang ditanam seperti mahoni dan jenis gyrinops. Diharapkan bibit yang telah ditanam dapat dijaga oleh masyarakat sekitar. Bibit ditanam disamping lapangan sepak bola. Mudah-mudahan saja tidak rusak oleh orang yang bermain bola disana.


Rombongan dari Litbang Kehutanan Mataram (BPTHHBK)

Rombongan dari BPTHHBK berfoto didepan spanduk  Hari Hutan Internasional

Hadirin tamu undangan Hari Hutan Internasional

Penyerahan bibit dari Kepada Dinas Kehutanan NTB kepada perwakilan kelompok masyarakat


Kepala Dinas Kehutanan NTB dan Kepala BP DAS saat menanam 


Tim penanam dari BPTHHBK( dari kiri : Aslah, Alfu mahar syarofi, Alex Novandra)

Kepala BPT HHBK (Bapak Edi) dan Kepala Seksi Dispra (Bapak I Made Widnyana) melakukan penanaman

Tidak lupa bapak TNI juga ikut menanam pohon

Perlu diketahui bahwa daerah sekitar penanaman merupakan salah satu penghasil durian terbesar di Lombok. Ketika acara berlangsung banyak masyarakat yang datang untuk menawarkan durian kepada peserta. Salah satu rombongan yang tertarik untuk mencicipi nikmatnya durian adalah dari BPTHHBK. Rombongan yang di komandani langsung oleh kepala balai berhasil mencicipi nikmatnya durian dari Kumbi. Ketika di coba...HMMMMMM nikmatnya luar biasa. Durian dari sini terkenal karena rasa gurih di lidah. Apalagi durian habis jatuh langsung dari pohonnya.

Berjuang sekuat tenaga demi untuk mencicipi gurihnya durian dari Kumbi

Pedagang yang telah baik mau membukakan durian untuk dinikamati oleh rombongan 

Jangan coba-coba untuk menikmati durian ini, karena pasti Anda akan ketagihan

Seorang pedagang yang memilah-milah durian
 
Ekspresi muka ketika mencicipi durian 


Gambaran hutan di TWA Suranadi dekat dengan likasi penanaman
                                         
Numpang nampang selfie, ini dia yang jadi tukang poto
                                                                             

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo