Jumat, 29 November 2013

Melukis Dengan Hati

Suatu hari ketika berada di kapal penyeberangan antar-pulau, Saya tidak biarkan momen terbuang secara percuma. Mengabadikan alam dengan photo akan banyak memberikan inspirasi di masa yang akan datang. Itulah seninya memotret. Apalagi, Saya belum tentu berada di kapal tersebut untuk waktu yang akan datang. Kata orang bilang, rejeki tidak datang dua kali. Meskipun kata tersebut banyak salahnya, mengikuti kata hati saya rasa itu jawaban yang tepat untuk hal ini . Mengambil gambar dengan kamera memberi pengalaman batin yang tidak akan berhenti sampai di situ. Ingin suatu hari melakukan pengalaman yang menantang, dimana ada hal baru yang bisa diabadikan. Setiap momen memiliki kesulitannya masing-masing. Semakin banyak belajar maka akan semakin kita terlatih untuk menangani masalah. Memotret itu gampang-gampang susah. Gampang jika kita melakukannya dengan kesungguhan hati. Susah jika kita tidak memiliki hasrat. Saya rasa itu merupakan kata-kata yang universal untuk setiap bidang. Bagaimana tidak, orang bilang hati lebih kuat dibanding dengan pikiran. Hati-lah yang mengontrol pikiran. Pekerjaan yang dilakukan dengan pikiran akan kurang memberi hasil yang baik. Tetapi apabila dikerjakan dengan hati, pekerjaan akan ringan.

Memotret pada cermin sehingga, fotografer ikut terambil gambarnya
Kapal yang tengah bersandar




Rabu, 25 September 2013

Batu Payung Lombok, Payung Keras Dari Lombok

Batu Payung di Pulau Lombok. Pemandangan lumayan bagus. Bisa cuci mata. Saat kesana, angin bertiup kencang. Tapi enak, kan Lombok kadang panasnya luar biasa.

Batu Payung belum begitu terkenal di kalangan masyarakat Lombok. Mungkin, tempat tersebut belum lama ditemukan. Dilihat dari posisi memang tidak ada yang mengira kalau di tempat tersebut terdapat batu besar yang mirip dengan payung. Dari pandangan mata, pengunjung kebanyakan adalah warga lokal. Hal ini bisa diketahui dari wajah-wajah pengunjung yang menunjukan warga Lombok. Kalau ada orang luar itu sedikit sekali.

Untuk melihat apakah itu orang luar atau orang lokal yaitu dengan melihat fisik dan tingkah laku dari pengunjung. Warga lokal bisa diketahui dari gaya bicara, dan kulit muka menunjukan ciri "Lombok Banget". Dan sikap saat berada di sana seolah mereka sudah pernah berkunjung sehingga raut muka maupun gerakan tubuh tidak menggambarkan kalau sedang merasa penasaran. Sedang pengunjung dari luar bisa dilihat dari kulitnya yang menunjukan aura luar Lombok, gaya bicara menunjukan orang Jawa atau nasional. Dan tingkah laku selama disana menunjukan rasa penasaran yang luar biasa.

Ada lagi yang menunjukan kalau orang itu dari Lombok yaitu kendaraan yang digunakan. Mungkin ada pertanyaan bisa jadi menyewa atau pinjam motor milik orang lain. Orang Lombok biasanya menggunakan motor dan dilakukan secara rombongan. Sangat aneh jika orang yang baru masuk Lombok terus menggunakan plat nomor Lombok dan berangkat secara rombongan. Ciri yang menunjukan orang luar bisa dilihat dari motor yang digunakan merupakan kendaraan sewa. Kendaraan sewa memiliki ciri khusus seperti terdapat tempat untuk  alat surving, biasanya bule-bule luar. Atau orang luar yang data ke Lombok dalam jumlah besar biasanya menyewa mobil.

Untuk menuju tempat ini, pengunjung bisa menggunakan dua jalur. Jalur pertama adalah dengan menyewa perahu kecil milik nelayan setempat. Sedang jalur kedua adalah dengan berjalan kaki.

Harga sewa untuk perahu kecil yaitu sekitar Rp 100.000,-. Biasanya pengunjung dibatasi oleh waktu selama satu jam. Pengunjung akan diajak berpetualang melintas ombak yang kadang-kadang besar. Dengan menyewa perahu kecil berarti pengunjung telah memberi nafkah kepada pemilik kapal agar dapur mereka tetap mengepul. Perlu diketahui juga bahwa sebagian besar warga sekitar Tanjung Aan dalam kondisi miskin. Ada baiknya pengeluaran diberikan kepada orang yang telah memberikan jasa wisata kepada Kita terutama kepada warga yang masih miskin.
Untuk menuju Batu Payung dengan berjalan kaki, pengunjung harus berjuang mengarungi ganasnya ombak, mendaki atau menuruni bukit yang kadang malah mengasikan

Jika pengunjung ingin berjalan kaki, jarak dari tempat parkir ke Batu Payung sekitar satu kilo. Sedangkan waktu yang diperlukan sekitar setengah jam perjalanan. Jalur yang dilewati begitu terjal. Harus berhati-hati karena Kita melewati pinggiran pantai yang tergenang. Kadang, ombak besar datang secara tiba-tiba.


Jumat, 30 Agustus 2013

Jembangan Wisata Alam, Destinasi Wisata Baru di Kebumen

Saya sebelumnya tidak ada rencana untuk pergi ke Jembangan Wisata Alam. Waktu itu siang hari sekitar pukul 10 WIB. Saya yang baru datang dari luar kota  dan kakak saya  juga  baru datang dari Jakarta yang masih merasa kalau kaki dan badan masih betah tinggal di tempat tidur. Matahari yang sudah naik dan memberi panas bagi orang di Bumi. Pingin jalan-jalan tapi ke tempat yang sejuk. Adik Saya mengusulkan untuk mengunjungi lokasi di wilayah Jembangan. Saya langsung teringat ternyata ada tempat yang berada di arah utara dari rumah Kami di Desa Tanjungsari, dan Kami pun secara tiba-tiba mau berkunjung ke Jembangan Wisata Alam. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Saya dan Saudara Saya untuk bersiap-siap menuju kesana. Jarak dari rumah hanya sekitar 7 Kilo. Akses menuju Jembangan sekarang sudah mudah. Motor, mobil, dan bahkan sepeda ontel pasti mudah untuk kesana.

Kami memutuskan untuk menggunakan dua motor. Saya harus mengisi bensin dulu di warung. Hal ini biar aman saja. Takut kalau bensin habis di tengah sawah. Motor sudah mendapat bensin, hati menjadi nyaman. Perjalanan Kami lanjutkan. Jarak 7 Kilo Kami tempuh sekitar 1/4 jam. Waktu itu Kami niat kan untuk tidak menarik gas terlalu cepat, agar tidak cepat sampai. Kami juga sembari menikmati pemandangan selama perjalanan. Kami begitu menikmati perjalanan. Persawahan, rumah penduduk, sungai dan kebun-kebun menjadi makanan untuk mata Kami. Sesekali Kami bersimpangan dengan dokar yang sudah mulai langka di jalan di dekat rumah Kami. Matahari memberi cahaya yang begitu terik ke aspal di jalan. Aspal hitam memberi panas kepada setiap siapa saja yang lewat. Di beberapa titik, aspal terkelupas, sehingga kami harus berjalan zig-zag untuk beberapa saat.


Sebenarnya, Saya sudah bertahun-tahun lewat jalan itu. Sejak Saya kecil, Ayah maupun Ibu  sering membonceng Saya pakai sepeda baik untuk pergi ke rumah Saudara maupun ketika sekali-kali mengajak Saya pergi mengajar. Ternyata sudah banyak perubahan yang terjadi. Dulu ketika antara Tahun 1990 sampai dengan Tahun 1995-an, jalan mulai dari Mudal di Desa Poncowarno kearah timur seperti Desa Silumbu, Desa Jembangan, Desa Karang Tengah, Desa Kebapangan, Desa Kedung Dawa, dan Desa Tegalrejo berupa jalan makadam. Jalan dibuat dengan mengeraskan menggunakan batu-batu besar, sehingga sepeda sulit lewat. Tapi sekarang semua sudah berubah. Jalan sudah halus karena sudah di aspal. Sekarang hanya perlu perawatan saja, untuk menjaga jalan dari lubang-lubang kecil.


Sesampainya di depan pintu masuk, petugas penjaga karcis menyodorkan karcis masuk seharga Rp 5.000 an, Setelah itu kami melaju lurus kearah waduk. Kami mencari tempat yang pas untuk parkir, adik Saya mengusulkan agar parkir motor di dekat dengan penyewaan kapal bebek. Selain tempatnya strategis, menurut adik Saya, parkir motor disana memudahkan pengawasan. Setelah beberapa waktu kami lalui dengan duduk-duduk di bangku dermaga.


Jembangan adalah nama sebuah desa di Kecamatan Poncowarno, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Ia sekarang menjadi tempat yang ramai karena warga Kebumen dan sekitarnya menjadikan Jembangan sebagai destinasi wisata alam. Pariwisata diharap mampu mendatangkan kesempatan bagi warga Jembangan untuk mendulang penghasilan melalui pengusahaan pariwisata.




Orang menyebutnya perahu ontel ada juga yang menyebut perahu bebek merupakan salah satu wahana yang banyak diminati pengunjung untuk menikmati keindahan lingkungan disekitar Jembangan Wisata Alam


Ini adalah salah satu pemandangan yang bisa dilihat dari tengah danau menggunakan perahu ontel


Ini adalah salah satu pemandangan yang dapat dinikmati dari dalam perahu ontel


Burung bangau banyak bersarang di sekitar danau terutama pada pohon-pohon bambu

Dalam sejarahnya, Bendungan Pejengkolan yang membendung air dari Waduk Wadaslintang dibuat akhir tahu 80 an. Proyek tersebut banyak mengganti rugi lahan milik warga. Setelah jadi, Bendungan Pejengkolan banyak membantu petani dalam mengairi sawah. Sehingga dalam satu tahun, petani diwilayah yang dialirinya mampu tanam sebanyak dua sampai tiga kali.

Gapura berbentuk joglo
Wisata Jembangan dibuat atas inisiatif dari orang yang mengerti tentang potensi waduk dijadikan sebagai daerah wisata. Daya tarik yang dimiliki oleh Jembangan sebagai objek wisata adalah air yang dibendung oleh Bendungan Pejengkolan yang mampu menahan air dalam jumlah besar hingga menimbulkan genangan seperti danau. Ditambah lagi dengan pemandangan perbukitan yang tentunya menjadikan tempat ini semakin asri. Selain itu, di tempat ini juga terdapat kebun binatang yang memiliki berbagai macam koleksi satwa. Fasilitas lain yaitu perahu bebek, perahu naga, taman bermain anak, dan ATV. Ada berbagai macam potensi yang perlu dikembangkan. Dengan melihat contoh-contoh daerah wisata yang sudah terkenal misalnya Bali, menurut Saya perlu ada fasilitas untuk tempat menginap, atau penambahan perahu kano atau flying fox.

Untuk memperbaiki wisata mungkin perlu dilakukan penataan yang lebih baik agar wisata di Jembangan semakin berkembang antara lain dengan (1) menjelaskan tanggung jawab masing-masing pihak dalam pengelolaan wisata seperti masyarakat, swasta, pemerintah, LSM dsb, (2) menambah lebih banyak lagi jenis atraksi wisata misalnya water boom dsb, (3) membangun jaringan dengan pengelola wisata lain di sekitar Kebumen, Jogja, bahkan Jawa Tengah secara umum agar semakin banyak dikunjungi oleh masyarakat di luar kabupaten, (4) membangun citra wisata Jembangan lewat berbagai macam pameran, (5) meningkatkan kualitas akses menuju tempat wisata misalnya menjaga jalan tetap baik agar mudah dilalui pengunjung, (6) pihak terkait aktif memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar wisata agar mendukung terselenggaranya wisata misalnya sering dilakukan bersih desa agar desa terlihat bersih, rapi dan menarik, (7) masyarakat sekitar diberikan pelatihan seni misalnya membuat cendera mata, (8) menjaga nama baik tempat wisata terutama dari sisi keamanan dan kesopanan, (9) mengembangkan wisata kuliner dengan melatih penduduk lokal atau dengan mendatangkan orang yang ahli tentang bisnis makanan untuk lebih banyak menarik pengunjung.





Pengunjung juga bisa menyewa perahu bebek
Jika Anda ingin berkunjung ke tempat ini, caranya gampang. Jarak dari Kota Kutowinangun sekitar tujuh kilo kearah utara. Sedangkan jarak dari Kota Kebumen sekitar 17 KM kearah timur. Akses jalan sudah bagus. Untuk transportasi, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi, karena tidak ada angkutan umum.


Lihat Peta Lebih Besar






Perahu naga digunakan untk berkeliling menikmati Wisata Jembangan







Tempat yang asyik untuk menikmati makanan di Wisata Jembangan





Orang boleh manaiki ATV dengan membayar uang kepada pengelola


Tempat duduk untuk menikmati pemandangan 


Kebun binatang di Taman Wisata Jembangan


Jumat, 23 Agustus 2013

Kesenian Tek-tek di Kebumen

Kesenian tek-tek merupakan kesenian tradisional kontenporen. Kesenian tersebut memadukan gerakan, alat musik, dan busana yang menarik. Alat yang digunakan berupa angklung yang mampu mengisi lagu. Bunyinya secara kasat telinga ada suara tek-tek yang berasal dari bambu yang diolah dan diatur sedemikian rupa hingga menimbulkan nada.


Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo