Selasa, 29 Januari 2019

Cerita Seorang Petani Lebah Trigona spp di Lombok

Suatu hari pernah melakukan perjalanan ke salah satu desa di Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam perjalanan tersebut,Saya menjumpai beberapa orang yang mengusahakan madu trigona. Dalam diskusi tersebut, Bapak yang kami temui baru beberapa tahun memelihara lebah trigona akan tetapi keuntungan pertahun telah mencapai puluhan juta.

Bapak yang memakai baju orange tersebut memiliki pekerjaan utama sebagai guru PNS di salah satu SD di Kecamatan Gangga. Aktivitas utama setiap hari antara pukul tujuh hingga satu siang mengajar di sekolahnya. Aktivitas tersebut sudah dijalani puluhan tahun hingga sekarang ini. Rutinitas yang dijalani menurut Beliau terasa membosankan karena memiliki waktu luang. Untuk mengisi waktu luang tersebut, Bapak ini iseng-iseng belajar bagaimana membudidayakan lebah trigona.

Sejak Tahun 2012, Bapak ini memulai usaha dengan modal belajar dari orang-orang disekitar. Seiring dengan berjalannya waktu, Bapak ini terus  belajar baik bertanya kepada orang lain, mencari informasi di internet, ataupun melakukan eksperimen secara pribadi untuk menemukan cara membudidayakan lebah trigona yang cocok untuk Beliau. 

Berbagai macam kegagalan telah dialami, mulai dari lebah yang kabur, hingga lebah yang kurang produktif. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, permasalahan tersebut lambat laun dapat diatasi secara baik. Untuk saat ini, Beliau masih mengaku terus belajar dalam budidaya lebah trigona spp. Belajar adalah wajib untuk orang yang ingin ahli dalam budidaya lebah ini.

Sewaktu kami ke sana, Bapak ini mengaku memiliki sarang lebah trigona spp sekitar 700 setup. Dari pengakuan Bapak tersebut keuntungan yang didapat setiap tahun adalah berkisar Rp. 30.000.000,00. Padahal bapak tersebut mengaku bahwa budidaya lebah trigona dilakukan semata karena iseng memanfaatkan waktu luang selepas mengajar di SD. Pemanenan dilakukan hampir setiap hari karena untuk memanen satu buah setup kadang memerlukan waktu sekitara seperempat jam. Dalam satu setup dapat menghasilkan madu satu kilo dalam waktu satu tahun.

Menurut Beliau, untuk perawatan cukup sangat mudah. Pemilik setup hanya tinggal memastikan kebersihan kandang terutama dari serangga pemangsa lebah trigona. Hewan-hewan yang biasa mengganggu lebah trigona antara lain cicak, laba-laba, tokek, dan semut. Lebah tidak perlu di beri makan, karena alam sudah menyediakan seperti dari bunga, nektar, dan getah-getahan. Tidak seperti jika kita beternak ayam atau kambing yang harus disediakan oleh pemiliknya setiap saat.

Dalam menjalani budidaya lebah Trigona spp diperlukan keuletan, sabar, dan dinikmati prosesnya, sahut Bapak tersebut. Ketika sudah memutuskan untuk melakukan budidaya lebah, hati dan pikiran harus dalam keadaan senang dan ceria. Mengapa demikian, yaitu agar pembudidaya dapat mendapatkan cinta ketika menjalani rutinitas tersebut. Dengan mencintai pekerjaan maka sesuatunya akan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Malahan jika dilandasi dengan rasa senang, mau bekerja seharian aja mungkin tidak terasa waktu yang dihabiskan. 




Kamis, 03 Januari 2019

Potret Perjuangan Penduduk Pinggiran Pantai di Gunung Kidul

Ini adalah salah satu gambaran di Pantai Jungwok, Gunung Kidul, Yogyakarta. Disini setiap hari penduduk sekitar menggantungkan hidupnya dari hasil pantai. Pantai merupakan ladang untuk mencari rejeki bagi sebagian warga di Gunung Kidul. Dari pantai inilah petani di sini mendapatkan udang, ikan, kepiting, dan kerang-kerangan yang nantinya dijual kepada masyarakat diluar daerah. 

Betapa giatnya orang bekerja untuk mendapatkan udang, ikan, kerang, dan apa saja yang dapat di konsumsi atau di jual. Saya berusaha mengabadikan moment ketika nelayan mencari nafkah dari pantai.  Mereka tidak kenal lelah mencari nafkah untuk keluarga yang sedang menunggu di rumah. Pemenuhan kebutuhan rumah tangga menjadi motivasi mereka dalam bekerja. Mereka tidak memperdulikan ancaman dan bahaya ketika bekerja. Pemandangan di poto dapat menggambarkan betapa ganasnya alam di Gunung Kidul. Masyarakat harus naik keatas bukit yang berupa karang  yang tentu jika terkena kulit akan luka. Jika berpikir takut dengan bahaya, Mereka tidak akan membawa nafkah pulang kerumah. Siang, pagi, dan sore adalah waktunya mengeluarkan peluh. Harapan tersebut beriringan  seiring menetesnya keringat yang keluar dari kulit ari mereka. Agar dimalam harinya, mereka dapat bermimpi indah diatas dipan sederhana yang kenikmatannya tidak ada bandingnya dengan apapun, sekalipun itu mobil Aphard.

Orang seperti di gambar ada dimana-mana, bukan hanya dipinggir pantai. Kita dapat melihat mereka dengan jelas  disekitar kita. setiap daerah memiliki potret yang berbeda-beda. Kita dapat melihatnya dengan berbagai macam bentuk. Perjuangan orang dalam bertahan hidup memiliki cerita menarik untuk diketahui.  Karena biasanya cerita seperti ini menimbulkan kisah-kisah heroik yang tidak kalah sensasi dengan cerita kepahlawanan konvensional. Sekaligus potret semacam ini akan selalu menjadi perenungan bagi kita semua yang lebih diberi kemudahan oleh Tuhan dengan rejeki yang jauh lebih mudah didapat. Jadikanlah hal semacam ini sebagai pelajaran hidup bagi siapa saja yang mau belajar akan arti syukur.





Foto ini diambil ketika family gathering LPDP. Dari namanya saja 'family" sudah menunjukan bahwa acara tersebut berasa ada suasana kekeluargaannya. Dari yang semula tidak kenal, dengan mengikuti acara tersebut maka akan berangsur untuk kenal. Dari yang tidak tahu, oh ternyata setelah mengikuti acara tersebut ternyata ada di A di Fakultas C. Ternyata dan ternyata. Acara tersebut diadakan di hari Sabtu dan Minggu dimana para mahasiswa tidak memiliki kesibukan kuliah. Untuk itu dengan niat tulus dan ingin memajukan persaudaraan diantara teman-teman awarde, maka acara tersebut berhasil dilaksanakan.

Rabu, 21 November 2018

Bermain-main dengan Oksigen

Sekarang adalah tanggal 22 November dimana perayaan hari pohon sedunia diadakan. Sudah saatnya kini kita kembali ke fitrah sebagai mahluk alam yang pasti membutuhkan udara yang cukup untuk bernapas. Dalam satu hari, kita tidak pernah menghitung berapa kita menarik napas dan mengeluarkannya lagi sehingga dari situ kita mendapatkan energi. Hasil makanan yang sudah dicerna kemudian dibakar dengan menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi sehingga kita dapat menggerakkan tangan, kaki, badan, kepala, dan organ-organ lain bergerak.

Jika kita tahu dan menghayati, sebenarnya peran oksigen sangat penting bagi kehidupan manusia. Kita tinggal bersyukur saja karena Tuhan sudah menciptakan zat untuk menghasilkan energi. Kemudian konstruksi tradisional kita tahu bahwa yang namanya energi itu hanya dihasilkan dari benda-benda seperti pertalite, solar, dan pertamax itu sangat keliru. Sebetulnya kalau kita renungkan lagi, sumber energi terbesar adalah oksigen itu sendiri.

Bayangkan jika tiba-tiba orang tidak dapat bernapas, satu menit saja lah, misalnya. Maka badan akan terasa pusing atau lemas. Bayangkan jika kita tidak dapat bernapas selama satu atau dua jam, maka sudah dapat dipastikan sudah tidak bernyawa lagi. Berbeda jika kita tidak makan atau minum. Tidak makan satu menit saja, tubuh kita masih baik saja. Kemudian tidak makan satu jam saja, tubuh kita juga masih baik-baik saja. Tidak makan dua jam, tubuh kita juga masih baik. Bahkan jika kita melakukan puasa sampai sepuluh atau duabelas jam, tubuh kita juga masih bertahan dengan baik. Begitu juga dengan minum, tubuh kita masih segar.

Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya makanan pada umumnya dan air minum yang kita konsumsi belum apa-apa jika dibandingkan dengan oksigen.

Lalu kita sibuk hanya dengan urusan mulut kita. Kita bela-bela untuk makan-makanan tertentu agar perut kita tidak lapar lagi. Atau kita menyibukkan diri dengan meminum dengan berbagai macam rasa dan varian minuman. Manusia sibuk menanam berbagai jenis tumbuhan sayur dan buah untuk memenuhi kebutuhan mulut dan perut.

Sudahkah kita bela-bela agar hidung kita terus bernapas, bahkan kita bela agar mendapat oksigen dengan kualitas wahid.

Sudahkah kita berbuat adil kepada diri kita sendiri bahwa tidak cuma makanan dan minuman yang penting bagi tubuh kita, masih ada oksigen yang sangat super penting buat kita. 

Kita melupakan peran oksigen yang sangat penting. Bagaimanakah caranya agar oksigen menjadi fenomenal seperti artis-artis di dunia hiburan, sehingga orang-orang lebih peduli dan memikirkan keberadaan oksigen.

Jawaban dari oksigen agar menjadi fenomenal yaitu ketika kita sendiri merasakan sakit yang membutuhkan oksigen. Ketika hidung kita dipasang selang yang terhubung dengan gas O2. Ketika kita terbaring tidak berdaya dalam perawatan intensif, itulah saat kita merasakan betapa berharganya yang namanya oksigen.

Apakah kita akan menunggu sampai kita sakit terlebih dahulu untuk menyadarkan kita tentang oksigen yang sangat berharga, bahkan lebih berharga dari intan permata. Jangan! Jangan! terlalu berisiko jika harus seperti itu.

Jika kita berkunjung kesuatu tempat dan disana terdapat wifi gratis untuk internet dengan kecepatan 30 MBPS per orang, sudah dipastikan kita akan betah ditempat tersebut. Bahkan hari-hari berikutnya akan ada rencana lagi untuk mengunjungi tempat tersebut untuk mendapatkan kuota 30 MBPS. 30 MBPS jika untuk menonton youtube.com dengan resolusi HD itu bagaikan kita mengendarai di jalan tol yang lagi kosong menggunakan mobil Ferari atau mobil F1. 

Jika pohon tersebut mampu menghasilkan sinyal wifi maka sinyal wifi tersebut memiliki kecepatan yang tidak terhingga, mungkin 1 GBPS atau lebih dari itu, dan orang-orang akan berbondong untuk menanam pohon untuk menghasilkan sinyal wifi agar internetannya lancar.

Tetapi itu tidak akan terjadi, karena pada kenyataannya pohon tidak dapat menghasilkan sinyal wifi. Dan sudah dapat diprediksi bahwa kita tidak akan perduli dengan pohon, sampai ada penemuan bombastis yang menemukan sinyal wifi kecepatan 1 GBPS berasal dari pohon, baru kita akan menjadi gila untuk menanam dan merawat pohon. 

Semoga kita sadar bahwa yang dihasilkan pohon lebih berharga dari sinyal wifi manapun didunia.

Selamat Hari Pohon se dunia


Jogja, 22 November 2018

Yumantoko



Bunga Edelweis di atas Gunung Rinjani

Suasana di Segara Anak, Gunung Rinjani

Selasa, 18 September 2018

Pasar Tradisional dan Manfaatnya Untuk Rakyat Perdesaan

Pasar adalah tempat dimana orang dengan kepentingan menjual barang dan  membeli barang bertemu. Disini masyarakat dapat berinteraksi bertemu dengan orang-orang yang berasal dari wilayah sosial lain. Pasar memberi akses masyarakat mendapatkan barang dari orang lain dengan aturan-aturan yang sudah disepakati berdasar nilai tertentu.

Di pasar, ekonomi keluarga terutama yang ditopang dari pergadangan dapat tetap berjalan. Pentingnya pasar bagi warga desa memberi efek ekonomi mikro yang dicirikan dengan aktivitas sampingan yang tetap berjalan. Sebagai contoh, pedagang mendapatkan barang dari petani yang menanam berbagai macam sayur, dan buah. Sementara itu juga terdapat industri kecil yang memercayakan pasar untuk memasarkan produksi, seperti industri makanan kecil seperti kue-kue, dan lain sebagainya. Sementara itu pasar pula digunakan perusahaan besar untuk mendapatkan jatah kue pendapatan seperti pabrik mie instant yang dijual di sana, sabun, makanan ringan, aneka jenis plastik, dan lain sebagainya. Belum lagi ada tukang parkir yang memberikan jasa menjaga kendaraan pengunjung sehingga kendaraan aman ketika ditinggal belanja.

Itulah pentingnya pasar sebagai tempat untuk perputaran uang dengan cepat. Di suatu pasar tradisional, dalam waktu satu hari dapat memutarkan uang puluhan hingga ratusan juta rupiah. Angka tersebut untuk tingkat desa sudah begitu luar biasa, dimana dengan angka tersebut ribuan keluarga dapat tetap bertahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bayangkan saja jika suatu saat pasar yang setiap hari memberi rejeki tiba-tiba berhenti beroperasi maka yang terjadi adalah masyarakat yang biasa menggantungkan pendapatan dari sana akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Untuk menghindari terjadinya pasar yang gagal (pasar tidak mampu beroperasi secara normal) merupakan komitmen dari pihak terkait sebagai upaya melindungi rakyat kecil yang biasa memanfaatkan pasar sebagai ruang untuk mengeruk pendapatan. Pikiran sederhananya adalah dengan terus membiarkan pasar agar tetap beroperasi. Caranya yaitu dengan menjaga keadaan fisik maupun non fisik tetap berdiri. Dari aspek fisik seperti bangunan pasar, akses jalan, fasilitas lapak pedagang, toilet, tempat parkir dan lain sebagainya. Untuk aspek non fisik antara lain lembaga pengelola pasar, persatuan pedagang, aturan dalam berdagang, keamanan, kenyamanan, dan lain sebagainya.

Ketika berjalan-jalan di Pasar Lawas, Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Saya melihat suasana pasar tradisional yang sedang melakukan aktivitas perdagangan. Ketika pagi hari pasar ramai dikunjungi pedagang dan pembeli. Jalan terlihat sesak karena jalan dan pasar tidak sebanding dengan manusia baik yang berdagang maupun yang membeli. Pedagang terlihat disudut-sudut pasar yang berbentuk lapak-lapak. Ada pedagang yang menggelar dagangannya di sudut jalan, dan bahkan emperan rumah penduduk. Sementara itu parkir kendaraan terlihat tidak mampu menampung seluruh pengunjung, hal ini terlihat dari sepeda motor yang di parkir memenuhi badan jalan. Kendaraan roda empat lebih yang membongkar muatan terlihat kesulitan mencari tempat karena sempitnya jalan di sekitar pasar. Untuk kedepannya menurut Saya perlu dilakukan penataan lagi agar pasar menjadi tempat yang ramah untuk ekonomi masyarakat perdesaan, dan tidak kalah dengan pasar modern.

Sudah saatnya pembangunan pasar tradisional menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Pasar harus terus berkembang agar masyarakatnya juga ikut berkembang. Semakin pasar berkembang maka perputaran uang disana juga menjadi lebih cepat dan akan semakin menggerakan ekonomi rakyat. Persebaran ekonomi diharapkan akan semakin merata. Produksi masyarakat dapat di jual di pasar-pasar tradisional yang mana juga menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru. Dengan harapan agar kemiskinan yang ada dapat di matikan dengan keterlibatan masyarakat dalam ekonomi mikro. Ekonomi rakyat inilah yang akan menjadi benteng terhadap gempuran kapitalis yang berusaha masuk ke desa-desa. Jangan biarkan masyarakat desa kalah bersaing dengan ekonomi modern. Untuk menjadi modern ada waktu khusus yang nanti pasti akan sampai dengan sendirinya jika prasyarat untuk maju terpenuhi. Diantaranya adalah masyarakat dapat berdaya dengan ekonomi mereka. Mereka mampu mandiri memiliki ciri yang dapat bersaing dengan dunia luar.

Pasar Baru/Anyar Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
Suasana pagi hari di Pasar Lawas Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
Suasana pagi hari di Pasar Lawas Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
Suasana pagi hari di Pasar Lawas Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

Selasa, 11 September 2018

Gempa Lombok, Usaha Mengubur Keburukan dengan Membangun Kebaikan

Akhir Bulan Juli 2018, warga Lombok dikejutkan dengan rangkaian gempa  yang berlangsung satu bulan lebih. Daerah yang terparah terkena gempa adalah wilayah Lombok Utara, karena beberapa kali gempa, pusatnya berada di wilayah sana. Ada juga wilayah Lombok selain di Lombok Utara, seperti Lombok Timur. Wilayah ini sebelumnya merupakan wilayah yang tenang-tenang saja, akan tetapi setelah gempa, tiba-tiba warganya menjadi panik, apalagi setelah lebih dari satu bulan masih saja terus terjadi gempa susulan.

Salah satu tempat yang akan dikenang adalah kantor. Selama tujuh tahun ini, saya setiap pagi sekitar jam 07,30 sampai dengan jam empat sore berada di sini. Sungguh tidak dapat dibayangkan sebelumnya karena tempat tersebut tiba-tiba menjadi kenangan. Saya sudah yakin bahwa gedung tersebut akan dihancurleburkan menjadi tidak bersisa. Penghancuran gedung juga seolah simbol mengubur masa lalu yang terukir indah didalam gedung tersebut.

Hanya dalam waktu satu bulan, bangunan tersebut menjadi tidak dapat digunakan karena akan membahayakan jiwa bagi yang ada didalamnya. Bayangkan ketika melangkahkan kaki pertama kali didalam ruangan, kita akan dibayangi akan kejatuhan benda-benda yang masih menggantung yang siap terjatuh kapan saja. Atau kaki kita, ketika lantai yang sebelumnya berupa keramik halus, tiba-tiba saja di situ banyak sisa-sisa runtuhan yang berasal dari potongan-potongan bangunan, seperti kayu, kaca, genting, plafon, dan bahkan potongan paku ada disana.

Semoga nanti dengan berdirinya gedung baru akan mengubur segala kejelekan yang selama ini berada di kantor, dan dengan berdirinya gedung baru akan memunculkan kebaikan-kebaikan yang baru yang akan membuat siapa saja yang bekerja disana menjadi lebih produktif.


Kantor kehutanan terkena dampak gempa Lombok

Kantor kehutanan terkena dampak gempa Lombok

Kantor kehutanan terkena dampak gempa Lombok

Kantor kehutanan terkena dampak gempa Lombok

Kantor kehutanan terkena dampak gempa Lombok

Kantor kehutanan terkena dampak gempa Lombok

Kantor kehutanan terkena dampak gempa Lombok

Kantor kehutanan terkena dampak gempa Lombok

Kantor kehutanan terkena dampak gempa Lombok





Mitoni itu Membaca Surah At Taubah

Perdesaan di wilayah Jawa masih menyimpan banyak tradisi. Salah satu tradisi yang hingga sekarang masih eksis adalah doa ketika seseorang mengandung di bulan ke tujuh. Dalam istilah bahasa jawa adalah dengan nama "mitoni". Tidak tahu kapan tradisi ini pertama kali muncul. Mungkin bersamaan dengan masa penyebaran islam di tanah Jawa. Ketika awal-awal penyebaran Islam di Jawa, kita mengenal sosok Wali Songo. Mereka sangat berjasa dalam penyebaran agama di kota-kota hingga pelosok di Jawa. Dapat dibayangkan jika tidak ada peran mereka dapat dipastikan Islam tidak dapat berjaya di tanah Jawa seperti sekarang ini. Yang dapat kita lakukan adalah bersyukur bahwa kita penduduk jawa diberi hidayah dengan masuknya agama Islam.

Dalam penyebarannya, Wali Songo menggunakan cara-cara sosial dan kebudayaan untuk menyampaikan materi Islam kepada penduduk lokal. Sehingga banyak warga lokal yang berbondong-bondong untuk masuk Agama Islam. Ketika dulu, kerajaan Majapahit mulai runtuh, Islam tampil memberikan warna tersendiri dalam khasanah keyakinan penduduk lokal. Corak yang nampak ketika Islam pertama masuk adalah adanya kebudayaan Islam yang mengikuti kekayaan lokal. Contohnya ketika ada ada perayaan Idul Adha di daerah Kudus, hewan ternak berupa sapi yang akan dipotong diganti dengan kerbau. Pada waktu itu sapi adalah hewan yang dianggap suci terutama oleh umat Hindu. Ketika itu, para wali yang menyebar Islam telah memiliki kepekaan sosial dan kebudayaan yang sangat luar biasa. Budaya-budaya lokal tidak lantas dihilangkan sama sekali, akan tetapi eksistensinya dihidupkan bersama-sama dengan ajaran Islam, dengan syarat tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum Islam.

Kembali lagi ke "mitoni", kegiatan tersebut merupakan bentuk doa dan rasa syukur dari keluarga yang akan memiliki  bayi yang akan lahir ke dunia. Bentuk doa adalah dengan pembacaan ayat suci Alquran berupa Surah At Taubah. Dalam berdoa, pemilik hajat memohon untuk diberikan keselamatan kepada calon bayi baik didunia dan di akhirat serta permohonan lain sesuai keingingan yang punya hajat. Rasa syukur adalah dengan mengundang segenap tetangga dan saudara untuk diberi "berkat" sebagai shodaqoh agar sohibul hajat dapat mendapat pahala yang akan menolonh si calon bayi.

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT atas terlaksanakannya mitoni bayi pertama.

Kegiatan kenduri, tahlil, dan mitoni di kampung

Kegiatan kenduri, tahlil, dan mitoni di kampung


Kegiatan kenduri, tahlil, dan mitoni di kampung




Ibu-ibu memasak untuk kegiatan mitoni


Sabtu, 08 September 2018

Dilema Angkutan Umum di Jalur Selatan Jawa Tengah (cerita singkat suasana transportasi bis jurusan Purwokerto - Solo)

Sebuah bus jurusan Purwokerto-Solo dengan plat kendaraan nomor daerah Kebumen melewati pintu perlintasan kereta api di Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen. Supir yang ugal-ugalan segera menginjak gas mobil secara  tergesa-gesa dengan menyalip beberapa kendaraan yang ada didepannya. Lantas beberapa sepeda motor, pick up, truk, dan kendaraan minibus berhasil disalip. Supir yang memakai anting-anting seperti preman lantas berteriak-teriak  "polsek, polsek, polsek" dengan nada orang marah. Penumpang yang akan turun di Kutowinangun jadi tergerak untuk mempersiapkan diri turun karena takut dengan sopir bis tersebut menjadi-jadi jikalau nanti dibentak-bentak.

Kemudian saya sebagai penumpang yang akan turun di Kutowinangun pada waktu itu secara spontan berkata kepada supir yang kelihatan seperti preman, "Indomaret, Indomaret". Tanpa sadar suara saya tersebut disahut alias ditanggapi oleh bapak supir yang menyetir dengan ugal-ugalan dengan kata "iya ngerti, ngerti, kuping ku isih apik durung budeg" dengan suara tinggi seperti orang yang sedang berteriak di tengah laut. Saya tidak menyangka bahwa reaksi yang diberikan supir kepada saya sangat berlebihan sekali. Seharusnya biasa saja, lah wong tugasnya supir itu mengantar penumpang sampai ke tempat yang dituju dengan memberi rasa nyaman dan aman kepada para penumpang. Kalau tidak ada penumpang siapa yang rugi, alias penumpang kendaraan umum pindah ke angkutan yang lain, baru teriak-teriak "penumpang sepi". Ketika ada penumpang tidak mampu menjaga perasaan dan pikiran penumpang agar nyaman menaiki kendaraannya.

Itulah salah satu permasalahan yang dihadapi sistem angkutan bis di wilayah Jawa Tengah Bagian selatan.  Jurusan bis Purwokerto-Solo, yang melewati Kebumen, Purworejo, Kulon Progo, Jogja, Klaten, dan Solo memiliki permamsalahan dalam hal pelayanan kepada konsumen. salah satu yang seperti saya tulis diatas adalah sikap awak bus maupun supir kepada penumpang tidak dapat menunjukan sebagai pelayan yang baik. Seharusnya sebagai penumpang dilindungi oleh awak bis, bukan malah ditakut-takuti. Atau bahkan ada supir dan anggota kru bis seperti preman. Ngomong tidak jelas ketika menyupir, padahal dengan handphone, atau merokok seenaknya ketika menyupir bis, dan lain sebaginya. Jika permasalahan tersebut tidak bisa diperbaiki maka dalam beberapa tahun mendatang, bis-bis ekonomi jurusan Purwokerto-Solo hanya akan tinggal nama saja. 

Masalahnya sudah sangat komplek, tidak hanya contoh diatas saja, sepengamatan saya sejak kecil sampai sekarang, bis ekonomi jurusan Purwokerto-Solo mengalami penurunan penumpang yang sangat signifikan ketika ada kereta api Pramex jurusan Kutoarjo-Solo. Sejak kehadiran kereta api tersebut masyarakat lebih nyaman menggunakan kereta api karena pelayanannya jauh lebih baik, apalagi ketika setelah terjadi reformasi besar-besaran di tubuh BUMN sepur tersebut. Pelayanan yang diberikan oleh kereta api (KAI) nampaknya tidak akan mampu ditandingi dengan pelayanan bis-bis ekonomi. Semakin bertambah tahun bukannya tidak ikut berubah malah semakin parah. Berikut beberapa hal yang dapat dilihat secara jelas, dan mungkin dapat di perbaiki untuk meningkatkan kualitas. Mudahan masalah yang ada hanya ulah dari ulah segelintir oknum saja.

A. Waktu Tempuh Tidak dapat Diprediksi

Ketepatan merupakan salah satu indikator untuk melihat kualitas pelayanan. Menggunakan bis ekonomi Jogja - Kutowinangun (Kebumen) memiliki jarak tempuh antara 3 sampai 3,5 jam. Ini lebih lambat ketimbang bis patas yang biasanya untuk jarak Jogja - Kutowinangun sekitar 2 jam. Penumpang akan membayar berapapun untuk waktu tempuh, semakin cepat waktu tempuh suatu transportasi maka nilainya akan semakin baik. Bis ekonomi Purwokerto - Solo jarang ada yang mau untuk ber investasi di bidang waktu tempuh. Mereka masih menggunakan cara-cara lama untuk mencari penumpang. Waktu tempu menjadi lama karena mereka hanya mementingkan keuntungan dalam jangka pendek. Misalnya agar bis penuh, sopir sering mengetem sangat lama. Atau untuk mengimbangi bis didepan dan di belakang agar dapat penumpang yang maksimal, sopir kadang melambatkan kendaraan atau mengencangkan kendaraan dengan tidak terkira. Kalau sistemnya seperti itu seperti tidak ada kejelasan soal waktu tempuh.

Dengan berbagai macam alasan itulah mengapa bis ekonomi menjadi alternatif yang ke dua atau dengan kata lain bis ekonomi hanya sebagai sampingan saja jika tidak terdapat angkutan yang utama. Masyarakat senang menggunakan kendaraan yang memiliki waktu tempuh singkat seperti kereta api atau kendaraan pribadi. Imej bis ekonomi karena seringnya waktu yang terbuang ketika naik kendaraan ini belum akan hilang untuk dalam waktu yang singkat. Perusahaan bis masih butuh berjuang karena masalah ketidak tepatan waktu biasanya akan merembet ke perubahan pola konsumsi  masyarakat dalam menggunakan angkutan ini. Orang akan cenderung tidak puas ketika menggunakan bis yang suka ngaret. Sekali saja menggunakan bis dan pada waktu itu juga bis yang digunakan ngaret otomatis penumpang pikir-pikir ketika akan menggunakan bis yang sama di kemudian hari. 

B. Armada yang tidak layak pakai

Bis ekonomi dengan trayek Purwokerto - Solo kalau diperhatikan tidak ada armada yang baru. Dari saya kecil sampai besar seperti sekarang ini, bis yang digunakan merupakan bis dengan usia yang sudah tua. Kalau saya bilang, armadanya sudah tua, ompong, dan peot. Jika disuruh menggambarkan dengan usia seseorang tentang kondidi bis ekonomi di wilayah ini adalah seperti kita melihat orang dengan umur 65 tahun keatas. Seharusnya, bis semacam tersebut sudah dengan tenang istirahat menikmati masa pensiun. Malah kalau disini masih dipakai digeber, digenjot, dan di uprak-uprak. Karena lupa kalau armada yang sudah di pakai sudah tua, body bis biasanya berisiknya minta ampun kalau pas lagi jalan. Kombinasi yang tepat karena armada yang tua-tua ini berjalan diatas jalan yang sebagian berlubang, dan sempit. Rasa-rasanya kok saya kasihan sekali dengan penumpang lain karena keselamatan dan kenyamanan mereka menjadi ancaman.

Dari segi keamanan kalau yang namanya bis sudah tua pasti keselamatannya tidak terjamin. Padahal dalam transportasi, keamanan dan kenyamanan menjadi hal pokok untuk menarik masyarakat agar mau menggunakan moda angkutan tersebut. Seperti itu  kok mau mencari untung banyak lewat penumpang, yang ada malah konflik terus karena apa yang diharapkan masyarakat tidak sesuai dengan kondisi ideal. Sudah bayar mahal akan tetapi malah membahayakan penumpang.

Fasilitas yang didapatkan penumpang belum terasa maksimal, masih banyak yang harus diperbaiki. Besi bis biasanya sudah tua dan terlihat berkarat dan ini tidak bagus untuk dilihat mata. Getaran yang ditimbulkan baik oleh mesin dan jalan akan terasa berisik di telinga karena antara komponen satu dengan komponen lainnya sudah tidak bisa mencengkeram dengan kencang dan akibatnya jika terkena goyangan sedikit akan menjadi bunyi. Dari sekian banyak komponen yang dimiliki bis, sepertinya getaran kaca menyumbang suara keras bunyi ketika bis melaju, dan bahkan mengalahkan suara mesin.

Mungkin ada yang sangat membahayakan yaitu ketika berada didalam bis dan mencium bau sisa pembakaran. Hal ini dikarenakan bagian bawah bis memiliki lubang kecil yang langsung mengarah ke ruang yang ada dibawah. Kalau ini terjadi, Saya harus siap-siap pakai masker agar tidak makan asap. Kalau tidak begitu, Saya berarti telah banyak makan racun. Siapa sih yang mau makan racun secara gratis.


C. Kebanyakan Ngetem

Ngetem pada satu sisi baik untuk mendapatkan penumpang sebanyak-banyaknya akan tetapi sangat merugikan penumpang. Lokasi strategi yang biasa digunakan supir untuk mengetem adalah di terminal-terminal bayangan. Lalu lintas biasanya menjadi terganggu karena aktivitas supir yang ngetem di sembarang tempat. Supir malah tidak berani ngetem di terminal resmi. Di Purworejo misalnya, supir biasa ngetem di Bosco, tempat itu bukan terminal untuk berhenti bus sehingga mengganggu penumpang. Sementara itu diterminal yang sudah disediakan oleh pemerintah malah sepi bis yang ngetem. Supir lebih suka ngetem di tempat yang ramai lalulintas nya. Di Kutoarjo misalnya, supir lebih senang ngetem di stasiun, kalau supir sudah ngetem di sana, penumpang bisa buang air kecil sembari makan angkringan yang berada di dekat perempatan terminal. Ini artinya waktu tidak dapat diprediksi dengan baik. Untuk orang yang senang dengan ketepatan waktu, model bis yang sering ngetem biasanya merugikan penumpang.

D. Menaikan Penumpang Sebanyak-banyaknya

Hampir sebagian besar bis ekonomi jurusan Purwokerto-Solo tidak memperhatikan kemampuan kendaraan dengan daya tampung. Ketika jam sibuk, bis ekonomi biasanya kebanjiran penumpang. Pada saat penumpang membludak, semua dimasukan tanpa melihat kapasitas bis dan fasilitas yang disediakan. Saya sering mengalami bis sesak penuh akan tetapi supir masih menaikan penumpang. Padahal ada beberapa bis yang tidak ada pegangan tangan. Otomatis penumpang yang berdiri seolah-lah digoyang-goyang tanpa harus berpegangan tangan. Hal ini membahayakan keselamatan para penumpang. Beberapa kali saya juga melihat dan merasakan ketika bis diisi penuh dengan penumpang maka jalannya kelihatan tidak stabil alias kelebihan muatan. Keselamatan sepertinya menjadi faktor ke sekian setelah uang.

E. Persaingan Tidak Sehat Sesama Bus

Penumpang bagi bis itu ibaratnya adalah emas alias sumber penghidupan. Akan tetapi bagi bis ekonomi seperti hal tersebut tidak menjadi prioritas keselamatan. Beberapa kejadian persaingan antar supir bis telah menimbulkan konflik. Dan pada akhirnya konflik tersebut merugikan penumpang pengguna jasa bis. Contohnya pada tahun 2016 saat terjadi kejar-kejaran antara bus Prayogo dengan Bis Antar Jaya malah menimbulkan kecelakaan dan menyebabkan satu orang meninggal dunia.

F. Tarif tidak akuntabel
 Saya sering naik bis ekonomi karena memang saya adalah mahasiswa yang sedang belajar di Kota Pelajar yang setiap minggu pulang ke Kebumen. Ketika naik bis ekonomi kadang kondektur tidak transparan soal tarif yang dikenakan. Misalnya saja walaupun sama-sama berangkat dari Jogja menuju Kebumen akan tetapi tarip yang dikenakan kadang Rp 25.000, dan kadang Rp. 30.000. Seharusnya kalau bis ekonomi dengan jurusan dan jarak tempuh yang sama seharusnya taripnya diseragamkan.

G. Solusi

Bis ekonomi merupakan angkutan murah yang sangat membantu warga dari kalangan ekonomi kecil untuk melakukan perjalanan. Harganya memang tidak mahal jika di banding dengan bis patas, sehingga jika menggunakan bis ekonomi tidak akan membikin kantong lepek. Jika dibutuhkan untuk transportasi antar kota selalu ada apalagi ketika siang hari. Bis ekonomi juga tidak hanya membantu penumpang bahkan bagi pedagang asongan keliling yang biasa berjualan diatas bis, dan seniman yang biasa ngamen diatas bis dapat terbantu dengan adanya bis ekonomi. Singkat kata bis ekonomi sangat membantu masyarakat di jalur transportasi.
Akan tetapi pelayanan yang diberikan kepada penumpang tidak sebanding dengan biaya yang dibayarkan penumpang. Mungkin ketika diprotes soal pelayanan, Mereka (penyedia jasa bis) akan membela keadaan yang demikian karena biaya tiket yang dibayar penumpang kecil. Ya mereka punya banyak alasan untuk mengelak soal pelayanan. Sebagai konsumen dan masyarakat yang menggunakan jasa bis, mengharapkan baiknya perusahaan bis untuk selalu memperbaiki pelayanan kepada para konsumen. Ingatlah bahwa konsumen dan penyedia jasa bis itu harus saling menguntungkan.
Mungkin yang perlu diperhatikan adalah peningkatan pelayanan dari penyedia jasa angkutan maupun para pihak yang terlibat dalam bidang transportasi darat kepada konsumen atau dalam hal ini adalah masyarakat agar keselamatan dan ketepatan waktu mejadi kuncinya.

Suasana didalam bis ekonomi jurusan Purwokerto - Solo

Makan Bersama di Lombok Namanya Begibung

     Halo, teman-teman! Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya yang pernah mendapat undangan makan dari teman dalam rangka maulid nabi. A...

Populer, Sist/Broo