Selasa, 25 November 2008

Dunia Hedonisme Mahasiswa

Jika kita berjalan-jalan ditempat-tempat hiburan di kota Jogjakarta, maka Kita akan menemui anak muda yang berstatus sebagai mahasiswa,yang dengan sangat nyaman sekali menikmati suanana yang ada. Misalnya klub malam yang buka sampai pagi, maka disana akan kita jumpai dengan sangat gampang yaitu mahasiswa yang lagi ketawa-tawa kalau lagi pas beruntung kita bisa melihat mahasiswi yang memakai pakaian ketat celana melorot dan sebagainya.

 Memang tidak ada yang salah dengan kehadiran mereka disana toh mereka juga ikut menyumbang pajak dengan mereka mengunjungi tempat-tempat tersebut, atau mereka sekedar memberi uang untuk jasa parkir kepada tukang parkir yang juga membutuhkan uang untuk menghidupi kehidupan keluarganya. Tetapi masalahnya adalah mereka terlarut dalam budaya popular yang sebenarnya tidak cocok untuk para mahasiswa. Yang seharusnya giat-giat untuk mencari ilmu sesuai dengan bidangnya tetapi malah terpengaruh oleh pencitraan akan dunia malam yang penuh dengan glamor.

Secara teoritis budaya populer ini memiliki empat ciri. Yang pertama yaitu kultur yang menolak usaha untuk berpikir dan berkreasi. Budaya dugem merupakan budaya yang hanya mengikuti trend saja. Pengunjung hanya mengikuti suasana yang diberikan oleh produsen dalam hal ini yaitu para orang-orang yang memiliki kekuasaan pada tempat-tempat tersebut. Yang kedua yaitu karakter fantasi dan eskafisme. Budaya dugem telah menjadi suatu pengharapan bagi para pencintanya akan dunia yang indah tidak seperti yang biasanya, tetapi memberikan suatu pengharapan akan hidup yang lebih nikmat. Karena jika sudah ditempat dugem mereka para penikmatnya seolah mereka seperti dalam sebuah film atau sinetron dan atau mimpi-mimpi yang lainnya. Yang menjadi ciri ketiga dari budaya massa atau budaya popular yaitu kurangnya stimulasi intelektual. Mahasiswa dituntut untuk belajar menggunakan akalnya, tetapi jika mereka mengunjungi tempat-tempat hiburan malam, otak mereka dibungkus oleh suasana kesenangan yang tidak memikirkan jatidiri mereka sebagai agen perubahan. Sedangkan ciri yang terahir dari budaya popular yaitu identik dengan Amerikanisasi (Ritzer). Budaya dugem merupakan budaya import dari kapitalis barat. Mahasiswa dengan demikian tidak memihak kepada rakyat karena mereka membela symbol kapitalis dengan menjadi bagian darinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Porn, Racism, Sadism

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo