Sabtu, 03 Desember 2016

Dilema Naik Pesawat Terbang dengan Tiket Murah

Pertumbuhan positif bisnis pesawat udara mengakibatkan berbagai efek terutama menjadikan tiket penerbangan menjadi murah. Perusahaan Lion Air merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan penerbangan murah. Apakah Lion Air mampu memberikan penerbangan yang bukan murahan? masih menjadi bahan diskusi. Di satu sisi menjadi pilihan masyarakat yang memiliki keuangan kecil, namun di sisi yang lain keterlambatan sering merugikan penumpang.

"Sekarang ini penerbangan sudah semakin murah", itulah kata teman satu kantor yang sudah lama bekerja di salah satu pulau di Indonesia Timur. Lanjutnya lagi "dulu satu bulan gaji mungkin hanya bisa untuk membeli tiket pesawat sekali jalan saja, sedangkan baliknya harus pikir lagi, sedangkan sekarang ini satu kali gaji pegawai negeri sipil (PNS) yang baru masuk saja, untuk membeli tiket pesawat masih ada sisa masih banyak". Itulah gambaran kira-kira harga tiket pesawat sekarang ini. Murahnya harga tiket pesawat salah satunya karena pasar yang tercipta sudah sempurna artinya sudah banyak pemain yang menawarkan jasa penerbangan kepada konsumen. Lihat saja, sekarang ini adalah perusahaan penerbangan seperti Lion Air yang menawarkan tiga jenis merk seperti Lion Air, Wings Air, dan Batik Air. Ketiga merk tersebut memiliki pasar sendiri. Untuk Lion Air memiliki segmen kelas ekonomi, Wings Air untuk melayani penerbangan perintis, dan Batik Air melayani penerbangan kelas bisnis.

Dalam mengembangkan bisnisnya, Lion Grup memiliki jaringan ter luas di Indonesia. Hampir setiap daerah yang sudah memiliki bandar udara di Indonesia sudah merasakan mendarat nya pesawat ini. Sehingga penumpang bebas memilih penerbangan yang di ingini. Mau daerah yang sudah maju atau daerah terpencil tidak jadi masalah. Jika tidak ada penerbangan langsung, penumpang dapat menggunakan penerbangan lanjutan atau transit. Kesimpulannya, pesawat yang digunakan oleh Lion Air memiliki saling hubung antara satu daerah dengan daerah yang lain. Jika ada satu pesawat yang terlambat saja, maka penerbangan selanjutnya juga akan ikut terlambat.

Sistem yang digunakan Lion Air Grup ini dalam melayani penumpang terutama dengan sistem transit selain memiliki keunggulan juga memiliki kekurangan. Kekurangannya adalah sering terjadinya keterlambatan penumpang yang dapat merembet dari satu penerbangan ke penerbangan yang lain. Misalnya saja untuk pesawat Lion jurusan Jogja ke Lombok yang berangkat pukul 17.40 WIB, tidak otomatis pada jam tersebut pesawat langsung terbang dari Jogja ke Lombok, karena pesawat yang digunakan merupakan pesawat yang juga digunakan untuk penerbangan dari Batam menuju Jogja. Jadi kalau pesawat dari Batam ketika menuju Jogja terjadi keterlambatan otomatis penerbangan dari Jogja menuju Lombok juga akan terlambat.

Dari sini Saya ingin menyimpulkan bahwa perkembangan dunia penerbangan di Indonesia berkembang pesat dengan makin mudahnya mendapat tiket penerbangan dengan harga murah, akan tetapi belum mampu memberi ketenangan bagi penggunanya karena sering terjadi keterlambatan.



Pesawat Lion Air di Bandara

Gunung Agung dan Gunung Batur di Bali dilihat dari Pesawat Lion Air

Sabtu, 26 November 2016

Sepenggal Kisah Perjalanan dari Lombok Menuju Salatiga

Pada Tanggal 2 November, Saya melakukan perjalanan dari Lombok menuju Salatiga. Perjalanan tersebut Saya lakukan dalam rangka seminar. Tentunya banyak sekali kisah yang unik yang akan menarik untuk diceritakan. Tapi Saya tidak akan menceritakan semua itu, selain karena tidak ada waktu untuk menulis, nanti kalau Saya tulis semua akan semakin banyak orang yang tahu, padahal saya bukan publik figur atau tokoh politik dan lain sebagainya, dan akhirnya saya niatkan untuk dibuat rahasia saja terutama bagian-bagian yang tidak penting.

Kali ini tidak ada salahnya kalau yang saya tulis adalah sepenggal kisah perjalanannya saja, dalam-dalamnya biarlah menjadi rahasia dari saya.

Saya melakukan perjalanan dari Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebuah pulau kecil yang indah tentunya. Dalam keadaan masih pagi buta yaitu sekitar jam empat pagi Saya bangun tidur. Sebelumnya alarm di HP sudah saya set dulu jam 04.00. Setelah bangun, Saya bergegas mengambil remot untuk menyetel tv, kebetulan pada waktu itu acaranya adalah Liga Champion Eropa. selain suka dengan Liga Champion, saya menyetel tv agar tubuh tidak kaku karena ngantuk. Biasanya saya kalau bangunnya dipaksakan mata masih kriyip kriyip alias kepingin tidur lagi. Setelah waktu berjalan sekitar 10 menit saya baru menuju ke kamar mandi untuk persiapan.

Ibadah sholat subuh sudah dilakukan sekarang tinggal memantapkan persiapan yakni menata baju yang akan dibawa. Hanya dua baju yang saya bawa ketika itu yakni untuk acara seminar dan baju untuk cadangan jika kehujanan. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk persiapan tidak terlalu lama hanya sekitar 10 menit. Sekitar jam 06 pagi Saya bergegas untuk mandi pagi, untungnya waktu itu suhu tidak terlalu dingin jadi bisa menggunakan air dingin, setelah itu makan pagi. Ketika makan pagi, Saya menggunakan nasi sisa semalam. Walaupun sudah lama akan tetapi rasa nasi masih enak. Nah yang terpenting adalah ada lauk yang masih bisa dimakan. Untungnya masih ada gorengan ikan yang tidak terlalu masalah jika dimakan walaupun bibi menggoreng nya satu hari sebelumnya. Setelah perut kenyang saya tambah dengan membuat susu Entrasol agar badan lebih fit tentunya ditambah beberapa madu trigona biar tambah maknyos.

Urusan domestik selesai kemudian Saya memanggil Heri yang tinggalnya tidak jauh dari kamar saya untuk mengantar menuju Pool Damri. Dari mess menuju Damri membutuhkan waktu sekitar seperempat jam. Waktu itu saya diantar menggunakan sepeda motor Yamaha Jupiter. Ditengah perjalanan ternyata saya salah menggunakan jaket dimana jaket yang saya pakai terlalu tipis, yaitu jaket yang saya punya ketika mengikuti kursus bahasa inggris, dan saya harus rela kulit saya merasa menggigil karena waktu itu matahari belum muncul dan suhu belum banyak meningkat. Tepat pukul tujuh kurang 10 menit saya sampai di Pool Damri Mataram yang jaraknya kurang lebih lima kilo meter dari mess. Setelah membeli tiket di loket seharga dua puluh lima ribu Saya pun masuk kedalam bis yang sudah di parkir. Sambil menunggu bis Damri  berangkat pada pukul tujuh pagi Saya pun membuka handphone. Niat hati mau main internet ternyata paket internet sudah habis, ketika itu pula saya mendaftar paket internet yang nantinya juga dapat saya gunakan untuk kepentingan di jalan untuk mencari berbagai macam informasi.

Bus berjalan dan Saya pun duduk di bagian belakang, tak ada waktu terindah yang saya habiskan didalam bus kecuali dengan bermain HP. Sesekali saya menengok kearah jendela dimana yang terlihat adalah anak sekolah yang akan pergi ke sekolah, atau pekerja kantoran yang ingin segera untuk sampai kantor. Setelah lebih dari setengah jam menggunakan Damri, akhirnya saya sampai  tujuan yakni Bandara Internasional Lombok di Praya. Pada waktu itu keadaannya sudah ramai terutama dengan orang yang mengantar penumpang. Tak berselang lama saya bergegas menuju ke ruang check in di bandara untuk mendapat boarding pass. Saya pun mengeluarkan HP saya untuk menunjukan bukti tiket yang saya beli dari internet. Ternyata tiba-tiba oleh petugas di ruang tersebut, Saya disuruh menunggu sebentar di depan ruang check in untuk menunggu beberapa waktu karena ada kabar bahwa pesawat yang akan Saya gunakan delay dua jam. Hati saya pun langsung gundah gelisah, tapi Saya tetap berusaha untuk menenangkan diri. Hati Saya gelisah karena saya membeli tiket untuk penerbangan transit/tidak langsung yakni pertama Saya menuju Bandara Juanda di Surabaya dulu baru kemudian ganti pesawat lagi dari Surabaya menuju Semarang. Selang kurang lebih setengah jam menunggu, Saya akhirnya pun dipanggil oleh petugas untuk memperlihatkan tiket dan KTP dan boarding pass pun keluar. Saya menuju ruang tunggu pesawat dengan perasaan harap-harap cemas karena khawatir nanti kalau sampai Surabaya telat dan tidak dapat pesawat Surabaya -Semarang. Didalam ruang tunggu saya hanya memainkan HP dan mempelajari materi yang akan Saya presentasikan dalam seminar. Tepat sekitar satu jam menunggu, suara speaker terdengar sangat indah sekali, karena pesawat yang saya kira delay dua jam ternyata hanya satu jam saja. Saya pun bergegas menuju ke dalam pesawat Lion Air Boeng 737 900 ER, Saya ketika itu duduk di dekat dengan jendela sehingga ketika terbang Saya dapat melihat Gunung Rinjani yang indah. Pada waktu itu pun perasaan masih ragu tentang pesawat dari Surabaya menuju Semarang apakah sudah berangkat atau belum ternyata terjawab sudah. Setelah sampai di Surabaya, Saya turun dari pesawat dan langsung masuk kedalam terminal keberangkatan yang berada di Pintu 4, Saya tanya kepada petugas ternyata pesawat belum berangkat. Ketika itu hati Saya langsung tenang karena tidak harus membatalkan perjanjian dengan teman yang berada di Semarang untuk bertemu. Setelah menunggu kurang lebih satu jam di Bandara Juanda Surabaya, terdengar panggilan dari petugas yang mengatakan bahwa pesawat Wings Air akan diberangkatkan ke Semarang. Kaki kemudian menuju ke petugas yang mengecek boarding pass penumpang. Sambil menunggu antrian untuk masuk kedalam pesawat, ada petugas yang meminta boarding pass dengan KTP untuk di cek keduanya apakah sama atau tidak. Jika tidak sama antara boarding pass dengan KTP, petugas akan mencurigai bahwa kita mungkin orang yang berbahaya. Tetapi, petugas langsung memberi saya kesempatan untuk masuk ke dalam pesawat yang itu artinya adalah tidak terjadi masalah boarding pass dengan KTP. Pada waktu itu penumpang pesawat yang saya tumpangi tidak menggunakan garbarata atau alat penghubung/jembatan dari terminal ke pesawat. Ketika itu penumpang disuruh turun tangga untuk selanjutnya diantar menggunakan bus ke pesawat. Mungkin karena, pesawat yang kami gunakan berbadan kecil yaitu Wings Air dengan jenis pesawat ATR 72, yang tidak memungkinkan garbarata untuk digunakan.

Turun dari bus kemudian saya masuk pesawat, dan di pintu pesawat terdapat pramugari dengan muka yang tersenyum menyambut dengan ucapan "selamat datang di pesawat Wings Air", Saya pun membalas senyum kepada mbak pramugari tersebut. Pramugari Wings Air beda dengan pramugari Lion atau Batik Air. Perbedaan tersebut terlihat dari postur tinggi badan pramugari Wings Air lebih pendek ketimbang Lion Air. Dari style pakaian, pramugari Wings Air lebih casual/santai ketimbang Batik atau Lion. Dan masih banyak perbedaan-perbedaan yang lain yang tidak bisa ditulis didalam blog ini. Kalau ditulis lebih panjang nanti dianggap menjelekkan salah satu maskapai, ya walaupun mereka bertiga adalah satu perusahaan penerbangan.

Didalam pesawat Wings Air  Saya duduk di bangku nomor 2A yaitu posisi dekat dengan jendela. Menurut informasi yang saya dengar, penerbangan dari Surabaya menuju Semarang memakan waktu kurang lebih satu jam. Dalam waktu tersebut, agaknya Saya banyak menghabiskan waktu untuk tidur. Karena tiba-tiba setelah lepas landas, mata Saya terasa berat sekali dan mungkin saya tertidur setelahnya, karena tidak lama berselang, Saya melihat kearah luar jendela dan pesawat sudah terbang rendah lagi, yang artinya bahwa pesawat sudah mau turun. Dari atas terlihat sawah, sungai pun terlihat warna airnya, gunung nampak konturnya, serta kendaraan terlihat sedang melintas di jalan, itu artinya bahwa landing sudah dalam hitungan waktu yang tidak terlalu lama. Benar juga prasangka ku, setelah itu kru pesawat mengumumkan bahwa pesawat sebentar lagi akan mendarat, dan semua penumpang dianjurkan mempersiapkan diri untuk memasang sabuk keselamatan. Dari sini Saya yakin bahwa, Saya telah tidur untuk beberapa waktu.

Bagi saya, hal yang menegangkan dalam penerbangan adalah ketika pesawat take off (naik) dan landing (mendarat). Karena ketika itu biasanya pesawat posisinya tidak stabil, dan ketika landing atau take off biasanya saya banyak berdoa, biar pesawat tidak terjadi apa-apa. Selain itu bagi saya, ketika landing posisi pesawat akan terdapat goncangan, inilah yang membuat pikiran kadang was-was. Pun sama pada saat itu pendaratan tidak berjalan dengan mulus, ada sedikit goncangan. Tapi waktu itu goncangan tidak parah dan dapat diatasi oleh pilot. Dengan mendaratnya pesawat, suasana hati menjadi nyaman sekali dan plong. Setelah itu, Saya mengambil tas hitam dengan merek Polo Clasic di kabin pesawat. Tas yang saya bawa tidak terlalu berat, sekitar lima kilo saja. Jadi kalau perjalanan jauh tidak terlalu repot dengan hanya membawa barang bawaan yang ringan. Dalam beberapa tahun ini saya mulai mengatur barang bawaan agar mudah untuk dibawa. Barang bawaan saya masukan kedalam tas dan saya usahakan tidak berlebihan, karena kalau berlebihan akan banyak masalah seperti berat, atau barang dapat tercecer ketika akan mengemas ulang.

Turun dari pesawat, Saya langsung masuk kedalam ruang pengambilan bagasi. Saya tidak mengambil bagasi karena memang tidak membawa barang yang dimasukan kedalam bagasi, hanya membuka buka handphone untuk serching sejenak tentang Kota Semarang terutama transportasinya. Selain itu Saya membuka Whats app untuk mengabarkan kepada teman yang ada di Semarang bahwa Saya sudah sampai. Teman saya menyarankan untuk menggunakan taxi saja, Dengan mematuhi teman saya, Saya akhirnya mencari loket penjualan karcis taxi. Tujuan saya adalah ke Kantor Taman Nasional Karimun Jawa, petugas loket mengatakan bahwa saya harus membayar uang sejumlah 94.000 rupiah. Sembari menuju ke terminal taxi saya memperhatikan sekeliling saya, siapa tahu ada yang saya kenal. Ternyata setelah saya check betul tidak ada orang yang saya kenal, mungkin Saya terlalu ge er kaya orang yang terkenal saja, dan akhirnya setelah mengantri sekitar lima menit, saya kebagian taxi yang dikemudikan oleh bapak paruh baya. Ketika awal masuk, saya diminta untuk menunjukan bukti pembelian tiket taxi. Kelihatannya bapak tersebut agak kurang senang setelah membaca tujuan saya, hal tersebut dapat saya rasakan karena rute yang akan saya tuju terlalu jauh dan dikhawatirkan akan terjadi macet, kata bapak supir taxi tersebut. Saya sebetulnya tidak terlalu senang dengan bapak supir taxi tersebut karena banyak mengeluh inilah itu lah, saya sebagai penumpang jadi tidak nyaman. Ya udahlah saya terima saja, karena saya memang tidak bisa memilih supir taxi mana yang akan mengantarkan saya. Saya anggap sebagai ujian saja untuk melatih kesabaran saya. 

Dengan sedikit bingung karena supir tidak tahu lokasi yang dituju yaitu Kantor Taman Nasional Karimun Jawa, Saya keluar untuk menanyakan kepada seseorang yang berada di Jalan Waluyo, dan dengan informasi tersebut akhirnya titik terang ditemukan dan perlahan taxi menuju tempat tersebut. Ketika turun saya disambut oleh seorang satpam yang ingin menanyakan keperluan saya datang. Dengan tegas Saya katakan bawa Saya ingin bertemu Mas Agus Roma Purnomo yaitu teman ketika EAP di Bogor. Kemudian tanpa lama, teman yang saya maksud muncul, lalu Saya diajak untuk sholat dan kemudian diajak ke ruang perpustakaan untuk ngobrol dan dibuatkan es teh. Selang beberapa lama, Saya diajak untuk makan di sebuah tempat makan yang tidak jauh dari situ, tempatnya berupa lesehan dan disampingnya ada kolam, yang sepertinya memang konsep dari lesehan tersebut yakni lesehan pemancingan. Menu yang dihidangkan pun lumayan enak yaitu ikan gurami, oseng kangkung, tempe mendoan dan sambel. Minumannya adalah jus alpukat serta air mineral. Setelah kenyang Saya pun merasa mengantuk, akan tetapi saya usahakan untuk tetap tegar karena sebentar lagi saya akan menuju ke Salatiga. Setelah selesai dan jreng jreng jreng .... Saya di traktir mas Agus, selanjutnya, Saya diantar mas Agus menuju pool taxi yang berada di SPBU, ternyata taxi nya ada tetapi supir nya tidak ada. Setelah itu, kami mencari taxi di daerah Universitas Muhammadiyah Semarang, dan disana ada taxi dan supirnya. Setelah itu Saya berpamitan kepada teman saya tersebut untuk pergi ke Salatiga.

Saya bersama pak supir taxi menuju daerah yang bernama Gang Nangka untuk menyetop bus jurusan Semarang- Solo. Setelah turun ternyata sudah ada bus yang sedang ngetem untuk menunggu penumpang, tanpa pikir panjang Saya pun langsung naik kedalam bus tersebut. Perjalanan dari Semarang menuju Salatiga membutuhkan waktu kurang lebih satu jam perjalanan. Ketika sampai di Salatiga, Saya sudah menghubungi saudara dari teman kantor yang juga berasal dari Salatiga. Saya dianjurkan untuk turun di Pasar Sapi, yakni sebuah perempatan yang katanya dulu merupakan bekas pasar sapi. Di situ Saya kemudian menghubungi saudara dari teman Saya yang bernama Mas Eko, Saya kemudian diantar untuk mencari hotel, dan menginaplah Saya di Hotel Beringin. Saya mendapat harga promo ketika menginap di hotel tersebut, yang awalnya harga satu kamar untuk satu malam sekitar tujuh ratus ribu menjadi hanya dua ratus lima puluh ribu, padahal tempatnya lumayan bagus dan memuaskan lah pokoknya.

Pada malam harinya Saya berusaha keluar hotel untuk menikmati  Kota Salatiga. Saya keluar selain karena ingin mencari suasana malam di Kota Salatiga Saya juga ingin mencari makanan khas kota ini. Ternyata kotanya bersuhu dingin dimalam hari, butuh yang hangat-hangat nih biar suasana tambah rame. Disepanjang jalan banyak ditemui pedagang yang menjajakan ronde, roti bakar, sate, pecel lele. Dari pada pulang tidak dengan perut kenyang, Saya memutuskan untuk membeli wedang ronde dan roti bakar. Tidak tahu kenapa pada malam itu rasanya tidak kepingin makan besar, ternyata kenyang karena makan besar di Semarang masih terasa hingga di Salatiga. 

Keseokan paginya Saya mempersiapkan diri untuk menghadiri acara yang berada di Universitas Kristen Satya Wacana tepat waktu. Sekitar pukul tujuh pagi Saya menuju lobbi hotel  menemui petugas hotel disana untuk check out,  urusan administrasi di hotel selesai saatnya mencari makan pagi. Tidak jauh dari pintu keluar hotel, mata Saya melihat orang yang berjualan diatas mobil. Dengan perasan gembira saya menghampiri pedagang tersebut untuk membeli. Penjual tersebut adalah sepasang suami istri,ketika baru sampai di sana saya di tanya sang suami "mau makan apa mas" saya langsung mejawah "pecel", langsung sang istri menyiapkan saya seporsi pecel dengan lauk telur. Setelah itu saya ditanya lagi oleh suami itu "minumnya apa" langsung saya menjawab " teh anget pak", saya sembari menuju tempat duduk yang berada di emperan toko, lelaki sekitar umur 40 tahun tersebut menyiapkan teh anget yang saya minta. Pecel yang saya pesan datangnya belakangan, teh lebih cepat datang beberapa menit sebelum pecel siap. 

Makan pecel pun selesai, Saya menuju jalur angkot nomor lima yang berada di perempatan tidak jauh dari tempat makan pecel tadi. Saya berdiri menunggu angkot sekitar lima sampai sepuluh menit, rupanya saya sudah. Angkot berjalan kurang lebih sepuluh menit,setelah sampai Bank BRI kemudian Saya berganti ke angkot nomor dua. Angkot nomor dua langsung lewat didepan kampus dan saya berhenti di depan Fak. Ekonomi. Dari situ Saya masuk kedalam ruangan yang digunakan untuk pembukaan. Pada awalnya masih sepi orang, tapi kelamaan peserta pada datang. Perlu diketahui bahwa peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Saya merupakan satu-satunya perwakilan lembaga non perguruan tinggi. Peserta yang datang adalah dosen, mahasiswa, dan peneliti. Struktur acara adalah pembukaan dan sambutan-sambutan, istirahat, presentasi, dan terakhir adalah penutup dan pembagian hadiah.

Pada acara tersebut dihadiri oleh sekitar 50 pemakalah. Setiap peserta akan mempresentasikan makalahnya dan tanya jawab dengan waktu sekitar setengah jam. Ketika itu Saya mempresentasikan dalam waktu yang relatif singkat sekitar sepuluh menit dan sesi tanya jawab sekitar lima menit, jadi ketika saya presentasi masih ada waktu yang tersisa. Setiap peserta yang hadir di ijinkan untuk bertanya kepada pemakalah tentang makalah yang dipresentasikan. Semua peserta aktif bertanya, tapi saya aktif untuk mengamati peserta yang hadir alias yang paling pasif. 

Presentasi selesai dilakukan, peserta ada yang melakukan makan-makan, istirahat, dan sholat. Yang saya apresiasi disini adalah panitia mempersiapkan ruangan untuk sholat. UKSW adalah universitas kristen, tapi disini mereka begitu menghargai yang beragama Islam dengan menyediakan tempat untuk sholat. 

Acara ditutup dengan pemberian hadiah, dari lima puluh makalah tersebut, Alhamdulillah, makalah yang Saya bawakan mendapat penghargaan..

Sebagai pentutup, Acara selesai sekitar jam lima sore, dan Saya pulang ke Kebumen dulu lewat Solo.

to be continued........


Ruang check in Bandara Internasional Lombok (BIL)

Pesawat Wings Air di Bandara Juanda Surabaya

Tiba di Bandara Ahmad Yani Semarang

Penjual wedang ronde di Salatiga, Jawa Tengah

Kota Salatiga di malam hari

Kota Salatiga dekat UKSW

Pertigaan di Salatiga
Pembukaan seminar


UKSW

Peserta seminar melakukan sholat

Dapat penghargaan

Minggu, 30 Oktober 2016

Sate Ambal Kebumen, Sate Legenda di Jalur Selatan-Selatan Jawa

Ketika lebaran pada Tahun 2015, Saya menyempatkan untuk mengunjungi Kecamatan Ambal di Kabupaten Kebumen. Pada waktu itu, Saya mengajak adik Saya untuk menemani jalan-jalan. Pada awalnya, Saya hanya ingin pergi ke Kota Kebumen saja, akan tetapi ketika pulang dari Kebumen Saya melewati jalur selatan-selatan karena jalan utama menuju Kutowinangun macet karena arus lebaran. Alhasil Kami berdua menggunakan motor membelok kearah selatan melewati daerah Bulus Pesantren

Kami menuju jalur selatan-selatan Jawa yang lebarnya tidak lebih dari lima meter. Beberapa kali, kami harus mengerem menghindari kendaraan dari arah berlawanan yang berusaha untuk menyalip kendaraan didepan nya. Jalan yang kami lewati juga terdapat lubang di beberapa titik. Belum lagi Kendaraan dari pemudik yang kebetulan lewat jalur selatan-selatan untuk menghindari macet di jalur utama menjadi alasan untuk selalu berhati-hati. Singkat kata Kendaraan kami lebih lambat setengah jam dari waktu normal.

Kebumen merupakan daerah dimana sebagian besar penduduknya menggantungkan ekonomi dengan bekerja di luar kota. Sebagian besar mereka mencari nafkah di daerah Jabodetabek.  Lebaran merupakan momen yang tepat untuk bagi para perantauan yang pulang untuk berjalan-jalan ke lokasi wisata di Kebumen, makanya jalan-jalan di Kebumen begitu ramai.

Tanpa sengaja Saya ada keinginan untuk mengunjungi pantai selatan. Pantai ini menjadi kenangan yang begitu berarti karena pantai inilah merupakan pantai yang pertama kali Saya lihat dalam sejarah hidup Saya. Ketika kecil orang tua sering mengajak ke sini. Ketika itu saat masa-masa lebaran. Maklum lah, orang desa kalau mau liburan yaitu ketika ada hari raya. Ada banyak sekali perbedaan pariwisata di Ambal pada jaman dahulu dengan jaman sekarang. Yang paling mencolok adalah transportasi yang digunakan pengunjung sekarang menggunakan kendaraan pribadi dibanding dengan jaman dahulu yang banyak menggunakan kendaraan umum yang dalam bahasa lokal yaitu "colt". Sehingga pengunjung pada jaman dahulu ketika Saya kecil atau sekitar Tahun 2000 an kebawah harus berjalan jauh dari terminal dadakan disekitar jalan raya menuju pantai yang kira-kita jaraknya kurang lebih dua kilo. Jika dilihat dari pantainya, sekarang ini di sekitar pantai ditanam pohon cemara. Pohon ini di tanam oleh teman-teman dari Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai program penguatan masyarakat terhadap bencana khususnya tsunami. Pohon cemara ini sekarang digunakan sebagai peneduh bagi wisatawan yang mengunjungi pantai, karena memang ketika kita berada di bawah pohon cemara terasa sejuk.

Namun setelah sekian lama tidak mengunjungi Ambal ada hal yang tidak berubah, salah satunya adalah kulinernya yaitu sate ambal. Sate ambal merupakan makanan khas dari Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Sate ini berbeda dengan sate yang lainnya terutama sate Madura dan Tegal.

Sebagaimana pada umumnya, sate ini menggunakan  ayam sebagai bahan utama, akan tetapi bumbu yang digunakan tergolong unik, yakni menggunakan bumbu dari tempe. Tempe diolah dengan menggunakan bumbu rempah pada umumnya. Air kaldu dari rebusan ayam digunakan sebagai pengencer pada bumbu sate ambal. Sehingga rasanya menjadi lebih gurih dan nikmat.

Setelah Saya memasukan sate ke dalam mulut, rasanya tidak berubah masih seperti yang dahulu. Ketika menyantap sate ambal rasanya kembali lagi ke masa silam dimana orang tua saya mengajak saya ke pantai dan didapantai membeli sate untuk dinikmati bersama-sama. Inilah sate legenda bagi saya, karena setelah sekian lama tidak menikmati sate, akhirnya dapat mencicipi lagi sate ini, dan rasanya pun tidak berubah.


Sate ambal, salah satu masakan tradisional Indonesia

Bumbu sate ambal

Kupat  dari sate ambal

Daging sate ambal

Jumat, 09 September 2016

Pengusahaan Gaharu (sekilas)

Gaharu adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki ciri khas karena mengeluarkan aroma yang harum. Di pasaran, gaharu memiliki nilai jual yang tinggi karena banyak dicari orang terutama karena dijadikan sebagai parfum, aromaterapi, kosmetik, dan obat-obatan.

Pohon ini sekarang mudah jumpai di kebun-kebun warga. Di Pulau Lombok, masyarakat sudah lama mengenal pohon ini terutama dari jenis Gyrinops. Pohon gaharu mudah untuk dibudidayakan warga, karena pohon ini sebagai tanaman sela atau dalam kata lain gaharu bukan sebagai tanaman pokok. Dengan begitu hasil yang didapat akan lebih banyak karena selain menanam tanaman pokok petani juga akan mendapat keuntungan dari menanam tanaman gaharu.

Petani umumnya merasa kesulitan mengelola pohon gaharu yaitu ketika memasuki masa produksi gaharu. Yaitu ketika pohon siap di suntik sampai dengan masa penyulingan. Teknologi untuk produksi yang terbatas menjadi alasan mengapa masih banyak petani yang memercayakan proses inokualasi sampai penyulingan kepada pihak lain terutama para pemilik modal. Jika petani sudah mampu dan mengetahui cara-cara produksi mulai dari penyuntikan sampai dengan penyulingan maka akan semakin mendatangkan keuntungan yang semakin besar. 

Petani gaharu perlu mendapat penguatan terutama agar mereka dapat mendapat keuntungan yang besar dari sistem produksi gaharu. Berbagai macam cara sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun oleh instansi terkait. Penguatan tersebut yaitu mengenai pelatihan budidaya, penyuntikan jamur, cara carving, hingga proses penyulingan untuk mendapat minyak gaharu. Perlu untuk diketahui bahwa harga gaharu di pasaran pada tahun 2013 di Papua Nugini sebesar $560 per kilo, di Thailan perkilo gaharu mencapai harga $ 2.000, sedangkan untuk harga minyak sendiri mencapai $ 15.000 per kg (Lutfi A, et.al.). Dengan potensi sumberdaya yang sudah ada, kesempatan untuk mendapat keuntungan dari sistem produksi gaharu sudah didepan mata. Sekarang yang terpenting adalah mendapatkan teknologi tepat guna yang mampu mengolah gaharu menjadi barang bernilai tinggi.

Dengan masih tingginya permintaan gaharu terutama dari negara-negara timur tengah dan negara-negara Asia Timur harus di manfaatkan sebaik mungkin agar peluang tersebut tidak terbuang percuma.  Peluang tersebut terutama dapat di manfaatkan dengan memberikan dukungan untuk petani yang berada di perdesaan. Dukungan dapat diberikan dalam bermacam-macam bentuk terutama agar terdapat keadilan diantara petani. Dengan begitu petani akan terus bersemangat dalam menanam pohon tersebut.



Biji dan daun pohn penghasil gaharu


Pohon gaharu dari jenis gyrinops yang masih muda. Pohon ini menjadi pohon sela

Biji gaharu dari jenis gyrinops yang sudah pecah dan siap untuk disemaikan

penampakan daun gaharu dari jenis gyrinop dengan gambar dua sisi

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo