Batu Payung di Pulau Lombok. Pemandangan lumayan bagus. Bisa cuci mata. Saat kesana, angin bertiup kencang. Tapi enak, kan Lombok kadang panasnya luar biasa.
Batu Payung belum begitu terkenal di kalangan masyarakat Lombok. Mungkin, tempat tersebut belum lama ditemukan. Dilihat dari posisi memang tidak ada yang mengira kalau di tempat tersebut terdapat batu besar yang mirip dengan payung. Dari pandangan mata, pengunjung kebanyakan adalah warga lokal. Hal ini bisa diketahui dari wajah-wajah pengunjung yang menunjukan warga Lombok. Kalau ada orang luar itu sedikit sekali.
Untuk melihat apakah itu orang luar atau orang lokal yaitu dengan melihat fisik dan tingkah laku dari pengunjung. Warga lokal bisa diketahui dari gaya bicara, dan kulit muka menunjukan ciri "Lombok Banget". Dan sikap saat berada di sana seolah mereka sudah pernah berkunjung sehingga raut muka maupun gerakan tubuh tidak menggambarkan kalau sedang merasa penasaran. Sedang pengunjung dari luar bisa dilihat dari kulitnya yang menunjukan aura luar Lombok, gaya bicara menunjukan orang Jawa atau nasional. Dan tingkah laku selama disana menunjukan rasa penasaran yang luar biasa.
Ada lagi yang menunjukan kalau orang itu dari Lombok yaitu kendaraan yang digunakan. Mungkin ada pertanyaan bisa jadi menyewa atau pinjam motor milik orang lain. Orang Lombok biasanya menggunakan motor dan dilakukan secara rombongan. Sangat aneh jika orang yang baru masuk Lombok terus menggunakan plat nomor Lombok dan berangkat secara rombongan. Ciri yang menunjukan orang luar bisa dilihat dari motor yang digunakan merupakan kendaraan sewa. Kendaraan sewa memiliki ciri khusus seperti terdapat tempat untuk alat surving, biasanya bule-bule luar. Atau orang luar yang data ke Lombok dalam jumlah besar biasanya menyewa mobil.
Untuk menuju tempat ini, pengunjung bisa menggunakan dua jalur. Jalur pertama adalah dengan menyewa perahu kecil milik nelayan setempat. Sedang jalur kedua adalah dengan berjalan kaki.
Harga sewa untuk perahu kecil yaitu sekitar Rp 100.000,-. Biasanya pengunjung dibatasi oleh waktu selama satu jam. Pengunjung akan diajak berpetualang melintas ombak yang kadang-kadang besar. Dengan menyewa perahu kecil berarti pengunjung telah memberi nafkah kepada pemilik kapal agar dapur mereka tetap mengepul. Perlu diketahui juga bahwa sebagian besar warga sekitar Tanjung Aan dalam kondisi miskin. Ada baiknya pengeluaran diberikan kepada orang yang telah memberikan jasa wisata kepada Kita terutama kepada warga yang masih miskin.
Jika pengunjung ingin berjalan kaki, jarak dari tempat parkir ke Batu Payung sekitar satu kilo. Sedangkan waktu yang diperlukan sekitar setengah jam perjalanan. Jalur yang dilewati begitu terjal. Harus berhati-hati karena Kita melewati pinggiran pantai yang tergenang. Kadang, ombak besar datang secara tiba-tiba.
Batu Payung belum begitu terkenal di kalangan masyarakat Lombok. Mungkin, tempat tersebut belum lama ditemukan. Dilihat dari posisi memang tidak ada yang mengira kalau di tempat tersebut terdapat batu besar yang mirip dengan payung. Dari pandangan mata, pengunjung kebanyakan adalah warga lokal. Hal ini bisa diketahui dari wajah-wajah pengunjung yang menunjukan warga Lombok. Kalau ada orang luar itu sedikit sekali.
Untuk melihat apakah itu orang luar atau orang lokal yaitu dengan melihat fisik dan tingkah laku dari pengunjung. Warga lokal bisa diketahui dari gaya bicara, dan kulit muka menunjukan ciri "Lombok Banget". Dan sikap saat berada di sana seolah mereka sudah pernah berkunjung sehingga raut muka maupun gerakan tubuh tidak menggambarkan kalau sedang merasa penasaran. Sedang pengunjung dari luar bisa dilihat dari kulitnya yang menunjukan aura luar Lombok, gaya bicara menunjukan orang Jawa atau nasional. Dan tingkah laku selama disana menunjukan rasa penasaran yang luar biasa.
Ada lagi yang menunjukan kalau orang itu dari Lombok yaitu kendaraan yang digunakan. Mungkin ada pertanyaan bisa jadi menyewa atau pinjam motor milik orang lain. Orang Lombok biasanya menggunakan motor dan dilakukan secara rombongan. Sangat aneh jika orang yang baru masuk Lombok terus menggunakan plat nomor Lombok dan berangkat secara rombongan. Ciri yang menunjukan orang luar bisa dilihat dari motor yang digunakan merupakan kendaraan sewa. Kendaraan sewa memiliki ciri khusus seperti terdapat tempat untuk alat surving, biasanya bule-bule luar. Atau orang luar yang data ke Lombok dalam jumlah besar biasanya menyewa mobil.
Untuk menuju tempat ini, pengunjung bisa menggunakan dua jalur. Jalur pertama adalah dengan menyewa perahu kecil milik nelayan setempat. Sedang jalur kedua adalah dengan berjalan kaki.
Harga sewa untuk perahu kecil yaitu sekitar Rp 100.000,-. Biasanya pengunjung dibatasi oleh waktu selama satu jam. Pengunjung akan diajak berpetualang melintas ombak yang kadang-kadang besar. Dengan menyewa perahu kecil berarti pengunjung telah memberi nafkah kepada pemilik kapal agar dapur mereka tetap mengepul. Perlu diketahui juga bahwa sebagian besar warga sekitar Tanjung Aan dalam kondisi miskin. Ada baiknya pengeluaran diberikan kepada orang yang telah memberikan jasa wisata kepada Kita terutama kepada warga yang masih miskin.
Untuk menuju Batu Payung dengan berjalan kaki, pengunjung harus berjuang mengarungi ganasnya ombak, mendaki atau menuruni bukit yang kadang malah mengasikan |
Jika pengunjung ingin berjalan kaki, jarak dari tempat parkir ke Batu Payung sekitar satu kilo. Sedangkan waktu yang diperlukan sekitar setengah jam perjalanan. Jalur yang dilewati begitu terjal. Harus berhati-hati karena Kita melewati pinggiran pantai yang tergenang. Kadang, ombak besar datang secara tiba-tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No Porn, Racism, Sadism