Selasa, 16 Februari 2010

Senandung Pagi Sebelum Mudik ke Kebumen


Senandung Pagi Sebelum Mudik ke Kebumen
Pagi-pagi sekali aku pulang ke Kebumen, Jawa Tengah. Sebelum berangkat sekitar pukul lima pagi motor Honda Supra 125 aku panaskan dulu mesinnya Belum sempat aku menarik pedal gas motorku, tampak didepan mataku seorang perempuan muda yang tak kukenal keluar dari rumah Pak Ridwan yang terletak tepat di samping rumah kontrakanku. Perempuan cantik dan berpakaian seksi itu keluar pintu bersama seorang bayi yang digendongnya. Ya, tak salah lagi. Perempuan itu kelihatan begitu mesra menggendong bayi anak semata wayang kakaknya. Sementara bayi yang digendong, mulutnya terlihat seperti sedang mengunyah dan sementara kedua tangan-nya berada di pundak si perempuan cantik berbaju pink kembang-kembang itu. Tidak lama kemudian gadis cantik itu menyuapi si bayi dengan mangkok yang dipegang menggunakan tangan kiri. Dan sesekali tangan kanannya menyuapi si bayi dengan pelan-pelan. Selang beberapa detik merekapun melajukan perjalanan kearah timur menjauhi aku yang sedang memanaskan motor. Maksud hati jika gadis itu lewat didepan ku, aku mau menyapa tetapi keadaan berbicara lain. Apakah gadis itu malu lewat didepanku karena kita sama-sama orang muda ataukah memang tujuan awal gadis tersebut memang ingin pergi keararah timur menjauhi aku…ah..itu hanya pikirannku saja. Tetapi setelah melihat gadis itu aku selalu berdoa kepada tuhan untuk nanti aku diberikan seorang wanita cantik yang baik yang sholehah, amanah fothonah dan istikomah. Setelah itu aku hanya melihat gadis itu menjauh dan semakin menjauh. Setelah tiga menit mesin motor aku panaskan dan sudah waktunya gas aku tarik….greng…greng….menuju Kebumen….

Malam Tahun Baru di Jogja

Malam Tahun Baru di Jogja
Motorku terus melaju dengan kecepatan pelan, tidak secepat dikala kondisi cuaca normal. Aku melewati jalan ringroad utara, kemudian sampai perempatan dekat terminal Condong Catur, lalu belok kiri melewati jalan Gejayan. Jalan Gejayan adalah pusatnya toko HP di kota Jogja, jam segini toko-toko itu masih tampak rame, bahkan lebih rame dari biasanya. Sementara rintik gerimis menghilang satu demi satu, jalanan sudah mulai terang, tak lagi di guyur hujan. Setiap ruas jalan kembali menjadi ramai. Bahkan lebih ramai dari sebelumnya.
Tibalah aku melewati Jalan Solo.
Didepan Mall Saphir Square, tidak jauh dari tempat tujuanku, aku melihat banyak orang sedang duduk-duduk santai, ada yang sedang berjalan bergerombol, ada pula sepasang kekasih yang berjalan dengan bergandengan tangan, tampak begitu mesra. Banyak dari mereka yang membawa terompet, seperti anak kecil. Sementara banyak pula para pedagang keliling yang menjajakan terompet, topi, dan aneka permainan yang lain.
Malam ini memang malam tahun baru.
Aku sendiri sudah menduga sebelumnya. Di malam tahun baru pasti akan sangat banyak orang keluar dari peraduannya, bagaikan kelekatu35 yang keluar dikala musim penghujan dan berkumpul mengelilingi setiap cahaya yang ada di dekatnya. Seakan semua manusia tumpah ruah di sepanjang jalan. Semua orang berkumpul di pusat-pusat keramaian, dan menanti sebuah waktu yang menandakan pergantian tahun.
Aku sendiri yakin di tempat lain masih banyak yang lebih ramai. Sebut saja di Malioboro, alun-alun kidul, alun-alun lor, Perempatan Tugu, Ambarukmo Plaza dan pusat-pusat keramaian yang lain. Banyak orang, khususnya muda-mudi, yang menjadikan malam seperti ini sebagai momentum yang sangat indah sekaligus menggairahkan. Tak jarang aku melihat tepat didepanku pasangan muda-mudi yang berada dalam satu kendaraan. Si perempuan membonceng motor sambil memeluk perut laki-laki yang menyupir didepannya, tampak sebuah pelukan yang sangat mesra seolah laki-laki itu adalah suaminya sendiri. Sebagian lagi ada yang berjalan kaki sambil berpegangan tangan.

Ya itulah suasana tahun baru di Kota Yogyakarta, begitu ramai disana sini. Di Mandala Krida ada Five Minutes, Alun-Alun Utara ada Ahmad Dhani dan bala kurawanya di Kridosono ada pesta kembang api yang katanya terbesar se Jogja. Belum lagi jika kita pergi ke daerah pantai di selatan DIY, dan tentunya Kaliurang yang berada disebelah utara DIY akan banyak sekali keramaian yang begitu semarak.

Klub Malam di Jogja


Kafe di Jogja
Saya pernah membaca suatu penelitian di Kota Jogja tentang café-café yang ada di daerah itu, dari mulai café untuk kalangan menengah keatas, sampai kalangan menengah kebawah. Sebut saja Hugho’s cafe, Boshe, Caesar, Liquid, Papilon, Teras, Obor, Tropis dan Bunker. Semua tempat itu menjajakan banyak kesenangan duniawi, dari mulai minuman beralkohol yang bisa membuat fikiran melayang, hingga musik-musik model R & B, Musik DJ, dan reggae. Tempat-tempat itu dijadikan banyak mudamudi khususnya mahasiswa untuk mencari-cari teman kencan. Dikalangan anakanak gaul tempat semacam itu dinamakan dugem, clubbing, atau tempat ajep-ajep.
Dinamakan ajep-ajep mungkin karena musik khas yang seringkali diputar berbunyi “ajep ajep ajep ajep!”. Mereka juga seolah memiliki ritual sendiri. Biasanya cafécafé tersebut buka pada pukul sepuluh malam. Semakin malam, café-café tersebut semakin ramai.
Orang-orang yang datang biasanya langsung memilih tempat duduk, lalu memesan minuman sambil menikmati musik khas. Bagi yang uangnya pas-pasan, mereka cukup memesan minuman shakeran, dengan harga berkisar 60 ribu untuk pitcher kecil dan 100 ribu untuk pitcher besar. Untuk kelas agak menengah mereka bisa memesan liquor seperti vodka ataupun wisky dengan harga sekitar 400 ribu. Meskipun bisa dibilang sangat jarang, tapi ada pula yang memesan wine atau sampanye yang bisa merogoh dompet hingga senilai jutaan rupiah. Kira-kira pukul tiga pagi café-café sudah mulai sepi. Bagi mereka yang mendapat pasangan kencan, sebagian dari mereka melakukan “ritual” selanjutnya, yakni berkencan di tempat yang ditentukan. Biasanya tempat yang paling popular adalah di jalan kaliurang atas, dekat gunung Merapi. Mereka tinggal memilih salah satu diantara beragam villa yang menyediakan fasilitas kamar tidur untuk siapa saja, tidak peduli apakah tamunya adalah pasangan suami istri, anak kecil, remaja atau orang tua, tidak peduli pula apakah orang Indonesia ataukah orang bule. Yang terpenting mereka rela membayar sebuah kamar tidur untuk satu malam. Harganyapun disesuaikan dengan waktu dan jenis villa.

Metode Fenomenologi

Aku masih ingat dengan penjelasan Prof Moleong dalam sebuah mata
kuliahnya di program Pascasarjana.
“Fenomenologi merupakan pendekatan filosofis yang tidak puas dengan
positivisme36 dalam memahami fakta-fakta dan sebab-sebab gejala sosial. Sebagai
sebuah pemikiran dalam khasanah ilmu filsafat, fenomenologi pada awalnya mucul
dari pemikiran Edmund Husserl di Jerman pada tahun 1890-an. Namun, sebagai
sebuah pemikiran dalam khasanah ilmu sosial, fenomenologi dikembangkan oleh
Alfred Schutz dalam bukunya yang berjudul The Phenomenology of Social World
pada tahun 1932. Dalam bukunya Schutz memusatkan perhatian pada cara orang
memahami kesadaran orang lain sementara mereka hidup dalam kesadaran mereka
sendiri. Banyak pemikiran Schutz yang dipusatkan terhadap satu aspek dunia sosial
yang disebut kehidupan dunia (life-world) atau dunia kehidupan sehari-hari. Ia
menamakannya dengan dunia inter-subyektif. Dalam dunia inter-subyektif ini orang
menciptakan realitas sosial dan dipaksa oleh kehidupan sosial yang telah ada”.
Ketika aku melakukan penelitian, aku memakai metode kualitatif. Hal ini
dikarenakan metode kualitatif mampu menganalisa realitas sosial secara lebih
mendalam. Selain itu ia dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena
yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Peneliti lebih mudah menyesuaikan
diri di lapangan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Metode ini juga
mampu memahami aspek-aspek yang sifatnya personal seperti ide, keyakinan, nalar,
emosi dan sebagainya tanpa mengisolasi kedalam variabel tertentu. Penelitian
Kualitatif menurut Bogdan dan Taylor didefinisikan sebagai: “Prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari perilaku yang dapat
diamati”. Definisi ini diperkuat oleh Baker dengan menyatakan: The simplest
definition of qualitative research involves the fact that the findings of a qualitative
study are presented not in numbers but solely in words”.

Perang dunia ke-tiga sudah dimulai? Iran Vs Israel (USA, Prancis, Inggris, Jerman)

Bukan Lagi Perang Dunia Ketiga, Tetapi Perang Global yang Terfragmentasi Gagasan tentang "Perang Dunia Ketiga" yang meletus dari s...

Populer, Sist/Broo