Selasa, 25 November 2008

Hasil Kuliah Lapangan Metode Penelitian di Bantul

Pada tanggal 16 November 2008, Saya beserta dengan mahasiswa dari jurusan sosiologi yang mengambil mata kuliah metode penelitian, melakukan kuliah lapangan di Bantul. Tepatnya yaitu di Dusun Buluh Kecamatan Jetis. Semua peserta dikumpulkan menjadi satu dan berangkat bersama menggunakan bus. Setelah sampai di Dusun Buluh, rombongan langsung disambut oleh anak-anak yatim piatu tepatnya di panti asuhan Amanah. Saat berada di Panti Auhan, Saya mendengarkan ceramah dari ketua Panti Asuhan Amanah dan kepala dusun mengenai riwayat Panti Asuhan Amanah maupun keadaan dusun. Ketua Panti Asuhan Amanah yaitu Bapak Kitno menjelaskan bahwa, pada awal berdiri, Panti Asuhan Amanah banyak mendapatkan kendala terutama dalam hal keuangan. Walaupun hanya diawali dari modal keberanian saja, tetapi dengan usaha yang keras, untuk saat ini mampu untuk menghidupi anak yatim/piatu sebanyak 87 anak.  Dananya diperoleh dari berbagai donatur. Anak-anak di Panti Asuhan tersebut tidak hanya tinggal disitu saja tanpa berbuat apa-apa, tetapi juga mereka diberi keterampilan untuk bekal kelak mereka jika sudah dewasa. Keterampilan atau kegiatan tersebut diantaranya yaitu cara membuat telur asin, menanam pohon melinjo, memelihara kambing, dan lain sebagainya.

Sedangkan pada lain kesempatan, Pak Saridi sebagai kepala Dusun Buluh memberikan penjelasan mengenai keadaan Dusun Buluh setelah terjadinya gempa bumi pada tahun 2006 yang lalu. Dimana pada gempa itu, warga Dusun yang meninggal sebanyak 24 orang dan rumah yang roboh sebanyak 261 buah. Dusun Buluh dibagi kedalam delapan RT (Rukun Tangga) rata-rata kelurga untuk masing-masing RT sekitar 30 kepala keluarga. Sebagian besar warga Dusun tersebut bermata pencaharian sebagai tukang ada juga yang bekerja sebagai petani tetapi sedikit yang menjadi PNS. Setelah terjadinya gempa, perekonomian penduduk setempat lumpuh. Tetapi ekonomi segera bisa bangkit dengan perlahan setelah ada bantuan dari semua pihak yang menawarkan membantu kepada warga untuk berusaha kembali. Diantaranya yaitu, bantuan modal oleh UGM yang diberikan untuk warga, dan lama-kelaman dana tersebut menjadi modal untuk berdirinya suatu koperasi dusun. Setelah menjelaskan penjelasan dari kedua orang tersebut kemuadian Saya mencari data dengan mendatangi warga yang ada dirumah. Saya mendatangi warga yang berada di Rt 6. Pertama Saya wawancara dengan dengan seorang bapak yang berumur 55 tahun bapak tersebut bekerja sebagai tukang bangunan. Dari rumahnya saya melihat bahwa rumahnya baru diperbaiki karena terlihat lantai dari keramik maupun dari temboknya yang masih terlihat baru. Ukuran rumahnya berukuran sekitar 7x15 meter persegi. Diruang tamu terlihat perabotan yang tidak begitu lengkap. Mebel untuk tamu sudah kelihatan tua dan hanya cukup untuk diduduki oleh tiga orang. Rumahnya memang sederhana dan hanya untuk ditempati bertiga bersama istri dan seorang anak. Pekerjaan bapak tersebut yaitu sebagai tukang bangunan. Ia bekerja jika ada pesanan. Area kerjanya yaitu daerah jetis dan pernah juga bapak tersebut bekerja sampai kota Yogyakarta. Pengasilannya jika ada order yaitu sebesar Rp 35.000. ia sebenarnya iangin beralih pekerjaan untuk berdagang atau menjadi tukang cukur tetapi tidak memiliki modal uang.

Kemudian setelah itu, Saya wawancara dengan Ibu Totok. Ia adalah seorang ibu muda yang bekerja sebagai pengajar di sebuah STIKES di kota Jogjakarta. Ia bekerja menuju kota yaitu antara pukul delapan pagi baru kemudian pulang pada pukul dua siang. Setiap hari itu Ia lakukan mulai hari senin sampai dengan hari sabtu. Ibu tersebut tergolong keluarga muda yang sejahtera. Karena dari rumahnya bisa dilihat bahwa terlihat baik jika dibandingkan dengan rumah-rumah tetangganya yang terlihat sederhana. Ibu tersebut juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu membuka warung. Modal pendirian warung tersebut diperoleh dari koperasi yang berdiri setelah gempa. Warungnya buka hanya setelah Ia dan Suaminya pulang. Suaminya juga bekerja di kota, menjadi karyawan koperasi sebuah perguruan tinggi.

Sedang ibu yang lain yang Saya wawancarai bernama Ibu Mariyam. Pekerjaannya adalah momong anak tetangga. Rumah ibu Mariyam terlihat sangat sederhana sekali. Suaminya pada waktu itu sedang nganggur dan belum ada kerjaan. Ibu tersebut menikah belum lama tetapi sudah terlihat kerutan pada raut muka dan kelihatan lebih tua dari umurannya. Ia termasuk dalam warga golongan miskin, terlihat di atas pintu sebuah stiker yang bertuliaskan penerima beras miskin. Selain bekerja momong anak tetangga Ibu tersebut juga memelihara kambing tetapi hanya merawat saja sedangkan kepemilikan kambing ada pada orang lain. Selain itu Ibu itu menanam jagung yang ditanam di di belakang rumah. Penelitian disana yaitu diarahkan untuk mengetahui apakah ada pola perubahan pekerjaan masyarakat setelah terjadinya gempa disbanding dengan sebelum gempa. Tetapi dari hasil wawancara yang dilakukan tidak ada indikasi yang mengarah pada perubahan pola pekerjaan yang dilakukan oleh warga. Yang ada yaitu hanya ada perubahan tingkat upah. Dimana setelah setelah terjadinya gempa upah dirasakan meningkat terutama oleh para warga yang bekerja sebagai tukang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Porn, Racism, Sadism

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo