Sudah dua bulan aku berada di mess BPK Mataram. Semua terasa begitu cepat sekali mulai dari awal aku dating dari belum mengenal apa-apa sampai sekarang ini saat aku mulai menjelajahi daerah sisi-sisi bagian dari mess yang katanya luasnya 4 hektar.
Pada waktu pertama datang semua yang berada di mess kaget karena saya datang dengan cara-cara yang tidak biasa. Saya datang dari Jawa sengaja menggunakan sepeda motor. Sebelumnya motor dari rumah sampai Jogja saya tunggangi, kemudian saat di jogja motor Saya naikan kedalam bus lebih tepatnya bus Wisata Komodo yang kata travel agen nya jurusan Yogyakarta-Mataram, eh tahu-tahu setelah sampai Denpasar Saya ditelantarkan sama travel tersebut. Akhirnya Saya turun di Denpasar dengan diberikan uang pengganti oleh salah seorang pegawai di Wisata Komodo. Dengan tenangnya pegawai yang bertinggi badan tidak lebih dari 160 cm tersebut memberikan uang sepantasnya. Maksudnya sepantasnya buat beli bensin, kemuadian Saya menawar lagi kepada pegawai tersebut dan dengan perasaan agak sedikit kecewa akhirnya Saya setuju-setuju saja. Setelah itu Saya diberi arahan untuk mencapai Pelabuhan Padang Bai dengan baik dan benar. Pegawai tersebut menyarankan agar Saya naik motor lewat by pas dari Denpasar menuju Padang Bai. Karena ini saya pertama kali datang ke Denpasar, dan akhirnya instruksi dari pegawai Wisata Komodo tersebut tidak Saya indahkan. Saya terlalau masuk kedalam jauh dari by pass dan melewati jalan yang berkelok-kelok, banyak simpangan yang membuat Saya makin merawa was-was apakah akan sampai di Padang Bai atau tidak.
|
Meninggalkan Pelabuhan Padang Bai di Bali
|
Banyak jalan yang aku lewati, banyak jembatan yang aku lintasi banyak pura yang aku temui akhirnya setelah sekitar 1,5 jam setelah dari Denpasar Saya menemukan by pass yang dianjurkan oleh salah seorang pegawai Wisata Komodo. Setelah berjalan di by pass sekitar 7 km saya sampai di Pelabuhan Padang Bai, yaitu pelabuahan penyeberang yang menghubungkan pelabuhan Lembar di Lombok. Awal pertama masuk Saya lupa untuk membeli tiket sehingga setelah sampai dermaga Saya disuruh kembali oleh salah seorang petugas untuk membeli tiket. Tiket sudah Saya beli dan akhirnya Saya bisa masuk kedalam kapal penyeberangan. Saat sampai di dalam kapal Saya disambut oleh salah seorang petugas yang mengatur parker kendaraan didalam kapal. Sontak pegawai pria yang berusia sekitar 25 tahun tersebut mengatakan kepada saya “Dari Magelang ya mass” lalu Saya menjawab “Bukan mas Saya dari Kebumen” lalu petugas tersebut berkata lagi “ooo..nomor polisi AA itu dari Kebumen juga ya” lalu Saya menjawab “iya boss…dari kebumen, kalau Magelang itu AA dan dibelakangnya itu A, B, G,H. Tapi kalau ” kemudian petuga itu berkata, “Lah berarti pada-pada ngapak lah, aku dari Pemalang” . Setelah kami ngobrol beberapa hal karena pertimbangan etis Saya putuskan naik ke atas kapal menuju tempat duduk para penumpang.
Penyeberangan dari Padang Bai di Bali menuju Lembar di Lombok bukanlah hal yang singkat. Butuh waktu sekitar 4 jam untuk bisa melintas di Laut Bali tersebut. Namun banyak cerita yang didapat selama empat jam didalam kapal yang sangat menarik untuk diceritakan.
Karena Saya melakukan perjalanan jauh ini hanya seorang diri, perasaan was-was selalu datang setiap kali Saya melangkah. Tetapi dalam hati Saya selalu berdoa kepada Allah SWT agar dalam perjalanan tersebut Saya diberikan keselamatan dan dipertemukan dengan orang-orang yang baik yang mau dimintai pertolongan jika Saya membutuhkan sesuatu. Karena bukan apa ini adalah perjalanan berbahaya yang pernah Saya tempuh yang melewati banyak tantangan mulai dari tantangan dari manusia maupun tantangan dari alam.
Didalam kapal Saya tidak terlalu banyak bertemu dengan orang hanya sembari duduk dan sesekali melihat kearah telpon genggam dan dalam hati seraya berkata “kenapa ini jam terasa lama sekali”. Setelah sekitar 15 menit berada dikapal Saya memutuskan untuk melangkah kearah sebelah pojok belakang untuk melaksanakan sholat dhuhur . Karena musholanya masih penuh sesak Saya dengan senang hari mau menunggu dan alangkah senangnya bisa melihat kearah lautan yang luas yang pada waktu itu cukup indah. Setelah mendapat giliran Sholat dan sholat selesai, Saya dengan membawa barang yang cukup berat yaitu dua buah tas yang sama beratnya dengan setengah karung gabah kering giling menuju tempat duduk penumpang. Pada waktu itu banyak orang yang melihat Saya berjalan dengan tergopoh-gopoh. Dalam hati Say berkata “ah biasa saja mau lihat mau apa yang penting saya tetap bawa tas ini untuk Saya amankan”, ya maklumlah pada waktu itu gaya saya dalam membawa tas tersebut seperti tentara yang mengamankan Presiden USA.
|
Suasana didalam kapal fery
|
Setelah duduk dan memilih tempat terbaik untuk tidur tanpa Saya sadar pada waktu itu waktu telah menunjukan pukul 3 sore artinya Saya sudah berada didalam kapal dan berlayar sekitar dua jam setalah bangun Saya berusaha untuk ngobrol-ngobrol dengan salah seorang bapak (yang katanya sering bekerjasama dengan pihak PT PEERHUTANI dalam penyediaan bibit tanaman keras) sembari minta-minta petunjuk untuk memberi arahan arah-arah yang nantinya enak untuk saya lewati. Dari pembicaraan tersebut tidak ada petunjuk yang dapat saya untuk jadikan pegangan dalam perjalanan saya menyusuri jalan menuju mess BPK Mataram.
Setelah saya akan mau Sholat ashar dan sembari mengantri untuk wuddlu Saya bertemu dengan orang Mataram yang mengaku mantan Camat di salah satu Kabupaten Lombok Barat. Namanya bapak Sahabudin, mirip dengan lagunya Udin Sedunia. Orang tersebut bercerita banyak mengenai Mataram mulai dari sisi geografi sampai dengan sisi social budaya masyarakatnya. Saya diberi pesan untuk berhati-hati terutama dengan para anak muda yang ada di Mataram. Katanya anak mudah sekarang sulit diatur karena sudah tercampur dengan berbagai macam isu-isu modernisasi. Bapak tersebut juga mengingatkan Saya untuk menambah satu jam dari HP Saya karena waktu di Mataram lebih satu jam dari waktu Indonesia kebumen.
|
Sesekali berpapasan dengan kapal feri lain
|
Syukur sekali satu jam perjalanan dari pelabuhan Lembar bisa langsung sampai ke mess BPK Mataram. Jalan-jalan yang aku lalui padahal sebelumnya belum pernah aku lewati. Ada anggapan bahwa Kota Mataram itu tidak terlalu luas sehingga daerahnya tidak membingungkan, atau hanya keberuntunganku saja. Sejak dari pelabuhan sampai dengan tiba di mess Saya hanya bertanya kepada satu orang saja. Namun apapun anggapan yang muncul Saya meyakini ada
invisible hand yang ikut untuk membantu Saya dalam perjalanan menuju mess BPK Mataram.
Hikamah dari perjalanan yang bisa Saya jadikan pelajaran adalah Kita jangan takut dengan tantangan yang kita hadapi didepan. Mempersiapkan diri dengan baik sebelum memulai kegiatan merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai sesuatu. Tantangan didepan dapat kita hadapi dengan ketenangan jiwa pikiran, keyakinan, dan harapan kepada yang kuasa.