Rabu, 21 November 2018

Bermain-main dengan Oksigen

Sekarang adalah tanggal 22 November dimana perayaan hari pohon sedunia diadakan. Sudah saatnya kini kita kembali ke fitrah sebagai mahluk alam yang pasti membutuhkan udara yang cukup untuk bernapas. Dalam satu hari, kita tidak pernah menghitung berapa kita menarik napas dan mengeluarkannya lagi sehingga dari situ kita mendapatkan energi. Hasil makanan yang sudah dicerna kemudian dibakar dengan menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi sehingga kita dapat menggerakkan tangan, kaki, badan, kepala, dan organ-organ lain bergerak.

Jika kita tahu dan menghayati, sebenarnya peran oksigen sangat penting bagi kehidupan manusia. Kita tinggal bersyukur saja karena Tuhan sudah menciptakan zat untuk menghasilkan energi. Kemudian konstruksi tradisional kita tahu bahwa yang namanya energi itu hanya dihasilkan dari benda-benda seperti pertalite, solar, dan pertamax itu sangat keliru. Sebetulnya kalau kita renungkan lagi, sumber energi terbesar adalah oksigen itu sendiri.

Bayangkan jika tiba-tiba orang tidak dapat bernapas, satu menit saja lah, misalnya. Maka badan akan terasa pusing atau lemas. Bayangkan jika kita tidak dapat bernapas selama satu atau dua jam, maka sudah dapat dipastikan sudah tidak bernyawa lagi. Berbeda jika kita tidak makan atau minum. Tidak makan satu menit saja, tubuh kita masih baik saja. Kemudian tidak makan satu jam saja, tubuh kita juga masih baik-baik saja. Tidak makan dua jam, tubuh kita juga masih baik. Bahkan jika kita melakukan puasa sampai sepuluh atau duabelas jam, tubuh kita juga masih bertahan dengan baik. Begitu juga dengan minum, tubuh kita masih segar.

Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya makanan pada umumnya dan air minum yang kita konsumsi belum apa-apa jika dibandingkan dengan oksigen.

Lalu kita sibuk hanya dengan urusan mulut kita. Kita bela-bela untuk makan-makanan tertentu agar perut kita tidak lapar lagi. Atau kita menyibukkan diri dengan meminum dengan berbagai macam rasa dan varian minuman. Manusia sibuk menanam berbagai jenis tumbuhan sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan mulut dan perut.

Sudahkah kita bela-bela agar hidung kita terus bernapas, bahkan kita bela agar mendapat oksigen dengan kualitas wahid.

Sudahkah kita berbuat adil kepada diri kita sendiri bahwa tidak cuma makanan dan minuman yang penting bagi tubuh kita, masih ada oksigen yang sangat super penting buat kita. 

Kita melupakan peran oksigen yang sangat penting. Bagaimanakah caranya agar oksigen menjadi fenomenal seperti artis-artis di dunia hiburan, sehingga orang-orang lebih peduli dan memikirkan keberadaan oksigen.

Jawaban dari oksigen agar menjadi fenomenal yaitu ketika kita sendiri merasakan sakit yang membutuhkan oksigen. Ketika hidung kita dipasang selang yang terhubung dengan gas O2. Ketika kita terbaring tidak berdaya dalam perawatan intensif, itulah saat kita merasakan betapa berharganya yang namanya oksigen.

Apakah kita akan menunggu sampai kita sakit terlebih dahulu untuk menyadarkan kita tentang oksigen yang sangat berharga, bahkan lebih berharga dari intan permata. Jangan! Jangan! terlalu berisiko jika harus seperti itu.

Jika kita berkunjung kesuatu tempat dan disana terdapat wifi gratis untuk internet dengan kecepatan 30 MBPS per orang, sudah dipastikan kita akan betah ditempat tersebut. Bahkan hari-hari berikutnya akan ada rencana lagi untuk mengunjungi tempat tersebut untuk mendapatkan kuota 30 MBPS. 30 MBPS jika untuk menonton youtube.com dengan resolusi HD itu bagaikan kita mengendarai di jalan tol yang lagi kosong menggunakan mobil Ferari atau mobil F1. 

Jika pohon tersebut mampu menghasilkan sinyal wifi maka sinyal wifi tersebut memiliki kecepatan yang tidak terhingga, mungkin 1 GBPS atau lebih dari itu, dan orang-orang akan berbondong untuk menanam pohon untuk menghasilkan sinyal wifi agar internetannya lancar.

Tetapi itu tidak akan terjadi, karena pada kenyataannya pohon tidak dapat menghasilkan sinyal wifi. Dan sudah dapat diprediksi bahwa kita tidak akan perduli dengan pohon, sampai ada penemuan bombastis yang menemukan sinyal wifi kecepatan 1 GBPS berasal dari pohon, baru kita akan menjadi gila untuk menanam dan merawat pohon. 

Semoga kita sadar bahwa yang dihasilkan pohon lebih berharga dari sinyal wifi manapun didunia.

Selamat Hari Pohon se dunia


Jogja, 22 November 2018

Yumantoko



Bunga Edelweis di atas Gunung Rinjani

Suasana di Segara Anak, Gunung Rinjani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No Porn, Racism, Sadism

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo