Kamis, 16 Agustus 2018

Bencana dan Hasrat Berbagi Kepedulian dengan Sesama (KagamaHut Berbagi)

Gempa Lombok yang terjadi pada Bulan Juli serta gempa susulan di Bulan Agustus 2018 yang kekuatannya tidak kalah besar dengan gempa pertama telah meluluhlantakan kehidupan masyarakat. Penduduk pulau tidak dapat lagi ber aktivitas dengan tenang karena sering diancam oleh gempa-gempa baru yang besar. Gempa besar pertama terjadi dalam skala 6 richter, gempa besar kedua terjadi dengan skala 7 richter, dan gempa besar ketiga terjadi dengan skala 6,4 richter. Hal ini membuat kerugian materil dan non materil.

Kerusakan akibat gempa lumayan parah, karena terdapat puluhan ribu rumah yang tidak dapat digunakan lagi dengan rincian roboh dan akan roboh. Fasilitas umum bidang kesehatan, pendidikan, dan perekonomian terganggu dengan adanya gempa besar ini, banyak aktivitas diluar rumah terhenti, waktu lebih banyak dihabiskan di tempat-tempat pengungsian. Tempat pengungsian menjadi rumah yang nyaman ketika rumah asli mengancam jiwa karena akan roboh dan lain sebagainya. Lapangan dan tempat terbuka ibaratnya adalah surga yang nyaman yang memberikan ketenangan kepada para korban gempa. Dari sinilah warga lebih menghayati akan arti hidup sebenarnya. Hotel bintang lima yang sangat nyaman tidak akan dapat memberi kenyamanan yang luar biasa ketika ketika bumi bergoyang kencang dan akan kalah nyaman dengan hanya tidur di lapangan beralaskan tikar. Khawatir dengan keselamatan diri dan orang-orang terdekat memicu mereka berkumpul dalam satu tanah lapang yang aman. Ada yang pernah bilang di medsos bahwa ini cobaan, atau ada juga yang bilang ini adalah azab, atau ada yang bilang apalah, yang namanya bencana ya baiknya lebih memikirkan ini adalah penderitaan kita bersama, kita lah yang menanggung semua ini. Kita juga harus berbagi kebahagiaan kita dengan orang lain, kita pun harus terima ketika orang lain berbagai kesedihan dengan diri kita.

Trauma jelas ada dan dialami oleh sebagian besar masyarakat yang berada di Pulau Lombok. Yang Saya takutkan adalah trauma berkepanjangan akan membawa pengaruh buruk kepada siapa saja yang merasakan gempa. Orang yang mengalami trauma biasanya kurang produktif dalam bekerja karena dalam pikirannya memiliki kecurigaan yang amat besar terhadap sesuatu dengan potensi bahaya terhadap dirinya sendiri. Dalam jangka yang relatif pendek trauma diibaratkan adalah hantu terhadap sesuatu, dalam hal ini setiap ada gempa walaupun kecil skalanya akan berdampak pada emosi korban gempa. Dalam jangka yang relatif lama trauma akan terhenti dengan sendirinya seiring dengan masuknya banyak informasi yang masuk ke dalam pikiran para korban gempa, masuknya banyak informasi akan membuat informasi tentang gempa yang sudah tertanam didalam pikiran korban gempa menjadi kalah bersaing dengan informasi yang lebih up to date.

Mengingat truma dalam jangka pendek  menimbulkan banyak masalah, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meringankan beban para korban adalah dengan cara membantu kebutuhan yang dibutuhkan pasca gempa. Jenis kebutuhan ini adalah kebutuhan darurat artinya adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh sebagian besar korban pada saat itu juga. Contoh kebutuhan darurat antara lain bahan pangan, pakaian, dan obatan.

Untuk meringankan korban gempa yang terjadi di Lombok, Kagamahut NTB (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Kehutanan Nusa Tenggara Barat) mengadakan penggalangan dana sekaligus membeli kebutuhan bantuan untuk disalurkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Inisiasi ini sebagai gerakan moral untuk merasakan penderitaan korban gempa sekaligus berusaha meringankan beban korban gempa dengan bantuan yang dirasa dibutuhkan para korban. Penggalangan dana dilakukan oleh anggota Kagamahut diseluruh Indonesia. Kami tahu bahwa bencana kemanusiaan tidak mengenal batasan teritori, kami adalah Indonesia ketika ada saudara kami yang berada di lain pulau merasakan penderitaan, maka kami pun berusaha untuk meringankan beban mereka tanpa embel-embel latar belakang kami.






Kagamahut NTT juga ikut memberi bantuan kepada para korban gempa

















Rabu, 18 Juli 2018

Artis Masuk Dunia Politik

Dalam dua dekade ini dunia politik di Indonesia diramaikan dengan fenomena artis yang ramai-ramai masuk kedunia politik. Beberapa artis sudah mapan di kursi legis latif maupun eksekutif. Lihat saja Dedy Mizwar, Rano Karno, Pasha Ungu, Miing, Ahmad Dhani, dan masih banyak yang lainnya.

Menurut Saya ini bukan fenomena yang biasa dalam dunia keartisan dan politik, ada saling keterkaitan antara semaraknya artis berpolitik dengan beberapa fenomena antara lain :

1. Berkurangnya pendapatan dari pekerjaan keartisan.

Dalam dua dekade terakhir ini, pendapatan artis dari music boom sudah sangat berkurang seiring dengan perkembangan dunia teknologi dan informasi. Tidak mampu nya dunia hiburan Indonesia dalam mengimbangi perkembangan teknologi menjadikan mereka tersisih dengan sendirinya. Sekarang ini orang sudah tidak susah dalam mendapatkan lagu favorit mereka. Dengan fasilitas internet, berbagai macam lagu dapat dinikmati dimana dan kapan saja, biasanya yang menikmati teknologi ini adalah dikaitkan dengan manusia milenial. Para manusia milenial ini tidak hanya menikmati musik lokal, akan tetapi cakupan nya sudah  global. Musik yang berasal dari belahan dunia yang terpencil pun akan dapat didengarkan, sehingga masyarakat milenial memiliki banyak waktu luang untuk menikmati musik yang berasal dari belahan bumi mana saja. Akibatnya adalah waktu yang digunakan untuk mendengarkan musik lokal menjadi berkurang, waktu dapat saja dialihkan untuk mendengarkan musik yang bermacam.

Jika melihat menggunakan perhitungan ekonomi maka telah terjadi penurunan permintaan dari pasar akan musik lokal yang cukup sangat signifikan. Akibatnya beberapa artis kehilangan pendapatan yang besar dari ceruk pasar musik ini. Ini berarti juga industri yang menyertainya ikut terpengaruh kehilangan pendapatan yang besar. Manusia milenial dalam menikmati musik tidak lagi mengeluarkan uang untuk pergi ke toko kaset, akan tetapi mereka mengisi pulsa gadget mereka dengan kuota internet agar handphone mereka dapat terkoneksi dengan website atau aplikasi penyedia konten musik.

Sebagai contohnya adalah beberapa rumah produksi musik yang menjadi pabrik musik mengurangi omzet produksi atau bahkan ada yang gulung tikar. Sekitar tahun 2000 an masih banyak rumah produksi musik yang beriklan di televisi dan berbagai media iklan yang menawarkan album buatan mereka bersama dengan artis idaman, akan tetapi sekarang ini hal tersebut menjadi aneh dilakukan karena mungkin mereka berpikir bahwa pasar yang akan dituju kedepan nya belum jelas. Kondisi saat ini tentang musik mirip dengan dunia film Indonesia pada dekade 90 an, mati suri.

Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi hal tersebut saya rasa belum mencapai titik yang menggembirakan. Pemerintahan Presiden Joko Widodo membentuk Badan Ekonomi Kreatif, salah satu bidang yang menjadi konsentrasi nya adalah di bidang musik. Akan tetapi sampai saat ini gebrakkan nya menurut saya belum menggembirakan secara signifikan dalam bidang musik, karena dunia musik di tanah air masih lesu. Badan tersebut diisi oleh orang-orang yang dekat sekali dengan dunia keartisan, akan tetapi mereka masih seperti kebingungan mencari formulasi tepat untuk menyelesaikan masalah dibidang dunia musik tanah air.

2. Partai Politik Tidak Ingin Kehilangan Suara Dari Pemilih Milenial

Jika dibedakan dari sisi yang melatarbelakangi mengapa pemilih memilih  maka saya akan membagi menjadi dua, pertama adalah pemilih yang memang karena kebutuhan ideologi dan yang kedua adalah pemilih yang masih berubah karena beberapa faktor. Untuk pemilih yang pertama maka Saya akan mengatakan bahwa pemilih karena faktor ideologi akan menentukan pilihannya pada pemilu secara rasional berdasar tujuan partai karena kesamaan visi misi tentang gambaran masyarakat yang diinginkan jika partai yang diusung menang. Sedangkan untuk pemilih yang kedua adalah pemilih yang akan menentukan pilihan berdasarkan feeling dan situasi. Kebanyakan pemilih model ini tidak begitu peduli dengan keadaan negara secara keseluruhan. Bisa jadi karena faktor pergaulan yang mengharuskan mereka untuk tidak terlibat dalam dunia politik secara intensif. Pemilih milenial biasanya adalah orang muda yang sedang belajar tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat negara. Kebanyakan pemilih milenial adalah pemilih yang sudah melek teknologi informasi dan sekaligus mereka adalah orang yang terlibat aktif didalamnya adalah sebagai media mencari hiburan semata, seperti media sosial, mendengarkan musik, menonton film, dan hanya sekedar mencari hiburan yang lainnya.

Untuk menjaring suara pada pemilih tipe yang kedua tersebut salah satunya adalah dengan menerjunkan artis-artis yang dianggap populer agar pada hari pemilihan suaranya diarahkan pada artis tersebut. Masih banyak pihak yang mempertanyakan kemampuan artis-artis ini terkait dengan tugas-tugas dibidang legislatif dan eksekutif yang berat, tapi toh itu tidak menjadi masalah, nanti juga bisa dipelajari. Artis menjadi magnet yang ampuh dalam meraih suara dalam jumlah yang besar. Beberapa keberhasilan yang sudah diraih dalam beberapa pemilu terakhir membuktikan betapa efektif untuk menggunakan artis menjadi gayung untuk mencari suara.

Menurut saya jika keadaan seperti ini dibiarkan oleh partai-partai di Indonesia ada kemungkinan untuk timbulnya matinya partai-partai secara ideologi, karena partai-partai akan diisi oleh orang yang kurang tahu ideologi partai yang akan diusung. Partai-partai akan kehilangan identitas dasar yang akan diperjuangkan oleh kader-kader nya. Sehingga dalam bekerja akan terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang sedang berjalan.

Secara kuantitatif caleg artis akan mendatangkan pundi-pundi suara yang banyak untuk partainya, sehingga pada perhitungan di tingkat nasional akan menjadi modal yang besar untuk bertarung dengan partai-partai yang sudah mapan untuk meraih kursi di DPR. Menurut Saya ini adalah untuk mencari kekuasaan pada periode yang singkat. Jika hal ini dibiarkan dalam waktu yang lama, ada kemungkinan haluan ideologi partai berubah tidak lagi sesuai dengan ideologi ketika masa-masa kelahirannya.
Gambar ilustrasi. Pemilih milenial banyak memanfaatkan ruang publik untuk mencari kesenangan pribadi


Kamis, 05 Juli 2018

Menjadi Kuat Karena Latihan, Pengalaman pribadi ketika berwisata ke Bukit Tunak

Saat berada di sebuah tempat di wilayah selatan Lombok tepatnya di wilayah Gunung Tunak, Saya mencoba untuk mengunjungi ke setiap sudut yang kiranya memiliki pemandangan yang bagus. Pertama-tama, Saya mengunjungi pantai yang berada di bagian bawah. Pantai ini mudah diakses karena berada di jalur utama ke Bukit Tunak. Ketika berada dipantai ini, mata kita dimanjakan dengan pemandangan yang begitu memesona. Pasir putih yang terhampar di pantai dengan kira-kira sepanjang satu kilo meter memberi kesan kita berada di lokasi yang indah. Pantai tersebut diapit diantara dua tebing yang juga kelihatan indah. Bukit yang berada disisi sebelah kanan tidak begitu tinggi akan tetapi struktur batuan nya terliat seperti ukiran indah yang patut untuk menjadi objek foto yang menarik. Tebing di sebelah sisi yang lain yaitu disebelah kiri terlihat lebih tinggi, dan di atasnya terlihat hijau karena memang diatas tebing ini tumbuh jenis-jenis semak dan alang-alang. 

Saya kemudian beranjak berjalan ke arah tebing sebelah kiri, kaki dan badan harus siap dengan segala risiko yaitu menanjak. Walaupun tidak ada bandingannya dengan tingginya Gunung Rinjani akan tetapi bagi pemula tanjakan seperti itu seperti berjalan diatas lumpur sambil membawa beban tas keril yang berat. Sebagai pemula saya tidak terlalu memperdulikan seberapa tingginya bukit yang saya daki, toh di bawah ada orang yang jual kelapa muda, atau berbagai jenis minuman yang menyegarkan. Saya bisa memesan kapan saja untuk diminum sampai hilang lelah.

Dari atas bukit itu, Saya dapat melihat pemandangan dengan sudut pandang yang lebih luas. Setiap detail sisi terutama dibagian dataran rendah dapat terlihat dengan jelas, termasuk pantai indah dengan garis pasir putih yang berada di bagian bawah. Ketika berada di bagian atas ini, mata saya melihat seolah Saya sebagai elang yang sedang terbang di angkasa yang sedang mengincar mangsa. Hati tertuju pada sebuah menara yang berada di sebelah timur dari bukit. Hati penasaran karena ingin tahu ada apa di sana. Kaki gatal dan mulai melangkah menuju objek yang terbuat dari cor-coran besi baja itu. Dari kejauhan terlihat beberapa orang yang berada disekitar sana, sepertinya mereka juga turis seperti saya yang sedang berdamai dengan alam. Ukurannya terlihat kecil, dan saya berprasangka saya dapat menaiki menara tersebut. Saya membayangkan akan mengambil gambar dari atas menara yang mungkin akan terlihat sangat bagus, dan Saya anggap sebagai foto yang wah jika Saya dapat mengambil gambar dari atas.

Ketika Saya sampai di sana, ada beberapa orang yang bersamaan akan ikut naik keatas menara. Saya kira mereka adalah satu rombongan keluarga yang sedang berlibur disana, tapi ternyata dugaan saya tersebut tidak semuanya benar. Ada beberapa rombongan yang mungkin berlainan grup ketika itu berada disana. Keindahan Bukit Tunak mungkin sudah terkenal hingga membuat banyak orang berkunjung kesini. 

Berdiri disamping bawah menara tiba-tiba saja angin berhembus kencang, sehingga yang terdengar adalah suara angin yang  begitu nyaring di telinga. Hal ini dikarenakan sekeliling tidak ada benda yang mampu menahan angin menabrak tubuh Ku ini. "Wuuusss wuuuuuuuusssss" begitu nyata terdengar di telinga. Saya mulai menggerakkan kaki menginjak tangga yang paling dasar, akan tetapi kelihatannya kaki Saya terasa bergetar, tangan saya lemas, dan yang jelas mental Saya merasa was was. Beberapa waktu kemudian beberapa anak tangga berhasil Saya lewati dengan perasaan yang cemas. Untuk melewati satu anak tangga harus ekstra hati-hati karena angin bertiup sangat kencang yang dapat membuat orang terjatuh jika tidak konsentrasi. Syukur sekali dapat sampai di lantai satu. Ingin aku lanjutkan lagi melangkah naik ke lantai dua. Tantangan ini karena saya melihat ada objek foto yang bagus yang dapat dihasilkan di lantai dua, yaitu pemandangan bukit disamping menara. Semakin keatas angin semakin kencang. Suara angin bergemuruh menyerbu tubuh Ku. 

Dengan perasaan ragu, Saya berusaha naik keatas agar cepat sampai. Ternyata semakin keatas langkah kaki semakin berat. Selain mengangkat gaya gravitasi, kaki dan tangan saya juga menahan dari gempuran angin pantai yang tergolong berat. Kira-kira pada anak tangga yang ketiga langkah ku terhenti. Maksud hati ingin ke lantai dua malah tertahan di tengah-tengah antara lantai satu dan dua. Ahhh ya sudahlah Saya memutuskan untuk turun kembali lagi ke lantai satu. Beberapa foto saya hasilkan dari lantai satu, walaupun hasilnya kurang puas tapi lumayan lah kalau di edit di Photoshop, saya selalu bersyukur karena itulah pencapaian terbaik yang pernah saya perbuat disana. Ancaman yang menghadang diatas menjadi pembatas untuk meraih puncak menara. 

Saya tidak sedih dan menyesal karena tidak mencapai puncak, tapi toh Saya di lantai satu dapat  memoto sekeliling yang mungkin tidak kalah menariknya dengan pemandangan dilantai atas. Akan sangat membahayakan jika Saya berusaha naik ke lantai yang ada diatas. Saya sendiri juga heran, kenapa ketika pertama kali melihat menara Saya kira dapat naik keatas, akan tetapi ternyata ketika sampai di lokasi keadaan berkata lain. Kondisi riil di lapangan sangat berbeda dengan apa yang Saya pikirkan sebelumnya. Jika kondisi sebelumnya yang Saya bayangkan tentang menara adalah Saya dapat menaiki dengan mudah tanpa ada halangan yang berarti, dan ternyata Saya harus mengubur keinginan  tersebut. Mungkin suatu saat nanti Saya akan mencobanya lagi setelah mental Saya tumbuh lebih kuat dan lebih berani.

Makna yang ingin Saya sampaikan dari tulisan diatas adalah : ternyata apa yang saya pikir untuk naik keatas menara adalah hal yang mudah ternyata tidak demikian adanya. Mencoba untuk naik ke menara adalah bagus. Hal ini untuk mengetahui dimana posisi kemampuan kita dapat maksimal naik ke menara. Jika terdapat kekurangan yang harus diperbaiki karena tidak dapat naik menara maka kita dapat memperbaikinya di kemudian hari. Misalnya hari ini kita cuma dapat sampai lantai dua, maka jika kita merencanakan lagi,  kunjungan berikutnya dapat menaiki lantai dua. Akan tetapi harus ada usaha dengan latihan dan semangat agar Kita dapat mencapai keatas menara.

Kemampuan tertentu selain karena faktor bakat juga ada faktor latihan. Orang yang berbakat kalau tidak pernah dilatih maka bakatnya tersebut hanya menjadi bakat yang terkubur. Sebaliknya, jika orang yang tidak berbakat namun sering latihan maka latihan tersebut menjadi kebiasaan untuk menjadi berbakat.



Rabu, 06 Juni 2018

Tempat Wisata Di Jalur Pantai Selatan Jawa (Kebumen) yang Keren

Jalur Pantai Selatan (Pansela) Jawa atau Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di wilayah Kebumen, Jawa Tengah memiliki banyak objek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Selagi berkendara di wilayah Kebumen, jangan lupa untuk menengok beberapa keindahan tempat wisata kekinian yang instagramble. Sebagian besar wilayah wisata berada di wilayah pantai, tapi ada juga tempat wisata yang berada di pegunungan. Berikut beberapa tempat yang Kami pilih dari berbagai macam akun instagram @explore_kebumen, @kebumenkeren

1. Bukit Sianco, Ayah


2. Hud Hill
3. Mangrove, Ayah
4. Watubale, Pasir
5. Sawangan Adventure, Ayah
6. Lampon
7. Bukit Pentulu Indah
8. Waduk Sempor
9. Curug Widoro Payung
10. Pantai Lembupurwo, Mirit
11. Bukit Jerit
12. Sikayu, Buayan
13. Goa Petruk
14. Sempor
15. Pantai Surumanis
16. Tanjung Karangbata
17. ALun-alun Kebumen
Sebuah kiriman dibagikan oleh Kebumen Keren (@kebumenkeren) pada
18. Puncak Brujul
19.
20. Benteng Vandervijk



21. Jembangan Wisata Alam



Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo