Kamis, 02 Januari 2014

Pengusahaan Madu Hutan

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan komoditas yang penting terutama untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Luas hutan Indonesia yang begitu besar memiliki potensi pengembangan HHBK. Masih banyak jumlah penduduk miskin disekitar hutan akan mengancam kemberadaan hutan itu sendiri baik sebagai fungsi lindung maupun fungsi konservasi.

Kementerian Kehutanan telah menetapkan sebanyak 558 jenis HHBK, dimana dari semua HHBK yang  ada, ada lima yang menjadi unggulan yaitu bambu, sutera alam, lebah madu, gaharu dan rotan. Penetapan tersebut berdasarkan ekonomi, biofisik dan lingkungan, kelembagaan, sosial, dan teknologi. Salah satu HHBK unggulan tersebut yaitu madu. Madu merupakan HHBK yang dihasilkan di hutan-hutan di Indonesia


Hutan sebagai sumberdaya hayati dimana lebah Apis Dorsata membangun sarang dan membuat madu


Masyarakat sekitar hutan dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut dengan mengambil madu
Begitu besarnya permintaan madu menjadi peluang bagi pengusahaan madu khususnya madu hutan. Sekarang ini antara permintaan tidak sebanding dengan penawaran. Indonesia masih kekurangan stok madu yang begitau besar. Masyarakat menjadikan madu karena manfaat antara lain sebagai bahan pangan, dan obat. Peluang bisnis yang begitu besar dalam pengusahaan madu mendorong beberapa kalangan yang sudah malang melintang di dunia permaduan Indonesia membentuk wadah dalam asosiasi. Tentunya hal tersebut akan menjadikan pengusahaan madu menjadi usaha yang dikelola dengan kebersamaan diantara para anggotanya.

Madu yang telah di panen oleh petani dari dalam hutan
Untuk mendapatkan madu dengan kualitas yang baik maka dilakukan pengolahan. Hal yang dilakukan dalam pengolahan misalnya penyaringan, dan kemudian memasukan madu kedalam wadah yang bagus sehingga akan mudah untuk menarik konsumen.

Madu ditampung oleh pengepul yang dibeli dari petani


Hasil madu hutan yang diolah untuk dijual ke kota-kota besar
Harga madu bervariasi sesuai musim. Saat musim madu, harga cenderung turun. Sedangkan saat madu langka harga cenderung untuk naik. Pada saat harga naik petani merasakan manfaat dari usaha yang telah mereka lakukan. Perjuangan mencari madu merupakan perjuangan hidup dan  mati. Betapa tidak, untuk pergi kedalam hutan seorang petani madu harus berjuang sekuat tenaga melawan maut yang menantang didalam hutan. Mulai dari banyaknya hewan buas, medan yang ekstrim sampai dengan resiko jatuh dari pohon. Untuk itu kita tidak ada salahnya  untuk membeli madu hutan dengan harga yang pantas




Selasa, 03 Desember 2013

Surga Kecil


Tanah Air
By: Ibu Soed
Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negeri kujalani
yang mahsyur permai di kata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalah ku rasa senang
Tanah ku tak kulupakan
Engkau kubanggakan

Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuharga


Jika Kita menghayati lagu yang diciptakan Ibu Sud dengan baik maka akan ada rasa gejolak dari dalam hati untuk mensyukuri karena Kita telah memiliki tempat yang nyaman untuk ditinggali yakni bumi nusantara. Namun apabila lirik lagu tersebut dirubah menjadi sebagai berikut

Rumah ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Rumah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negeri kujalani
yang mahsyur permai di kata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalah ku rasa senang
Tanah ku tak kulupakan
Engkau kubanggakan

Rumah ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Rumah ku yang kucintai
Engkau kuhargai


Jika kata "tanah air" diganti dengan kata "rumah" maka akan teringat rumah di kampung yang tidak akan pernah dilupakan. Dari dulu sampai sekarang dan yang akan datang akan tetap terkenang. Tidak akan mungkin untuk melupakan. Suka duka dan perasaan campur aduk yang pernah dirasakan di rumah merupakan kenangan yang teramat indah dalam hidup. Dari sana kita mulai dididik sampai tumbuh besar dan memiliki karakter yang berbeda dengan manusia yang lain. Tidak ada yang akan mampu melakukan pekerjaan besar tersebut kecuali keluarga. Walaupun gubuk kecil yang tidak ada apa-apanya dengan rumah para orang kaya, tetapi ia menjadi penghangat saat kita butuh kehangatan dalam keluarga. Tak perlu bermewah-mewah, tak perlu penghangat elektrik saat mandi dan tidak perlu penyejuk freon, rumahku sendiri sudah bagaikan surga yang selalu menyejukan dalam hati.
Kamar hotel yang nyaman
Walaupun sudah banyak nama tempat yang aku baca saat naik kendaraan diatas aspal, tidak ada yang aku ingat secara baik-baik nama tempat tersebut. Ia kalah dengan ketenaran sebuah gubuk kecil didekat jalan raya kecil Kutowinangun-Pencil dan disebelahnya ada sekolah yang tidak terkenal yang bernama Madrasah Ibtidahiyah Tanjungsari. Namun dari sanalah mengenal harapan. Mungkin harapan tidak akan lahir dari keluarga yang lain. 



Meja didalam hotel


Disinilah kita akan merasa nyaman dan tenteram. Kita tidak bisa mendapatkan nyaman dan tenteram kapan dan dimana saja. Namun, Ia hanya bisa didapatkan didalam sebuah rumah mungil. Dan Ia akan selalu terkenang. Jangan coba untuk melupakan, tapi cobalah rasakan.


Jumat, 29 November 2013

Melukis Dengan Hati

Suatu hari ketika berada di kapal penyeberangan antar-pulau, Saya tidak biarkan momen terbuang secara percuma. Mengabadikan alam dengan photo akan banyak memberikan inspirasi di masa yang akan datang. Itulah seninya memotret. Apalagi, Saya belum tentu berada di kapal tersebut untuk waktu yang akan datang. Kata orang bilang, rejeki tidak datang dua kali. Meskipun kata tersebut banyak salahnya, mengikuti kata hati saya rasa itu jawaban yang tepat untuk hal ini . Mengambil gambar dengan kamera memberi pengalaman batin yang tidak akan berhenti sampai di situ. Ingin suatu hari melakukan pengalaman yang menantang, dimana ada hal baru yang bisa diabadikan. Setiap momen memiliki kesulitannya masing-masing. Semakin banyak belajar maka akan semakin kita terlatih untuk menangani masalah. Memotret itu gampang-gampang susah. Gampang jika kita melakukannya dengan kesungguhan hati. Susah jika kita tidak memiliki hasrat. Saya rasa itu merupakan kata-kata yang universal untuk setiap bidang. Bagaimana tidak, orang bilang hati lebih kuat dibanding dengan pikiran. Hati-lah yang mengontrol pikiran. Pekerjaan yang dilakukan dengan pikiran akan kurang memberi hasil yang baik. Tetapi apabila dikerjakan dengan hati, pekerjaan akan ringan.

Memotret pada cermin sehingga, fotografer ikut terambil gambarnya
Kapal yang tengah bersandar




Rabu, 25 September 2013

Batu Payung Lombok, Payung Keras Dari Lombok

Batu Payung di Pulau Lombok. Pemandangan lumayan bagus. Bisa cuci mata. Saat kesana, angin bertiup kencang. Tapi enak, kan Lombok kadang panasnya luar biasa.

Batu Payung belum begitu terkenal di kalangan masyarakat Lombok. Mungkin, tempat tersebut belum lama ditemukan. Dilihat dari posisi memang tidak ada yang mengira kalau di tempat tersebut terdapat batu besar yang mirip dengan payung. Dari pandangan mata, pengunjung kebanyakan adalah warga lokal. Hal ini bisa diketahui dari wajah-wajah pengunjung yang menunjukan warga Lombok. Kalau ada orang luar itu sedikit sekali.

Untuk melihat apakah itu orang luar atau orang lokal yaitu dengan melihat fisik dan tingkah laku dari pengunjung. Warga lokal bisa diketahui dari gaya bicara, dan kulit muka menunjukan ciri "Lombok Banget". Dan sikap saat berada di sana seolah mereka sudah pernah berkunjung sehingga raut muka maupun gerakan tubuh tidak menggambarkan kalau sedang merasa penasaran. Sedang pengunjung dari luar bisa dilihat dari kulitnya yang menunjukan aura luar Lombok, gaya bicara menunjukan orang Jawa atau nasional. Dan tingkah laku selama disana menunjukan rasa penasaran yang luar biasa.

Ada lagi yang menunjukan kalau orang itu dari Lombok yaitu kendaraan yang digunakan. Mungkin ada pertanyaan bisa jadi menyewa atau pinjam motor milik orang lain. Orang Lombok biasanya menggunakan motor dan dilakukan secara rombongan. Sangat aneh jika orang yang baru masuk Lombok terus menggunakan plat nomor Lombok dan berangkat secara rombongan. Ciri yang menunjukan orang luar bisa dilihat dari motor yang digunakan merupakan kendaraan sewa. Kendaraan sewa memiliki ciri khusus seperti terdapat tempat untuk  alat surving, biasanya bule-bule luar. Atau orang luar yang data ke Lombok dalam jumlah besar biasanya menyewa mobil.

Untuk menuju tempat ini, pengunjung bisa menggunakan dua jalur. Jalur pertama adalah dengan menyewa perahu kecil milik nelayan setempat. Sedang jalur kedua adalah dengan berjalan kaki.

Harga sewa untuk perahu kecil yaitu sekitar Rp 100.000,-. Biasanya pengunjung dibatasi oleh waktu selama satu jam. Pengunjung akan diajak berpetualang melintas ombak yang kadang-kadang besar. Dengan menyewa perahu kecil berarti pengunjung telah memberi nafkah kepada pemilik kapal agar dapur mereka tetap mengepul. Perlu diketahui juga bahwa sebagian besar warga sekitar Tanjung Aan dalam kondisi miskin. Ada baiknya pengeluaran diberikan kepada orang yang telah memberikan jasa wisata kepada Kita terutama kepada warga yang masih miskin.
Untuk menuju Batu Payung dengan berjalan kaki, pengunjung harus berjuang mengarungi ganasnya ombak, mendaki atau menuruni bukit yang kadang malah mengasikan

Jika pengunjung ingin berjalan kaki, jarak dari tempat parkir ke Batu Payung sekitar satu kilo. Sedangkan waktu yang diperlukan sekitar setengah jam perjalanan. Jalur yang dilewati begitu terjal. Harus berhati-hati karena Kita melewati pinggiran pantai yang tergenang. Kadang, ombak besar datang secara tiba-tiba.


Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo