Selasa, 01 Januari 2013

Taman Kota Kebumen "HM Sarbini"

Kebumen merupakan kota yang tenang. Kotanya masih bersih dari polusi kendaraan, karena penduduknya tidak padat jika dibanding dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Jogja, Surabaya dsb.. Ketika pagi kendaraan bebas melintas, begitu juga dengan siang dan sore hari. Kendaraan yang ada masih bisa dikendalikan, sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Ketika malam menjelang, jalan-jalan disini jarang terlihat warga yang melintas, mungkin karena sudah bersiap-siap ber istirahat menyambut bekerja di esok hari.

Ketika memiliki waktu luang, tidak ada salahnya bagi warga Kebumen untuk mencari taman untuk berkumpul bersama keluarga maupun kegiatan santai lainnya. Salah satu tempat umum untuk berkumpul warga adalah Taman HM Sarbini. Nama HM Sarbini diambil dari salah satu tokoh nasional dari Kabupaten Kebumen yaitu HM Sarbini. Tempat ini terletak di bekas areal terminal lama. Jarak dari Kantor Bupati sekitar 4 km. Berikut saya kopikan artikel dari tokoh "Sarbini" yang menjadi inspirasi dari sebuah taman di Kebumen.

                  M. Sarbini adalah seorang jenderal purnawirawan yang dilahirkan di Kebumen,    
                 Jawa Tengah dan banyak mengabdi selama masa perjuangan baik di bidang 
                  militer maupun pemerintahan Republik Indonesia. Dalam masa perjuangan, 
                  terutama pada tanggal 20 Oktober 1945, dia, yang pada waktu itu berpangkat  
                  Letkol, memimpin pasukan Tentara Keamanan Rakyat Resimen Kedu Tengah dan 
                 menyerang, serta mengepung tentara Sekutu dan NICAdi desa Jambu, Ambarawa 
                 yang kemudian dikenal sebagai peristiwa palagan Ambarawa.
                Selama masa pemerintahan bung Karno, Mayor Jenderal M. Sarbini menjabat  
                sebagai menteri pertahanan dalam kabinet Dwikora II pada tahun 1966 yang 
               kemudian digantikan oleh Letnan Jendral Soeharto. Pada masa hidupnya, jenderal 
                H. M. Sarbini banyak dikenal sebagai bapak Veteran Indonesia dan diabadikan 
               namanya sebagai nama gedung veteran atau balai Sarbini yang berada di kawasan 
               Semanggi, Jakarta Pusat. Untuk mengenang jasa-jasanya, di Kebumen, tempat 
                  kelahirannya juga didirikan sekolah SMK JENDERAL M. SARBINI( Wikipedia)

Penyediaann fasilitas umum oleh pemerintah, sudah menjadi keharusan yang harus dilakukan guna meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan itu, masyarakat menjadi merasa memiliki pemimpin. Penyediaan lahan untuk umum memiliki manfaat terutama untuk masyarakat.

Taman kota memiliki manfaat berupa ekologis, sosial, budaya, dan estetika. Jika dilihat dari sisi ekologi, taman kota merupakan tempat terbuka hijau. Ruang terbuka hijau memiliki fungsi antara lain sebagai tempat produksi oksigen, tempat penyerapan air hujan, dsb. Fungsi sosial yang bisa didapat dari taman kota antara lain yaitu sebagai tempat berkumpulnya masyarakat untuk melakukan sosialisasi. Fungsi budaya yaitu cenderung mengenalkan masyakarat tentang jati diri suatu kota, sejarah dan pengetahuan mengenai suatu kota. Aspek estetika bisa dilihat sebagai tempat yang memiliki penataan yang paling baik disuatu kota.


Patung HM Sarbini di Taman Kota Kebumen



Alat peraga lalu lintas

Tempat  refleksi kaki yang menyehatkan

Suasana taman kota

Koran dinding
k
k

Selamat Datang Tahun Baru 2013

Persetan dengan tahun baru. Gak ada tahun baru juga sama saja.Bagi Saya, hal ini mungkin dikarenakan oleh virus yang bernama

-Kerjaan belum selesai
-Teman mess banyak yang pulang kampung
-Gak ada makna tahun baru
-Skeptis dengan tahun baru

Buat Saya, Tahun baru tidak untuk dinikmati setiap 365 hari sekali. Tetapi, yang baru adalah dalam hitungan detik. Selalu berusaha untuk berubah setiap detik. Karena, hidup itu adalah pembelajaran setiap saat. Semakin cepat akan semakin baik.

Kelamaan jika harus menunggu 365 hari. Apasih susahnya berubah dalam hitungan detik.
Banyak merenung dan instrospeksi diri mungkin akan lebih bermakna jika dibandingkan dengan bakar kembang api, tiup terompet.

Atau sebagian besar pemuda-pemudi melakukan pesta sampai harus melanggara norma. Pil KB laris dibeli muda-mudi untuk memeriahkan malam tahun baru. Atau sekedar membeli minuman yang memabukan untuk dinikmati melewati malam tahun baru. Lalu, apakah mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya tahun baru merupakan kebiasaan orang kuno yang karena
Dalam sejarahnya,
            Tahun Baru pertama kali dirayakan  tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius  
         Caesar  dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan 
         tradisional Romawi yang  telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender 
         baru ini, Julius Caesar dibantu oleh  osigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang 
         menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat  dengan mengikuti revolusi matahari, gaimana 
         yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam   penanggalan baru itu dihitung sebanyak 
         365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 
         SM dimulai pada 1 JanuariCaesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari 
         ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan 
         alam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh pada tahun 44 SM, dia mengubah 
         nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis  
         diganti dengan nama pengganti  Julius CaesarKaisar Augustus, menjadi bulan 
        Agustus(wikipedia.com).

Merayakan tahun baru boleh-boleh saja. Apalagi untuk mencari hiburan semata. Tapi yang perlu diingat adalah jangan sampai dalam merayakan tahun baru, kita melakukan hal-hal yang melanggar norma. Merayakan tahun baru juga dapat membuat pedagang terompet, bakso, mie ayam, kembang api dan lain sebagainya menjadi hidup. Yang terpenting, dalam merayakan tahun baru adalah maksud dari hati kita lurus.

Kamis, 27 Desember 2012

Karakteristik Memilih Pemimpin


Setiap daerah di Indonesia memiliki karakter yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari nilai sejarah, ekonomi, sosial, budaya, dan kultur politik. Dalam memilih pemimpin misalnya, fanatik masyarakat  turut mempengaruhi produk pemimpin yang dihasilkan. Dalam dunia modern memilih pemimpin selalu mengedepankan aspek rasional, yang bisa dinilai dari pendidikan, rekam jejak karir, kemampuan berkomunikasi dengan rakyat, jujur, cerdas, bisa dipercaya.

Fenomena SBY menjadi Presiden RI menjadi catatan yang tidak terlupakan. Ketika sosok tinggi tegap, ganteng, bahasanya halus dan sikapnya sopan menjadi pilihan yang tiada duanya pada waktu itu. Aspek indera meliputi telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, hidung untuk mencium dan kulit untuk meraba Aspek rasa indera adalah aspek yang menjadi pertimbangan masyarakat memilih SBY pada waktu itu. Walaupun sebenarnya dari sisi kapabilitas, SBY merupakan orang yang mampu untuk menjadi seorang presiden. Tapi, dari banyak survey yang dilakukan, SBY dipilih masyarakat bukan dari sisi kapabilitanya melainkan dari sisi indera manusia, yaitu sosok yang memiliki karakter ganteng, tegas, tinggi, wibawa dsb.

Fenomena Jokowi menjadi pemimpin Jakarta merupakan fenomena yang lain dari peristiwa yang umum terjadi pada masanya. Sosok tinggi, kurus, ngomongnya di TV tidak begitu lancar, logat jawanya kental menjadi pilihan warga Jakarta untuk dijadikan pemimpin. Masyarakat mulai melupakan aspek indera ketika permasalahan yang terjadi tidak kunjung selesai. Jakarta membutuhkan sosok baru yang mampu bekerja keras, rendah hati, jujur, iklas, melindungi rakyat kecil dan mau mendengarkan rakyat. Jokowi merupakan fenomena baru di Negara RI ini, tentang bagaimana masyarakat menginginkan sosol seorang pemimpin.

Politik Indonesia yang katanya berubah sejak masa reformasi, tetapi dalam kenyataannya sering kita temui cita rasa politik kerajaan masih kental dalam dunia perpolitikan di Indonesia dewasa ini. Undang-undang membatasi kepala daerah memimpin hanya dua periode. Dal hal tersebut sudah bisa kita lihat hasilnya sekarang. Tetapi pertanyaannya apakah memang benar hanya dua periode.??

Keanekaragaman daerah di Indonesia melahirkan keanekaragaman masyarakat dalam memilih pemimpin mereka. Misalnya saja, disejumlah daerah masih ditemui politik dinasti. Politik dinasti tersebut merupakan perputaran kepemimpinan namun hanya dari kalangan keluarga. Hal inilah yang menjawab dari pertanyaan diatas. Dimana secara defakto sudah tidak menjadi pemimpin, tetapi secara de jure masih bisa memengaruhi pemimpin penggantinya. Walaupun tidak ada yang salah, tetapi politik dinasti menghalangi kesempatan orang lain yang memiliki kecakapan untuk tidak memimpin. Di Indonesia politik dinasti bisa dilihat pada tabel berikut ini.

Daerah
Nama Pemimpin
Jabatan
Status
Bangkalan, Jatim (2012)
Makmun Ibnu Fuad
Bupati Bangkalan
Anak Fuad Amin, Bupati Bangkalan lama

Mondir Roffi
Wakil Bupati Bangkalan
Adik kandung Syafik Roffi, Wakil Bupati Bangkalan sebelumnya
Kabupaten Tangerang, Banten (2012)
Ahmed Zaki Iskandar
Bupati Tangerang, Banten
Anak dari Ismet Iskandar, bupati lama
Tabanan, Bali (2010)
Ni Putu Eka Wirastuti
Bupati Tabanan
Menggantikan ayahnya, N Adi Wiryatama
Cilegon, Banten (2010)
Tubagus Iman Aryadi
Wali Kota Cilegon
Menggantikan ayahnya, Tubagus Aat Syafaat
Kutai Kartanegara, Kaltim (2010)
Rita Widyasari
Bupati Kutai Kartanegara
Anak Syaukani HR, mantan Bupati Kutai Kartanegara
Indramady (2010)
Ana Sophanah
Bupati Indramayu
Istri dari mantan Bupati Indramayu lama, Irianto MS Syafiuddin
Bantul, Yogyakarta
Sri Surya Widiati
Bupati Bantul
Menggantikan suaminya, Idham Samawi
Kediri, Jatim
Haryanti Sutrisno
Bupati Kediri
Menggantikan Sutrisno, mantan Bupati Kediri
Probolinggo, Jatim
Puput Tantriana Sari
Bupati Probolinggo
Menggantikan suaminya, Hasan Aminudin
CImahi, Jabar
Atty SUharti Masturi
Walikota Cimahi
Menggantikan Itoch Tochiya, mantan walikota lama
Sumber tabel: Harian Kompas (Desember,2012)



Rabu, 12 Desember 2012

Madu Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat


Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia, untuk memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang;

Hutan adalah anugerah tuhan yang tidak terhingga. Hutan dimanfaatkan umat manusia untuk memenuhi kebutuhan agar tetap  bertahan hidup. Pemanfaatan tersebut antara lain, umat manusia yang secara keseluruhan memanfaatkan oksigen untuk bernafas, dan oksigen yang dihasilkan hutan  menjaga agar bumi tetap nyaman untuk ditempati. Sementara itu masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hutan dengan mengambil manfaat ekonomi, baik dengan mengambil kayu maupun HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu). Salah satu HHBK yang bisa dikembangkan adalah madu.


Hutan Sumbawa tempat lebah memproduksi madu hutan



Hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat, cenderung menurun kondisinya, oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana, terbuka, profesional, serta bertanggung-gugat;
Pengurusan hutan yang berkelanjutan dan berwawasan mendunia, harus menampung dinamika aspirasi dan peranserta masyarakat serta tata nilai masyarakat yang berdasarkan pada norma hukum nasional;
Mengingat pentingnya pengeloalaan hutan, pihak-pihak yang terkait dengan kepentingan tersebut berasal dari tingkatan individu terkecil, organisasi-organsisasi disekitar hutan, pemerintah daerah, pemerintah pusat, LSM, swasta perguruan tinggi, BUMN, dan masyarakat lainnya yang terkait. Dengan pengelolaan oleh banyak pihak, kehutanan diharapkan akan menjadi sector terdepan dalam penyelesaian masalah-masalah social dan lingkungan.

Namun sangat disayangkan, keterpaduan antar stakeholder tidak berjalan dengan baik. Ada pihak-pihak yang memiliki permasalahan dalam menjalankan program kelembagaan. Hal tersebut mengarah pada terhambatnya proses pembangunan masyarakat sekitar hutan. Akibatnya, produk yang dihasilkan masyarakat sekitar hutan dengan kualitas yang tidak maksimal. Misalnya, madu memiliki kualitas yang rendah, sehingga, pasar hanya berada disekitar tempat tinggal petani saja.

Madu hutan merupakan HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) yang banyak dihasilkan hutan  Pulau Sumbawa. Manfaat yang dihasilkan dari meminum madu, menjadikan, madu sebagai barang yang banyak dicari orang. Seringkali, petani kewalahan untuk memenuhi permintaan masyarakat yang terus bertambah akan madu. Bahkan, banyak pesanan yang tidak bisa dipenuhi karena kurangnya pasokan. Agar petani memiliki daya tawar yang tinggi dalam pengusahaan madu, madu yang diproduksi petani perlu untuk ditingkatkan kualitasnya. Peran pihak terkait sangat diperlukan untuk mendongkrak kualitas madu.

Peran serta masyarakat dalam membangun hutan bisa diwujudkan dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya, petani madu mampu menerapkan panen yang tidak merusak lingkungan, serta, ketergantungan masyarakat dari hutan mampu dipenuhi bukan hanya dari satu jenis komoditas. Tetapi dari berbagai macam jenis HHBK yang bisa dikembangkan secara maksimal.  


Proses mendapatkan madu, penggunaan alat yang bersih akan mempegaruhi kualitas madu

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo