Senin, 12 Juni 2017

The Power of Emak-Emak "Wanita Pengangkut Batu"

Ini adalah gambar dimana beberapa warga kampung yang sedang gotong royong membangun rumah mengangkat batu yang akan di gunakan sebagai pondasi rumah. Di Pulau Lombok pemandangan seperti ini sudah biasa, dimana biasanya tenaga kerja kasar untuk bangunan merupakan wanita. Mereka sangat akrab sekali dengan kegiatan mengangkut-angkut material bangunan yang tergolong berat seperti semen, batu, pasir, kayu, tanah, dan lain sebagainya.

Disaat kita tidak bersyukur dengan apa yang telah  Tuhan beri, bisa jadi karena kita belum menengok kebawah. Kita terlalu sibuk melihat keatas, seakan yang dibawah tidak ada. Seolah mata hati kita buta, tidak bisa melihat betapa masih banyak orang disekitar kita yang memiliki nasib tidak seberuntung kita. Ditengah keterbatasan fisik, mereka mampu melakukan pekerjaan berat mengangkat batu yang beratnya dapat mencapai belasan dan puluhan kilo.

Tidak semua orang dapat mengangkat batu, karena berat dan kalau tidak hati-hati dapat menyebabkan kecelakaan yang berdampak pada kesehatan seperti patah tulang, lecet, keseleo, dan lain sebagainya.
Betapa kuat mereka mengangkat batu apalagi menggunakan kepala tanpa alat bantu, hanya selembar kain yang digunakan oleh ibu-ibu sebagai pembatas dengan kepala agar batu tidak meninggalkan gores luka. Di usianya yang tidak lagi muda, bahaya kecelakaan menjadi ancaman tatkala fisik yang terus melemah. Hal itu tidak menjadi hambatan, justru semangat mereka tidak pernah putus dan akan terus tumbuh sampai tak ada lagi tenaga untuk mengangkat kaki menuju tempat kerja. Ketika niat sudah di lafaz kan, badai tidak akan gentar dihadapi walaupun itu angin besar yang dapat mengangkat pohon besar, tapi tidak akan dapat menghentikan langkah ibu-ibu tersebut untuk berhenti mengangkat batu.

Tidak banyak rupiah yang berhasil mereka kumpulkan, dibandingkan dengan gaji orang kantoran tentu tidak ada banding nya. Keinginannya hanya untuk menambah pendapatan keluarga agar mampu membeli se liter beras, satu ons cabe, satu ikat kangkung, dan satu lusin siung bawang merah untuk diolah menjadi hidangan istimewa bagi keluarga mereka. Mereka tidak akan pernah memikirkan bagaimana membeli Toyota Fortuner, Honda C-RV, Mitsubishi Pajero, dan lain sebagainya, karena mereka sadar bahwa nasib mereka sudah sangat nikmat jika hanya naik cidomo (dokar), dan untung-untung jika ke pasar ada colt (angkutan desa) yang mereka biasa naiki dengan hanya membayar ala kadarnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Porn, Racism, Sadism

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo